Time Mark :
Harry Potter and the Deathly Hallows Pt. 2•••
Pagi ini adalah kelas PtIH. Dulu, Vanesha suka pelajaran ini meskipun sering berganti guru. Tapi sekarang, kalau bisa Vanesha akan kabur saja daripada harus diajar oleh Amycus.
"Kau tidak memakai jubahmu, Van?" tanya Victoria yang melihat jubah Vanesha tergeletak begitu saja di kasur.
Vanesha menggeleng, "Aku malas memakainya. Aku rasa aku akan memakai kemeja, dasi, dan rompi saja, ini nyaman."
"Baiklah, ayo pergi."
Setelah selesai bersiap-siap, kedua gadis Slytherin itu keluar dari kamar mereka dan segera pergi menuju Great Hall untuk sarapan terlebih dahulu barulah mereka melaksanakan proses belajar mengajar.
Sesampainya di Great Hall, betapa terkejutnya Vanesha saat melihat lelaki dengan rambut pirang tengah duduk di antara siswa yang lain. Vanesha berlari meninggalkan Victoria dan menghampiri Draco.
Blaise yang mengetahui Vanesha sedang berlari kearah mereka, memberi kode kepada Draco untuk menoleh. Draco berdiri dan menyambut Vanesha dengan pelukan. Mereka sangat merindukan masing-masing.
Draco melepas pelukannya dan menyibak rambut Vanesha yang menghalangi wajah gadisnya, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya.
Vanesha mengangguk, tersenyum dan memeluk Draco kembali.
Draco bisa merasakan kehangatan yang ia rasakan setelah sekian lama hanya dengan pelukan Vanesha. Seketika kekhawatiran dan ketakutannya lenyap sementara karena kehadiran Vanesha.
Andai waktu dapat berhenti, sebentar saja. Draco hanya ingin menikmati kehangatan dari kekuatan cinta.
•••
"Snape, kita harus melakukan sesuatu terhadap Laskar Dumbledore. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu agar bisa terbebas dari peraturan kita," ujar Alecto.
Snape hanya diam saja. Dia tidak tega kalau harus menghukum para anggota Laskar Dumbledore. Mereka kan juga bagian dari Orde, dia tidak bisa berlaku menurut Alecto.
"Kurung saja mereka di ruang bawah tanah. Aku rasa itu sudah cukup," jawab Snape.
"Tidak, Snape. Kita harus membuat mereka jera agar tidak berani macam-macam," ujar Amycus.
Snape menatap kedua saudara itu, "Aku kepala sekolah disini, jadi lakukan apa yang menjadi perintahku. Pergilah,"
Dengan kepergian Amycus dan Alecto, mereka mencari setiap anggota Laskar Dumbledore untuk dibawa dan dikurung di ruang bawah tanah.
•••
"Apa? Kita akan dibawa kemana katamu, Neville?" tanya Seamus.
"Ruang bawah tanah. Mereka tau kita sedang merencanakan sesuatu, makanya kita akan dikurung disana," jawab Neville.
"Bloody hell! Kapan Harry akan kembali?!"
"Tenanglah, Seamus. Kita akan baik-baik saja," ujar Luna menanggapi Seamus yang emosi.
"Oh ya tentu, saranmu memang tidak membantu, Loony," jawab Seamus.
"Jangan menghinanya!" seru Neville.
Ginny memutar bola matanya malas mendengarkan perdebatan antara Seamus dan Neville, "Oh ayolah kalian, berhenti atau kuubah menjadi tikus!" ujarnya.
Neville dan Seamus terdiam. Meskipun Ginny adalah adik kelas mereka, tetap saja, tidak ada yang berani membantahnya karena ia sangat tegas dan berani dengan siapapun.
"Terimakasih, Ginny, itu cukup membantu," bisik Luna.
"Bukan masalah, Luna."
Mereka terus berjalan dengan diawasi Carrow dibelakang mereka. Kemudian Luna berhenti saat melihat Vanesha yang berjalan kearah rombongan Laskar Dumbledore. Luna membaca gerak bibir Vanesha saat berbicara dengan Alecto dan Amycus.
"Pergilah bertugas, aku akan menggiring mereka ke ruang bawah tanah," ujar Vanesha.
"Baiklah, urus mereka."
Rombongan itu berhenti saat melihat Carrow bersaudara pergi menjauh dari mereka. Kini mereka menatap Vanesha yang baru datang, "Apa yang kau lakukan, Van?" tanya Ginny.
"Tenang saja. Kalian akan lebih aman bersamaku. Rencanakan apa saja, aku yang akan melindungi kalian dari ancaman Carrow," ujar Vanesha.
"Mana mungkin kau melindungi kami? Kau tidak seperti Harry!" ujar Michael Corner, mantan Ginny.
Vanesha menghela napasnya dan menatap Luna seakan meminta bantuan untuk meyakinkan teman-temannya yang tidak percaya akan ucapan Vanesha.
"Vanesha memang tidak seperti Harry, tapi kemampuannya juga tidak bisa diragukan," ujar Luna tiba-tiba, semuanya menatap Luna sekarang. "Kau lihat apa yang dia lakukan tadi? Bagaimana mungkin seorang siswa bisa mengendalikan pikiran dua orang dewasa tanpa menggunakan tongkat sihir?" sambungnya.
Mereka baru menyadari bahwa Vanesha tidak membawa tongkatnya.
"Apa itu benar? Kau mengendalikan pikiran Carrow bersaudara?" tanya Ginny, pemimpin mereka yang sementara.
Vanesha mengangguk, "Harry memintaku untuk melindungi kalian selama dia pergi berburu Horcrux. Aku mohon, percayalah padaku."
"Terserah padamu, Gin. Kalau kau percaya, maka kami juga," ujar Seamus.
Ginny menghampiri Vanesha dan memeluknya, "Terimakasih."
•••
Setelah selesai mengantar Laskar Dumbledore ke ruang kebutuhan dan memasang mantra pelindung untuk mereka semua, Vanesha segera kembali ke asramanya untuk menemui Draco.
Tapi yang dia lihat setelah membuka pintu asrama hanya ada Blaise, Pansy, Victoria, Crabbe, dan Goyle. Tidak ada Draco.
"Kemana Draco?" tanya Vanesha tanpa basa-basi.
"Dia pergi ke Menara Astronomi," jawab Goyle.
Vanesha segera keluar dari asrama dan lari menuju Menara Astronomi. Ia berharap Draco masih ada disana. Ah, dia berasa posesif apabila tidak melihat Draco barang sebentar saja. Dia khawatir terjadi hal buruk pada kekasihnya itu.
Tidak sia-sia Vanesha berlari, dia menemukan lelaki yang ia cari disana. Berdiri sambil memainkan jarinya di railing balkon yang membuat cincin dan besi railing berbunyi.
"Draco?"
Lelaki berambut pirang itu menoleh. Melihat gadisnya menghampirinya, dia melemparkan senyum dan memeluk Vanesha, "Bagaimana kau tau aku disini?" tanyanya.
"Goyle memberitahuku. Apa yang kau lakukan disini? Harusnya kau beristirahat saja di asrama," ujar Vanesha sambil menyisir surai pirang milik Draco.
"Aku rindu suasana di Menara Astronomi meskipun kenangan terakhir sangat pahit, tapi aku banyak membuat kenangan bagus disini," jawab Draco kemudian menatap lekat kedua mata Vanesha, "Denganmu."
Vanesha tersenyum, begitu juga Draco.
Tiba-tiba Draco mengerang kesakitan hingga ia berlutut di depan Vanesha. Tidak ada memar atau luka sayat apapun, Vanesha bingung kenapa Draco kesakitan.
"Draco!! Lihat aku! Kau akan baik-baik saja oke? Berdirilah perlahan, kita ke Madam Pomfrey," ujar Vanesha.
Draco menggeleng dan enggan berdiri, "Ti-dak.. I-ni.. A-ku harus kem-bali.." ujarnya terbata-bata.
Vanesha tidak akan tau sesakit apa Draco saat tanda kegelapan miliknya memanas. Ini artinya Voldemort memanggil semua pengikutnya untuk segera berkumpul. Rasanya sekujur badan akan sakit bila diabaikan terlalu lama.
Vanesha ikut berlutut dan menangkup kedua pipi Draco, "Katakan padaku, dimana yang sakit?"
Lagi, Draco menggeleng, "Berhati-hatilah," ujarnya kemudian hilang ber-apparate meninggalkan Vanesha yang bertanya-tanya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanfictionThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021