Time Mark :
Harry Potter and the Order of the Phoenix.•••
Ujian OWL sore ini dilaksanakan. Vanesha benar-benar bosan. Bukan ini yang seharusnya terjadi kalau si merah muda tua ini tidak ada disini.
Kemudian ada yang mengetuk pintu dan Umbridge berjalan membukanya. Tidak ada apa-apa disana, lalu kemudian sebuah kembang api kecil masuk.
Mengejutkan, Fred dan George masuk sambil menggunakan sapu terbang dan menebarkan kembang api di seluruh isi ruangan. Kertas ujian berterbangan, tidak ada ujian hari ini!
Draco juga tampak senang, oh but not so fast. Ketika kembang api mendekati wajah Goyle, Draco langsung menjauh.
Goyle menampar kembang api tersebut dan mulai mengejar Crabbe. Ada kembang api baru yang mengincar Draco, mengarah ke wajahnya tapi untung Draco bisa menghindar, tapi wajah takutnya berhasil tercetak oleh kembang api.
Sekedar informasi, Draco menghindar dan memeluk Vanesha, "Apa yang kau lakukan?!" pekik Vanesha.
"Ada api mengincar wajahku, Van!" seru Draco.
"Not anymore, you coward!" ledek Vanesha dan mendorong Draco.
Puncaknya ketika Fred dan George membuat kembang api berbentuk naga dan mengejar Umbridge. Semua pengumuman di dinding pecah dan semua murid keluar kegirangan.
Vanesha dan Draco berdiri tak jauh dari Harry. Setelah Fred dan George membuat kembang api berlambang 'W' di langit, Harry terjatuh lemas.
"Harry! Hermione, Harry!" seru Vanesha langsung berlari dan memanggil Hermione.
Harry terdiam hingga dia bilang, "Sirius."
Trio Gryffindor ditambah Vanesha langsung kembali ke dalam kastil. Vanesha sudah lupa tentang rasa sakitnya saat malam dimana Sirius memuji Harry dan Hermione.
Yang dia pikirkan sekarang adalah pamannya.
"Harry, kau yakin?" tanya Hermione.
"Kulihat, seperti kejadian Mr. Weasley. Pintu yang sama yang kuimpikan selama sebulan ini cuma entah dimana?" jawab Harry.
"Apalagi yang kau dapat, Harry?" tanya Vanesha.
"Kata Sirius, Voldemort mengincar sesuatu yang dulu tak ia dapatkan, adanya di Departemen Misteri," jawab Harry.
Hermione menghentikan langkah mereka, "Harry, tolong, dengarkan," ujarnya. "Bagaimana jika Voldemort sengaja membuatmu melihat ini? Dia sakiti Sirius hanya untuk memikatmu lalu menangkapmu?"
"Bagaimana jika ya? Lalu kubiarkan dia mati saja?" tanya Harry memutar keadaan. "Hermione, hanya dia keluargaku yang masih hidup."
Vanesha mengerutkan dahinya, "Apa kau bilang? Keluarga?"
Harry mengangguk, "Iya Vanesha. Pamanmu, dia ayah baptisku,"
Vanesha mengerti sekarang.
"Apa yang kita lakukan?" tanya Ron.
"Kita gunakan bubuk Floo," jawab Harry.
Tepat setelah Harry menyiapkan cerobong asap di kantor Umbridge dan bubuk Floo, serta Hermione yang memaksa untuk ikut bersamanya, Umbridge datang.
"Kalian sudah tertangkap," ujarnya.
Dia mendudukkan Harry di kursinya dan menyuruh beberapa anggota tim inkuisitor untuk menyekap teman Harry, termasuk Vanesha.
Tangan Vanesha disekap oleh Crabbe, "Kemana Draco?" bisik Vanesha.
Yang dia tanyakan pun muncul sambil mendorong Neville masuk. Kedua netranya kaget saat melihat Vanesha yang ikut disekap.
Selagi Umbridge menginterogasi Harry, Draco malah beradu mulut secara bisu dengan Vanesha.
"Apa yang kau lakukan disini?!" tanya Draco.
"Apa pedulimu?!" tanya Vanesha balik.
"Kau gila! Jangan ikut mereka!" seru Draco.
"Kenapa kau mengaturku?!"
Mereka diam setelah Umbridge menampar Harry dengan keras dan Snape memasuki ruangan.
"Turuti apa kataku!" jawab Draco.
"Siapa kau?!" bantah Vanesha.
"Diam, Van!"
"Kau yang diam!"
Ketika Snape tidak bisa membantu Umbridge untuk memberikan veritaseum pada Harry, Umbridge memutuskan untuk menggunakan mantra Cruciatus.
Crabbe, Goyle dan Draco panik. Terlebih Draco, dia takut Vanesha juga terkena mantra kutukan yang menyiksa itu.
"That's illegal," ujar Hermione.
"Tidak, selagi Cornelius tidak tau," ujar Umbridge lalu menutup foto Cornelius.
Umbridge sudah siap dengan tongkatnya, sangat siap memberikan mantra itu.
"Tell her, Harry!" seru Vanesha tiba-tiba.
"Tell me what?" tanya Umbridge.
Seisi ruangan menatap Vanesha sekarang, "Jika kau tak katakan dimana itu, aku yang akan katakan," ujar Vanesha.
"Dimana apanya?" tanya Umbridge.
Ouch, Vanesha tidak kepikiran sampai sana. Dia kehabisan kata-kata untuk menjawab Umbridge.
"Dumbledore's secret weapon," jawab Hermione yang mengerti improvisasi Vanesha.
Umbridge memaksa Harry, Hermione dan Vanesha untuk mengantarnya ke tempat yang mereka maksud.
"Aku rasa, Hermione dan Harry sudah cukup, Profesor," ujar Draco yang tidak mau Vanesha ikut dibawa.
Umbridge menyetujuinya, sehingga tersisa tim inkuisitor beserta Vanesha, Ron, Luna, Ginny dan Neville di ruangan Umbridge.
"Sungguh, Draco. Kenapa kau akhir-akhir ini sangat menyebalkan? Lepaskan aku, Crabbe!" keluh Vanesha dan Crabbe melepaskannya.
"Aku ingin permen," ujar Ron.
Ini memunculkan ide Ginny dan Ron untuk memberi para tim inkuisitor ganjaran dengan permen pemuntah.
Tim inkuisitor memakan semua permen yang diberikan Ron. Ini menjadi peluang besar untuk kelima orang itu kabur dari sana.
"Meet me after this, Draco!" seru Vanesha sebelum meninggalkan ruangan Umbridge.
Mereka bertemu dengan Harry dan Hermione di koridor. Ginny dan Ron menceritakan bagaimana mereka bisa kabur.
"Bagaimana cara kita ke London?" tanya Neville.
"Bukannya tak kuhargai semua yang telah kalian lakukan, tapi kalian sudah cukup kubahayakan," ujar Harry lalu pergi.
"Dumbledore's Army dibentuk untuk bertarung ataukah hanya kata-kata bagimu?" tanya Neville.
Harry berbalik.
"Tak perlu kau lakukan sendiri semuanya, kawan," ujar Ron.
Harry terdiam lalu berkata, "Bagaimana cara kita ke London?"
Luna tersenyum, "We fly, of course."
Mereka memutuskan untuk terbang menggunakan thestral.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanfictionThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021