Time Mark :
Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1.•••
"TANDA KEGELAPAN SEBARKAN KEPANIKAN"
"KEKERASAN MELUAS KELUARGA MUGGLE DIBUNUH"
Sungguh apa gunanya membaca Daily Prophet disaat seperti ini? Tidak ada kabar bahagia yang bisa dibaca dengan wajah tersenyum.
"Vanesha, letakkan Daily Prophet itu, apa kau tidak lelah membaca halaman yang sama selama kurang lebih 15 menit?" tanya Valencia yang melihat putrinya duduk di ruang makan.
Vanesha meletakkan surat kabar lusuh itu dan meminum teh buatan ibunya, "Apa mom akan ikut berperang nantinya?" tanyanya.
"Kalau kau ikut, maka mom and dad juga harus ikut," jawab Valencia.
"Jangan berperang karena aku," ujar Vanesha. "Berperanglah untuk membela sisi yang kau pilih, mom,"
Valencia menghela napasnya, "Melindungi kamu adalah kewajiban mom and dad. Bersiaplah, mom akan mengantarmu ke stasiun,"
Vanesha pergi ke kamarnya untuk membereskan barang bawaannya. Mungkin suasana sekolah tahun ketujuh ini akan berbeda jauh, sangat jauh dan suram.
Disaat dia memasukkan jubah dan seragamnya ke koper, terlintas dipikirannya, akankah aku bertemu Draco di sekolah?
Vanesha segera menepis segala pikirannya tentang Draco dan berkemas lebih cepat. Dia tidak ingin membuat otaknya bekerja dua kali karena harus memikirkan Draco.
Setelah selesai berkemas, Vanesha menuruni anak tangga dan melihat ibunya sedang membersihkan lantai yang sepertinya terkena tumpahan masakan, "Mom, bolehkah bila aunt Cissy mengajakku ke Malfoy Manor?"
"Hanya jika perang ini sudah berakhir dan Voldemort kalah,"
•••
Di lain sisi, Malfoy Manor saat ini diisi oleh banyak anggota Death Eater termasuk Voldemort pun juga ada. Keluarga tuan rumah duduk di tengah sebelah kanan Voldemort duduk.
Wajah Draco, Lucius, dan juga Narcissa datar ketakutan. Mereka seperti tertekan berada di kondisi seperti ini.
Meskipun Lucius bebas karena Voldemort, bukan berarti dia bahagia. Sungguh, wajahnya yang menyesal dan takut tidak bisa disembunyikan.
Beda halnya dengan Bellatrix yang terlihat sangat santai dan bersemangat serta mendukung semua opini atau perkataan Voldemort. Dia seperti dimabuk asmara.
Ada sedikit candaan di tengah mereka tapi Draco dan Lucius tidak ikut tertawa atau bahkan tersenyum sedikitpun.
Ada Burbage juga disini, melayang dengan keadaan yang mengenaskan, "WORMTAIL!" seru Voldemort, "Bukankah kau kuperintah untuk 'menenangkan' tahanan?"
"Baik, tuanku. Segera," jawab Peter.
Draco mengetahui bahwa bibinya, Bellatrix sangat ingin membunuh Harry Potter. Tapi Voldemort segera melarang Bellatrix untuk merebut apa yang sudah jadi agendanya, "Hasratmu itu sangat menarik, Bellatrix. Tapi hanya aku yang boleh membunuh Harry Potter," ujarnya membuat Bellatrix menundukkan kepalanya.
"Tapi aku mempunyai satu masalah," ujar Voldemort sambil berdiri, "Aku dan Harry Potter memiliki inti tongkat yang sama. Tongkat kami, bisa disebut kembar. Kami bisa melukai, tapi tidak bisa membunuh. Jika ingin membunuhnya, aku haru menggunakan tongkat lain,"
Voldemort berjalan dan berdiri di dekat Draco, kemudian berbicara kepada Lucius dan meminta tongkat Lucius untuk dia pakai. Mau tak mau, Lucius menyerahkan tongkatnya. Gagang naga yang ada di tongkat Lucius pun dipatahkan oleh Voldemort.
Voldemort mengarahkan tongkat Lucius yang dia pegang untuk membawa Burbage ke tengah meja. Dia menjelaskan, lebih tepatnya menghina apa yang dipikirkan atau dilakukan Burbage dalam mengajar Muggle Studies di Hogwarts.
Burbage menatap Severus, memohon belas kasih. Tapi Severus hanya diam, dia tidak bisa melakukan apapun. Draco merasakan iba tapi juga tidak bisa melakukan apapun. Meskipun dia jarang mengikuti kelas Burbage, tapi dia tau bahwa mata pelajaran yang diajarkan Burbage adalah kesukaan Vanesha.
Burbage jatuh tepat di serong kanan Draco ketika Voldemort melepaskan kutukan kematian padanya. Wajah Draco terlihat takut. Semakin sering ia mengikuti Death Eater, maka semakin banyak dia akan melihat kematian orang lain.
•••
Malam ini, Vanesha dan juga keluarganya datang ke The Burrows, ladang dimana keluarga Weasley tinggal karena ada pernikahan Bill dan Fleur. Vanesha diundang oleh Ron Weasley sendiri.
Meskipun ini pesta pernikahan, perasaan sedih dan khawatir yang terukir di wajah Vanesha tidak bisa disembunyikan begitu saja.
Selagi orang-orang berdansa di tengah tenda, termasuk ayah dan ibu Vanesha. Gadis pirang itu hanya memegang minumannya dan memandangi mereka semua dari sudut lain. Daripada bosan sendiri, Vanesha menghampiri Ron.
"Terlihat cantik?" tanya Vanesha yang membuyarkan pandangan Ron pada Hermione.
"Apa? Siapa maksudmu cantik?" ujar Ron salah tingkah.
Vanesha hanya tertawa, "Bukankah kau sangat menyukai Hermione?" tanyanya.
"Diamlah, Van. Jangan sampai ada orang lain yang mendengarnya," pinta Ron.
Hingga kemudian datanglah bola sihir yang bersinar biru di tengah pesta dan menyampaikan beberapa pesan dari Kementerian, "Kementerian telah dikuasai. Menteri Sihir sudah mati. Mereka akan segera datang. Mereka akan datang,"
Sesaat setelah bola itu menghilang, kerumunan pesta langsung pergi dan kembali kerumah mereka masing-masing. Sulit untuk Vanesha menemukan kedua orangtuanya. Beruntung dia ada di sebelah Ron.
Benar saja, sebelum pesta benar-benar kosong, asap-asap hitam berdatangan dan merusak serta menyerang mereka semua. Ron dan Vanesha terpisah karena bertabrakan dengan banyak orang. Akhirnya Vanesha bertemu dengan Luna.
"Black! Pegang tanganku!" seru Luna.
Vanesha langsung menggandeng tangan Luna dan mereka berlari mendekati seorang lelaki pirang yang memiliki baju senada dengan Luna, "Ayah, ayo pergi!" ujar Luna.
Mereka ber-apparate.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanficThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021