Time Mark :
Harry Potter and the Deathly Hallows Pt. 2•••
Vanesha dan Luna baru saja tiba di King's Cross, tepatnya di Platform 9 ¾ setelah ber-apparate dari Shell Cottage. Mereka sudah siap mencari tempat duduk, tapi suara Victoria menghentikan langkah keduanya.
"Vanesha!"
Vanesha dan Luna menoleh kearah Victoria yang sudah melambaikan tangannya dari pintu gerbong Slytherin, "Kemarilah, cepat!" serunya.
Vanesha menghela napasnya dan menatap Luna, "Kau akan baik-baik saja," ujarnya. Kemudian ia melepas kalung pemberian Draco dan memasangkannya di leher Luna, "Pakailah ini sepanjang waktu, maka kau aman."
Luna melihat kalung yang ia kenakan, "Kenapa kau memberikannya padaku, Van?"
"Selagi kita tidak bersama, aku takut ada hal buruk akan terjadi padamu, kalung itu akan menjagamu. Sudah ada mantra perlindungan di kalung itu," jawab Vanesha.
"Ini pasti sangat berharga bagimu. Apakah ini pemberian dari orangtuamu?" tanya Luna.
Vanesha tersenyum dan menggeleng, "Bukan, itu dari Draco."
Luna menatap kedua mata Vanesha, "Aku akan mengembalikannya setelah semua hal buruk ini berakhir," ujarnya.
"Aku harap begitu, Luna. Sampai jumpa di sekolah!" ujar Vanesha kemudian pergi meninggalkan Luna dan masuk ke gerbong asramanya.
Dia berharap Luna akan mengembalikan kalungnya dengan keadaan hidup. Karena tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya.
Entah Luna yang menghembuskan napas terakhir sebelum mengembalikan kalungnya, atau bahkan dia yang kehilangan nyawa sebelum bertemu dengan Luna.
Vanesha hanya bisa menghela napasnya yang terasa berat akhir-akhir ini. Dia memasuki gerbong, menatap setiap siswa dengan nanar. Biasanya dia akan menemui kepala Draco yang sangat mencolok berkat warna rambutnya, tapi sekarang tidak lagi.
Keadaan memang semakin buruk.
Tidak ada kursi yang tersedia, Victoria mengajak Vanesha duduk di hadapan Pansy dan juga Blaise. Untuk pertama kalinya, Pansy memberi tatapan hangat pada Vanesha.
Vanesha hanya diam dan menumpu kedua tangannya sambil melihat keluar jendela. Kepalanya terus memutar memorinya dengan Draco sebelum semua ini terjadi.
Sebelum Draco tergabung sebagai Death Eater.
"Jadi, jelaskan kepada kami, Van," ujar Pansy yang menganggu pikiran Vanesha.
Mau tak mau Vanesha menatap gadis di depannya, "Apa?"
"Apa kau memiliki hubungan dengan Draco sebagai kekasih?" tanya Pansy yang membuat Blaise, Victoria, Crabbe, dan Goyle menoleh kepada Vanesha.
Vanesha membaca pikiran mereka, memang mereka ingin tau kebenaran ini sejak lama, "Apa kalian sangat ingin tau?" tanyanya memancing teman-temannya.
Mereka semua mengangguk.
Vanesha mengalihkan pandangannya keluar jendela, "Maka jawabannya iya."
•••
Dilain sisi, Harry berhasil mendapatkan Piala Helga Hufflepuff meski harus ditipu oleh Griphook. Ini membuat Voldemort marah dan membunuh semua pekerja Gringotts karena gagal menjaga Horcrux miliknya.
Parahnya lagi, Voldemort membunuh mereka semua di kediaman Malfoy. Yang mana membuat Lucius pasrah, Narcissa terperangah, dan Draco bergidik ngeri. Rumahnya bersimbah darah para pekerja Gringotts, termasuk Griphook.
"Mother, izinkan aku untuk kembali ke sekolah saja," pinta Draco.
"Tidak, Draco. Keadaan diluar sana jauh lebih berbahaya," jawab Narcissa.
"Tapi, mother, di Hogwarts lebih minim tragedi semacam ini untuk kulihat. Lagipula Snape menjadi kepala sekolah yang baru kan?" ujar Draco yang masih memaksa untuk pergi ke Hogwarts.
Narcissa mengarahkan tongkatnya untuk membereskan mayat dan darah dirumahnya, dibantu dengan Lucius, "Draco, aku tidak ingin kau dalam bahaya yang tidak bisa kami pantau!" ujarnya.
"Mother, aku mohon.."
Narcissa menghela napasnya dan menatap anaknya, "Kau ingin menghindari tragedi ini atau ingin bertemu dengan Vanesha?"
Draco meneguk salivanya, "Keduanya kalau boleh jujur,"
"Maka pergilah minggu depan, tidak sekarang," jawab Lucius yang tidak tega melihat anaknya harus tersiksa melihat kengerian dirumahnya sendiri.
"Lucius?!" pekik Narcissa.
"Biarkanlah, Cissy. Dia masih muda, bagaimanapun juga, aku yang sudah merenggut kebahagiaan masa mudanya dengan cara membuat dia terpaksa menjadi Pelahap Maut," jawab Lucius.
Draco bernapas lega, "Thanks, father."
•••
sorry for interrupt you, but I know that you know how to appreciate author right?
gapapa kok gak komen, sekedar vote aja udah cukup temen temen..
aku seneng kalau kalian seneng, tapi kadang aku juga sedih kalau kalian cuma baca aja tanpa kasih aku vote 🥺
don't mind me, have a good day!
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanfictionThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021