Sejak melihat Plan untuk pertama kalinya dalam barisan antrean pembeli nasi goreng, hati Mean sudah dicuri. Sang pencurinya sama sekali tak sadar dan ia bahkan telah berhasil membuat hidup Mean gundah gulana. Setiap hari tak sabar ingin segera sore dan ingin segera melihat perempuan yang kecantikannya melebihi definisi sang bidadari.
Bagi Mean, saat pertama kali melihat Plan ia seperti melihat surga tertinggi dalam tingkatannya. Ia seperti terbang sejenak lalu jatuh dengan cepat sebab ia kemudian sadar dia dan dirinya sangtlah berbeda. Barisan gigi yang rapi, wajah tanpa cela, dan kulit mulus itu menunjukkan bahwa kosmetik atau apapun yang ia pakai tidakalh sembarangan yang bisa didapatkan di warung pinggir jalan.
Bau tubuhnya menyeruakkan aroma parfum yang pastinya bermerek dan harganya jelas selangit. Barang-barang yang ia pakai, dari pakaian sampai sepatu juga bermerek, yang semuanya Mean tak akan sanggup belikan jika saja ia bersanding dengan sang perempuan. O, tentu saja Mean pikir ia berpikiran terlalu jauh! Dia gila jika ia benar-benar bisa menyentuh perempuan itu.
Sikap dan pembawaannya sangat berkelas. Cara ia berbicara dan gayanya sangat elegan dan menunjukkan bahwa ia lahir dan besar dalam sebuah lingkungan yang berkelas dan atas. Cara makannya saja beda! Bahkan untuk ukuran nasi goreng. Penuh dengan manner.
Di satu sisi Mean menyadari bahwa ia tak mungkin dengan sang perempuan yang belakangan ia tahu namanya, Plan Rathavit. Ia sengaja meminta seperti review kepada Plan di papan promosi nasi gorengnya dan Plan dengan senang hati menuliskannya dan ia menuliskan namanya di sana.
Lalu bagaimana soal nomor Line-nya? O, itu ia dapatkan dari teman kantor Plan yang tak sengaja makan di warung nasi gorengnya dan melihat tulisan review Plan di papan promosi. Mean beralasan ia lupa berterima kasih kepada Plan untuk review itu dan ia ingin berterima kasih tapi tak punya nomor Hpnya. Dan dengan mudahnya temannya memberikannya kepadanya. Itulah alasannya kenapa Mean bisa kontak Plam melalui Linenya.
Kepergian Plan yang sangat intensif membuat Mean sangat bahagia, meski ia hanya bisa mengamati sang gadis dari kejauhan, ia sangat puas. Ia memang penasaran akan dua hal. Pertama, apakah ia sudah punya gandengan? Setidaknya ia selalu ke kuil sendirian. Kedua, apa permintaannya sehingga ia begitu khusyuk berdoa di kuil itu. Nah, untuk yang kedua ini, ia sudah tahu. setidaknya ia pernah mencuri dengar doa yang Plan lafazkan dengan fasih dan khidmat. Dan Plan tahu itu seperti tentang cinta dan pasangan.
Ia jelas tahu itu sebab ia juga tengah melakukan hal yang sama. Hubungannya dengan beberapa perempuan tak pernah berlangsung lama, padahal ia serius ingin menikah dan membangun rumah tangga dengan mereka.
Mean juga sama tengah mencari pasangan hidup. Dan akhir-akhir ini, ia semakin mantap, melakukan hal yang sama dengan Plan tapi waktu doanya berbeda karena ia bekerja di warung.
Mean tahu alasan Plan berada di kuil itu, tapi ia tak berani menyimpulkan bahwa Plan tak memiliki pasangan saat ini. Bisa jadi ia tak bahagia dengan pasangannya itu dan ia ingin mencari pasangan hidupnya karena ada banyak, lelaki dan perempuan yang melakukan itu.
Saat Plan tetiba tak muncul di kuil, Mean kelabakan. Ia mulai mencari-cari sang perempuan yang wajahnya, suaranya, dan senyumnya itu mulai mengokupasi pikiran dan perasaannya. Ia bahkan mulai bermimpi dan berfantasi tentang perempuan itu dan selalu membayangkan sang perempuan menjadi istrinya, melayani dirinya dan keluarganya dan mendengarkan keluh kesahnya.
Saat ia kembali tersadar dari lamunan yang sangat mustahil itu, ia akan dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya dan memukul-mukul kepalanya layaknya orang bodoh.
Ketidaksabaran Mean untuk melihat wajah Plan sudah di ambang batasnya. Ia tak bisa lagi menahan dirinya. Pokoknya dia sangat ingin bertemu dengan Plan. Bagaimana caranya? Ia hanya punya nomor line-nya dan ia sudah kontak kemarin malam meski hanya berbasa basi tentang Plan yang sudah lama tak berkunjung ke warungnya. Dan ia sudah tahu juga jawabannya. sang perempuan tengah berada di luar kota. Bagaimana ini? Mean rindu setengah mati. Ia hampir gila dibuatnya.
***
Plan berjalan di lorong kampus. Malam itu, ia akan membuat kejutan untuk Joss. Ide memberi hadiah ulang tahun lebih awal adalah yang terbaik dalam pikirannya saat itu. Pkan menaiki tangga ke lantai satu. Ia pikir hanya satu lantai dari lobi, tak. Pwrlu menggunakan lift.Dengan sumringah ia melangkahkan kakinya ke arah kantor dosen dan ia harus menganga sebab saat ia membuka pintu perlahan dan melangkahkan kakinya ke kubikel sang pacar, ia disuguhi pemandangan yang mengejutkan. Joss dan salah satu mahasiswanya tengah bercinta dalam gelap. Sang mahasiswi membekap mulutnya sendiri, khawatir satpam akan menemukan mereka dan menjadikan ini sebuah skandal.
"Joss!" ujarnya sambil menitikkan air mata. Ia melemparkan hadiah kepada mereka dan kemudian berlari meninggalkan tempat itu.
Joss yang kaget benar-benar tak tahu harus bagaimana, yang jelas seminggu setelah kejadian itu, mereka berbicara dan hubungan delapan tahun yang datar dan dingin itu akhirnya bubar jalan.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/257755297-288-k674684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomanceMean and Plan FF Romance