1. A CHANCE

418 40 3
                                    

"Mean, kau mau ikut dengan kami? Malam ini kami akan makan malam di rumah Phi Gong. Ada banyak orang yang akan datang. Plan juga datang," ujar Gun dan Mark.

"Plan juga?" Mean memicingkan matanya.

"Sai. Bukankah kau menyukainya sejak dulu. Ini kesempatanmu. Dia sudah putus dengan Weir," ujar Perth memastikan.

Mean diam. Ia akui ia sangat menyukai Plan. Siapa yang tak tahu? Di dunia entertainment, semuanya serba mudah dicari dan dianalisis. Namun, Mean selalu tak berkomentar atau diam saat ditanyai tentang perasaannya kepada Plan.

Mean dan Plan sama-sama aktor dan aktris Thailand. Mereka pernah main bersama dalam sebuah drama yang berjudul "Cinta dari Kejauhan". Ceritanya mirip kisah Mean yang hanya bisa mencintai Plan dari kejauhan karena Plan sudah punya kekasih.

Bedanya, jika di dalam drama, Plan menikah dengan aktor lelaki yang juga adalah Weir, tapi pada kenyataanya, Plan malah putus dengan Weir dengan alasan yang sampai detik itu tak pernah diketahui oleh media manapun.

"Kalian yakin Plan akan datang. Dia sedang patah hati begitu," ujar Mean menatap teman dekatnya itu satu demi satu.

"Super yakin! Sammy akan menjemputnya. Nah! Lihat status IGnya mereka sudah jalan. Ayolah, Meung ini kesempatanmu," ujar Gun lagi sambil menunjukkan Hpnya kepada Mean seraya menepuk bahu Mean.

"Baiklah!" ujar Mean.

Mereka oun pergi ke acara makan malam yang digelar Phi Gong. Sebenarnya itu acara kumpul-kumpul biasa saja. Gong kadangkala melakukan ini untuk berinteraksi dan  nongkrong bersama.

Mean datang setelah Plan. Plan dan Love ada di dapur, memasak sesuatu dan mereka membawa makanan ke ruang tengah dan menyimpan di atas meja.

Gem juga datang bersamaan dengan Tle dan Boss dan langsung berbaur dengan anak-anak yang sudah ada di sana menikmati makanan.

"Aku turut menyesal," ujar Mean sambil menghampiri Plan yang tengah berada di balkon sendirian dengan sebotol bir. Plan melirik dan mengernyitkan alisnya.

"Tentang Khun dan Khun Weir!" ujar Mean, sadar bahwa Plan tengah penasaran.

"Ah itu! Iya, tak ada yang bisa dilakukan," ujar Plan sambil tersenyum.

"Apa kabar, Khun Phiravich?" sambung Plan.

"Baik. Bagaimana dengan Khun Plan? Aku menonton showmu di Jepang itu, dengan siapa nama aktrisnya itu?" Mean mencoba mengingat.

"Ah, Mei, Mei Nagano," sahut Plan.

Mereka berbicara ngalor ngidul tentang banyak hal, kebanyakan hal-hal trivia. Mean sungguh berhati-hati dan tak ingin sampai tetiba menyinggung Plan dan Weir secara tak sengaja. Waktu semakin beranjak malam.

Obrolan mereka semakin menyenangkan. Ada banyak gelak tawa dan canda di sana, di Balkon apartemen Gong dan keduanya benar-benar menikmati perbincangan sampai akhirnya Sammy menghampiri Plan dan berkata bahwa ia akan pulang. Plan mengiyakan. Ia juga harus pulang sebab memang sudah terlalu malam saat ia mengecek waktu pada jam tangannya.

"Baiklah, Khun Phiravich, aku harus pulang. Aku sangat menikmati pembicaraan denganmu. Terima kasih, malamku menjadi menyenangkan," ujar Plan sambil hampir akan beranjak pergi.

"Sama-sama," ujar Mean. Plan pergi meninggalkan Mean dan Mean yang masih berdiri di sana tetiba berlari menyusul Plan keluar rumah Gong.

"Khun Plan!" suara Mean agak keras. Plan dan Sammy menghentikan langkah mereka. Sammy lalu bilang ia akan menunggu di mobil. Plan langsung mengiyakan.

"Ada apa, Khun?" tanya Plan dengan wajah penasaran.

"Boleh aku menghubungimu lewat line dan mungkin sesekali makan bersama?" tanya Mean dan terlihat wajahnya sangat malu.

"O, itu! Ya, tentu saja. Aku tak ada masalah," ujar Plan.

"Benarkah?" tanya Mean dengan sumringah.

"Ya. Khun sedang mencoba mengajakku berkencan?" Plan tersenyum.

"Eh! Ah! Aku, uhm, ... iya," akhirnya Mean mengakui.

"Khun lucu sekali! Oke, baiklah! Sampai jumpa di line," ujar Plan lagi sambil tertawa kecil.

"Iya," ujar Mean setengah tak percaya. Dia menggaruk kepalanya pelan. Mean tersenyum bahagia dan ia kemudian kembali ke apartemen Gong.

Semenjak itu mereka sering berkontak melalui line. Mereka juga sering makan bersama, awalnya hanya makan siang bersama lalu menjadi makan malam. Selain itu, mereka menjadi terlalu sering bertemu, khususnya ketika keduanya luang dari kesibukan masing-masing, melakukan banyak kegiatan menonton atau ngegym bersama atau sekadar joging. Tidak terasa kegiatan ini sudah mereka habiskan selama tiga bulan dan mereka menikmati kebersamaan mereka.

Suatu malam, Mean memberikan sebuah tiket perjalanan. Memang hanya di dalam Thailand, tetapi, ini cukup jauh dan hanya berdua pula. Tiket perjalanan itu ke Ayutthaya dan tiket itu terbuka, artinya belum ada tanggalnya.

"Kapanpun Khun bisa pergi, aku akan menyesuaikan," sahut Mean. Mereka berkontak tidak secara langsung melainkan lewat HP dan tiket yang diberikan pun online. Mereka tak leluasa bertemu sebab tengah sibuk dengan film masing-masing.

"Khun Mean, uhm, kita hanya pergi berdua?" tanya Plan dengan suara yang lebih pelan.

"Uhm," jawab Mean.

Hening sejenak dan kemudian Plan berkata lagi.

"Khun, mau ke apartemenku  sekarang?" tanya Plan. Suaranya agak ragu dan terdengar sangat malu.

"Aku akan ke sana. Aku tak akan bawa mobil," ujar Mean, ia tak membiarkan kesempatan lewat begitu saja.

Setengah jam kemudian, Mean sudah berdiri di depan pintu dan saat Plan membuka pintu, Mean masuk dengan cepat dan memeluk Plan.

"Khun," desah Plan.

"Tolong jangan bilang aku salah paham," bisik Mean sambil masih memeluk Plan.

"Tidak, aku tak akan bilang begitu. Hanya saja bukankah terlalu tiba-tiba pergi berdua bahkan Khun tak pernah berkunjung ke apartemenku," bisik Plan.

"Khun juga tak pernah datang ke apartemenku," ujar Mean.

"Uhm," gumam Plan.

Mereka bertatapan dan saling menyunggingkan senyuman.

"Aku tak ingin sekadar berkencan denganmu. Aku ingin hubungan kita lebih dari ini. Tolong berikan aku kesempatan," lirih Mean.

Plan tersenyum. Ia menganggukan kepalanya.

"Tidak perlu bicara apapun dengan pers dan fans. Tapi, jika mereka bertanya, kau boleh mengiyakan," sahut Plan.

"Benarkah?" tanya Mean.

"Aku akan melakukan hal yang sama," sahut Plan.

"Sebenarnya, aku tak suka hubunganku dengan siapapun jadi konsumsi publik. Tapi, kurasa ini juga risiko kita karena kita selebritis. Kuharap hubunganku denganmu adalah yang terakhir. Aku tak mau main-main denganmu atau siapapun. Aku hanya ingin memiliki seseorang yang mencintaiku dengan tulus dan aku melakukan hal yang sama kepadanya," terang Plan. Mereka masih berpelukan.

"Kurasa kita punya pandangan yang sama. Syukurlah!" bisik Mean. Mereka bertatapan dan kemudian salinh tersenyum. Mean menangkup wajah Plan dan mereka berciuman lama.

"Astagaaa, Khun! Nnnnngh, aaaaah, aaaah! Hmmmm, oooo, enaak sekaliii!" desah Plan panjang.

"Khun, ssssh, aaaah, hmmmmm!" rintih Mean sambil mendorong naganya lebih dalam.

Mereka akhirnya bisa meningkatkan level hubungan mereka dan akhirnya masyarakat umum tahu bahwa Mean dan Plan menjalin hubungan.

Bersambung




Track 6 Mean and Plan Short Stories CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang