Hubungan mereka sudah berjalan sebulan dan mereka merasa semakin dekat dan nyaman satu sama lain, sehingga pada suatu malam, Mean tak merasa ragu untuk mengundang Plan ke apartemennya. Plan paham arti undangan itu dan ia mengiyakan.
"Tubuhmu gemetaran. Kau tak apa-apa? Ini bukan yang pertama kali untukmu, bukan?" tanya Mean. Mereka merebah di ranjang dalam keadaan telanjang dan berbalut selimut sampai pada bagian dada.
"Iya, bukan," jawab Plan dengan gugup.
"Kalau begitu, jangan tegang! Tenang saja. Aku akan memperlakukanmu dengan lembut, hmmm? Aku janji, aku akan membuatmu bahagia, aku tak akan menyakitimu," ujar Mean lagi dengan lirih dan tatapan mata yang penuh kasih. Plan meneguk ludah sambil mengangguk pelan.
Mean merasa Plan khawatir dan takut. Ia menatapnya lagi sambil tersenyum.
"Hei, kau percaya kepadaku, bukan?" tanya Mean. Plan sekali lagi mengangguk.
"Kau mencintaiku, bukan?" Mean bertanya lagi. Plan mengangguk lagi.
"Kalau begitu, jangan khawatir, na! Tenanglah! Tarik napas," lirih Mean.
Ia mencium kening Plan dengan lembut. Sekali lagi Plan mengangguk. Kali ini tubuhnya lebih tenang seiring dengan jelajah bibir Mean yang lembut di setiap bagian tubuhnya.Desahan Plan terdengar lebih tenang. Ia bahkan melenguhkan kenikmatan yang panjang saat Mean menghisap bagian di antara selangkangannya. Ia merasakan sebuah sensasi yang tak bisa digambarkan, tapi yang jelas sesudahnya ia merasakan semuanya blank dan kenikmatan yang luar biasa dan tubuhnya menegang lalu ia merasakan lemas.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Plan merasakan yang namanya orgasme. Itu bukan seks pertama kali untuknya, tapi orgasme memang benar-benar yang pertama.
Mean tersenyum. Ia menatap Plan sambil memgelus kepalanya, membiarkan dirinya mengatur napasnya menjadi lebih tenang.
"Kau mau aku melakukan hal yang sama kepadamu?" tanya Plan setelah ia tenang.
"Aku tak akan memaksamu. Tapi, jika kau ingin mengenali milikmu, aku bahagia," ujar Mean lagi dengan lirih.
"Milikku?" Plan kaget.
"Kau adalah milikku. Semua yang kau punya artinya milikku, bukan? Termasuk yang kuhisap baru saja. Itu juga milikku. Kau tak boleh memberikannya kepada orang lain." ujar Mean lagi. Tangan Mean mengelus bagian yang baru saja dihisap.
"Aku mengenali baunya, bentuknya dan semuanya. Semuanya adalah milikku. Jangan biarkan orang lain menyentuhmu, na! Tolong jaga untukku. .... Dan ini sama seperti punyaku, .... semuanya adalah milikmu dan aku janji hanya kau yang akan menyentuhnya, tak ada yang lain," lirih Mean sambil mengelus wajah Plan lembut.
"Meaaan," lirih Plan dengan mata berkaca-kaca.
"Aku akan menjaganya untukmu," ujar Plan dengan lembut.
"Aku akan melakukan hal yang kau lakukan kepadaku, tapi bolehkah kau tak menyemburkannya di wajahku atau di mulutku. Di bagian tubuh yang lain tidak apa-apa. Aku tak keberatan," ujar Plan lagi.
"Baby, aku tak akan marah bahkan jika kau tak mau melakukannya," lirih Mean sambil mengecup pipinya lembut.
"Tidak, aku mau melakukannya," lirih Plan dan Plan melakukan hal yang sama kepada Mean.
Mean meringis dan melenguh panjang. Ia juga sama dengan Plan, merasakan sensasi kehangatan dari mulut Plan dan ia harus akui, perempuan yang kini tengah memanjakan dirinya di bawah itu memiliki kemampuan hebat dalam bisnis hisap-menghisap.
Mean bahkan sangat suka saat Plan menandai beberapa bagian tubuhnya. Saat ia merasakan bahwa ia akan segera mengeluarkan cairannya, ia mencabut dari mulut Plan dan mengelusnya dengan tangan sendiri sampai akhirnya ia memuntahkannya di tisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomanceMean and Plan FF Romance