"Terima kasih sudah mengantarkan aku," ujar Plan saat mereka tiba di halaman apartemen, tempat tinggal Plan. Plan membuka sabuk pengaman dan tersenyum sambil pamit.
"Kau melupakan sesuatu," sahut Mean seraya keluar dari mobil dan mendekati Plan. Plan menatapnta heran. Ia tak merasa melupakan sesuatu.
"Apa? " tanya Plan lagi sambil menatap Mean yang sudah ada di hadapannya.
"Ini!" lirih Mean sambil dengan cepat mengecup kening, pipi dan bibir Plan.
"Fandinaa," bisik Mean sambil tersenyum.
Plan melotot. Hatinya gemetar. Ia belum pernah merasakan hal seperti sebelumnya. Diperlakukan dengan lembut dan penuh dengan kasih sayang adalah sebuah hal langka untuknya.
"Mana ucapan fandinaa untukku," bisik Mean. Ia mencondongkan tubuhnya dan memajukam bibirnya seraya matanya yang memejam.
Plan kaget dan ia malu bukan main. Tapi Mean masih pada posisinya dan sepertinya tak akan bergerak jika Plan tak menciumnya dan melakukan hal yang sama dengan Mean sebelumnya.
Plan melirik ke sekeliling dan dengan cepat, ia mengecup Mean di bibir seraya mengatakan 'fandinaa' juga.
Mean tersenyum. Itu langkah awal yang baik untuk mereka. Selanjutnya Mean selalu menjemput dan mengantarkan Plan masuk dan seusai kerja. Mereka juga mulai menikmati hubungan mereka. Berjalan-jalan di mal, menonton, makan bersama, dan sampai akhirnya ke hotel juga. Setelah itu, mereka memutuskan tinggal bersama di apartemen.
Wajah Plan terlihat lebih bahagia sekarang. Jangan tanya Mean. Meski Plan tak seelegan Jani, ia merasakan sebuah kebahagiaan yang tak ternilai dari perempuan sederhana ini.
Keduanya merasa sangat bersyukur dan beruntung karen takdir mempertemukan mereka dan membuat mereka berada dalam satu ikatan yang baik.
***
Bunyi kecipak ciuman bersaing dengan lenguhan dan rintihan dari kamar sebuah apartemen. Bunyi lenguhan itu tidak hanya bersumber dari satu orang melainkan dari dua orang, pertanda keduanya menikmati pergumulan mereka di dalam kamar itu."Aaaah, hmmm! Astagaaa! Nnnngh, Meaaan, aaaah, aaaaah!" rintih Plan sambil mengeratkan pelukannya pada punggung Mean.
"Ooooh, Baby, so good! Rak na! Nnnngh, hmmmm!" desah Mean tak kalah panjang.
Mean menahan satu kaki Plan dengan tangannya dan mendorong naganya yang panjang dan besar itu semakin dalam dengan pace yang lumayan cepat.
Plan tak berhenti merintih dan mendesah. Ia terdengar begitu menikmati permainan yang disajikan Mean kepadanya dan memang begitu adanya. Plan bahagia. Mean yang membuatnya begitu. Ia memperlakukan dirinya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Lenguhannya yang panjang menjadi salah satu saksi kebahagiaannya setelah bertahun-tahun, dirinya tak pernah kenal dengan kata orgasme. Ia hanya menjadi objek pelampiasan suaminya, Kao, yang bahkan tak pernah melakukannya dengan lembut atau membukanya dengan pemanasan.
Dengan Mean, ia merasa lebih dari sekadar manusia. Lelaki tampan itu telah membuatnya tak bisa berpaling kepada siapapun kecuali dirinya. Plan benar-benar merasa beruntung dan bersyukur. Mereka sudah menikah. Itu enam bulan lalu dan sekarang, Plan tengah mengandung anak pertama mereka dengan usia kehamilan empat bulan.
Bunyi kecipak ciuman mengakhiri percintaan babak ketiga mereka. Mereka saling menatap dan tersenyum. Plan membelai wajah Mean dengan lembut seiring dengan tatapannya yang juga sangat teduh.
"Rak, Mean!" desah Plan sambil mengecup bibir Mean pelan dan lembut.
"Aku juga. Aku sangat mencintaimu," lirih Mean sambil mencium bibir Plan dan menarik tubuhnya ke pelukannya. Mereka tersenyum dan memejamkan matanya sejenak sambil masih berpelukan.
"Mean!" lirih Plan sambil membuka matanya.
"Hmmm?" Mean tersenyum dan juga membuka matanya melihat Plan.
"Sekali lagi, na!" bisik Plan. Mean tersenyum.
"Tumben minta banyak. Tapi aku bahagia. Oke," bisik Mean. Ia mencium kening Plan.
"Aku di atas," jawab Plan lagi.
"Dengan senang hati," lirih Mean sambil tersenyum.
Mereka melakukannya lagi dan setelah enam permainan mereka benar-benar lelap dalam tidur mereka.
Plan berhenti dari pekerjaannya. Ia sekarang tinggal di rumah bersama Mean dan kedua anak mereka, Tee dan Kot. Semenjak melahirkan, mereka memang memilih tinggal di rumah dan pindah dari apartemen.
Pernikahan mereka sudsh berlangsung hampir dua puluh lima tahun sekarang. Tee dan Kot sudah dewasa juga. Mereka sangat tampan dan cantik dan seperti ayah dan ibunya, mereka memiliki kepribadian dan karakter yang baik.
Siapapun akan menyukai mereka. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan baik dan tak ada yang harus dikatakan lagi, kecuali menjelaskan bahwa mereka benar-benar bahagia.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomanceMean and Plan FF Romance