3. LOVE BEGINS HERE

299 46 3
                                    

Hubungan mereka sudah berjalan dua bulan. Mereka merahasiakannya untuk sementara karena mereka ingin menikmati kebersamaan mereka berdua saja. Berciuman, berpelukan, dan bercumbu menjadi bagian interaksi hubungan mereka dan keduanya sudah ada pada posisi yang nyaman.

Beberapa teman di Klub Voli Putra dan Putri memang pernah mencurigai mereka karena gerak-gerik dan sikap Mean yang bisa dianggap memberikan banyak petunjuk bahwa ia ada sesuatu dengan Plan.

Plan sendiri cenderung lebih tenang. Mean lebih menunjukkan sikap kepemilikan di depan umum. Tidak membahayakan memang toh sikapnya sangat lembut, tapi karena sikapnya inilah teman-teman mereka menjadi berpikir bahwa Mean menyukai Plan.

Sore itu hujan turun sangat besar. Semua latihan sudah selesai. Anggota klub satu per satu pulang, meninggalkan ruang loker. Begitu pula Mean dan Plan. Namun mereka tak langsung pulang, melainkan ke perpustakaan yang memang buka 24 jam. Plan akan mengerjakan tugas. Dan Mean menugguinya dengan setia.

"Lama sekali! Kupikir kau meninggalkanku!" lirih Mean saat mendapati Plan masih berdiri di sebuah lorong dan memilih-milih buku.

"Maafkan aku! Tinggal dua buku lagi dan aku bisa kembali ke mejaku," ujar Plan juga dengan suara pelan, mengingat tempat itu adalah perpustakaan.

"Sini, aku bawakan," ujar Mean dan membawa buku yang ada di tangan Plan dan mengalengkan tangannya ke tubuh Plan seraya mengecup pipi Plan pelan

"Meaaaaan! nanti ada orang," bisik Plam sambil memukul Mean dan mendelik. Mean tersenyum.

"Sebentar, na! Sudah lama. Kita tidak bercumbu, pleaseee!"  desah Mean pelan.

"Setelah mengerjakan tugas, kita pulang ke rumahmu atau kondomu, hmmm? Kurasa aku sudah siap," bisij Plan sambil membalikkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya di leher Mean. Ia kemudian berjinjit dan membenamkan sebuah ciuman di bibir Mean. Mereka bergamitan mesra untuk beberapa waktu.

"Mmmmph, mmmmph, ngghh! " desah keduanya diiringi kecipak ciuman. Keduanya melepaskan ciuman seraya membuka mata mereka dan tersenyum. Mereka menarik napas dan kemudian tersenyum lagi sambil melihat ke bawah, tepatnya ke bagian di antara selangkangan Mean yang menggembung besar.

Plan tersenyum. Ia berjongkok dan membuka restleting celana seragam Mean dan kemudian mengeluarkan naga yang biasanya menggesek permukaan nonanya itu. Tanpa pikir panjang, ia mencium naga Mean dan kemudian  mengulumnya perlahan, membuat Mean meringis dan kemudian merintih keenakan.

Hampir setengah jam mereka melakukannya sebelum akhirnya Mean dengan cepat menariknya dari mulut Plan dan kemudian membekap naganya itu dengan sapu tangan. Sang naga terkulai kelelahan setelah ia memuntahkan cairannya.

"Aku ke kamar kecil sebentar!" bisik Mean setelah mereka tiba di meja mereka. Plan hanya mengangguk seraya tersenyum.

Mean memarkirkan mobil di garasi dan kemudian mengajak Plan memasuki rumahnya.

Menganga.

Wajah Plan tak bisa menyembunyikan itu saat melihat rumah Mean yang sangat megah.

"Ini rumahmu?" tanya Plan sambil meneguk ludah dan mengamati sekelilingnya.

"Uhm, ayoooo!" sahut Mean dengan cepat menarik lengan Plan menuju ke kamarnya.

"Kamarmu besar sekali. Rumahmu juga. Tapi aku tak melihat orang tuamu!" ujar Plan sambil menatap Mean.

"Aku sudah bilang ini  rumahku. Mereka tinggal di rumah mereka," sahut Mean lagi dengan tenang. Mereka duduk bersebelahan di sofa.

"Uwah! Kau benar-benar seorang Ai Koon Chai!" jawab Plan dengan sangta kaget.

Track 6 Mean and Plan Short Stories CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang