"Wah, apartemenmu luas sekali!" komentar Plan sambil mengamati seisi ruangan. Ia berjalan-jalan melihat ke setiap ruangan, melihat-lihat.
Mean tak merespons. Ia hanya memberikan sekaleng bir dan mereka duduk berdiri di depan balkon melihat pemandangan kota Bangkok di malma hari.
"Jadi seperti ini kota Bangkok di malam hari?" ujar Plan berbicara lebih kepada dirinya sendiri. Ia menatap pemandangan di depannya dan Mean melirik ke arah Plan yang berada di sebelahnya.
"Khun, bukan orang Bangkok?" Mean penasaran.
"Bukan. Aku lahir di Amerika dan besar di Jepang. Setelah berusia 20 tahun. Ibu dan aku pergi ke Thailand. Ayah dan ibu bercerai. Ibu menikah lagi dengan orang Australia dan tinggal di sana. Ayah menikahi orang Jepang bdan tinggal di Jepang. Setelah keduanya menikah lagi, aku tinggal sendirian di Chonburi dan sempat mengajar bahasa Jepang di sekolah. Tapi peruntunganku tidak bagus. Pemilik sekolah dan aku bermasalah, jadi aku mengundurkan diri, " sahut Plan.
"Wah, sungguh sebuah cerita! Ada apa? Kenapa Khun sampai ada masalah dengan pemilik sekolah?" tanya Mean penasaran.
"O, karena dia menyukaiku dan suatu hari ia menaruh obat di gelas minumanku dan ia hampir memperkosaku. Aku melaporkannya dan ia tak terima, malah memakiku dan mengatakan banyak kebohongan. Itu sangat aneh dan menakutkan. Jadi, aku pergi ke Bangkok dan mencoba peruntunganku di sini," sahut Plan.
Mean sangat kaget dan ia cukup intens mendengarkan cerita hidup Plan. Keduanya mulai saling berbagi cerita tentang kehidupan pribadinya dan mereka kini sambil duduk di sofa bersebelahan dan saling mendengarkan cerita sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul dua malam.
"Sudah sangat larut ternyata," sahut Plan mencocokkan waktu di jam tangan dan jam dinding di ruang itu. Hasilnya hanya beberpa detik beda tapi waktunya masih sama.
"Uhm," gumam Mean. Mereka berdua saling menatap dan tersenyum. Mean mendekati Plan dan ia merentangkan tangannya mencoba merangkul bahu Plan. Sungguh ia sangat gugup sebab biasanya perempuan yang melemaprkan dirinya kepadanya dan ini membuatnya jauh lebih mudah karena dia hanya tinggal melayani yang mereka lakukan.
Sekarang, Plan seolah menunggu saja yang ingin Mean lakukan kepadanya. Terlebih dengan semua ceritanya sebelumnya. Sekarang ia paham bagaiman sang lelaki penaruh obat itu bingung mendekati Plan. Tentu saja ia tak setuju dengan sang pemilik sekolah yang pengecut dan memilih jalan yang salah
"Boleh aku menciummu?" Mean bertanya lirih sambil menatap Plan dengan wajah yang malu.
"Okay," sahut Plan dengan wajah yang malu juga. Mereka saling mendekatkan wajah kemudian berciuman hangat dan mesra. Mereka memperbaiki posisi duduknya, semakin dekat dan bibir mereka semakin intens bergamitan.
"Mmmmph." Sebuah desahan menelusup dari kedua bibir mereka, pertanda mereka menikmati kegiatan mereka.
"Ke kamar," bisik Mean. Plan mengangukkan kepalanya. Mereka masih sama-sama mendesah dan berciuman.
Mean merebahkan Plan di atas ranjang dan perlahan ia membuka pakaian Plan lalu pakaiannya.
"Khun cantik sekali!" desahnya. Mean meneguk ludah seraya membelalakkan mata menatap tubuh moleh dan mulus di bawahnya. Buah dadanya terlihat sangat proporsional di tubuh sang perempuan dan terlihat begitu kenyal dan sintal.
"Khun berlebihan!" sahut Plan menjawabnya dengan rasa malu.
"Aku mengatakan yang sejujurnya," ujar Mean lagi sambil membelai kepala Plan dengan lembutnya.
Perlahan tapi pasti, Mean menyusuri semua bagian tubuh Plan tanpa disisakan. Tidak semua ia beri tanda, tapi ia berhasil membuat tubuh molek itu memerah pada beberapa bagiannya. Ia bahkan berhasil membuat tubuh mungilnya menggelinjang dan dadanya naik turun saat bibir dan lidah Mean bercengkrama dengan gunung kembarnya.
"Aaaah, aaaah, Khun Phiravich, aaah! desah Plan panjang. Itu saat Mean menjilati dan menyedot bagian kecil mencuat yang berwarna merah mida di antara dua bibir di tengah bagian bawahnya. Dan setelah beberapa lama, Plan mencapai puncaknya. Tubuhnya menggelinjang dan napasnya semakin tak beraturan dan tak lama kemudian tubuhnya terkulai lemas.
Mean tersenyum. Ia membelai kepala Plan lembut dan kemudian setelah tenang mereka berciuman lagi. Naga Mean yang sejak tadi siap dan sabar menunggu gilirannya merasakan kehangatan kini berada di depan pintu lubang. Mean memperbaiki posisinya dan posisi Plan dan tak lama kemudian, ia mendorong naganya perlahan ke dalam lubang.
"Aaaah!" keduanya mendesah.
"So goood!" desah Mean sambil terus mendorong ke dalam. Keduanya mendesah panjang lagi dan tak lama mulai bergerak bersamaan.
"Aaaah, nnnngh, mmmmph, Khuuun, astagaaa!" lenguh Plan sambil mengeratkan pegangannya pada lengan Mean yang kekar.
"Aaah, ssssh, mmmmph, enaak sekaliiii! Punya Khun enak sekali! Astagaaaa! Mmmmph," rintih Mean sambil mempercepat goyangannya.
Keduanya masih asyik bergumul dengan kegiatannya sampai beberapa waktu akhirnya mereka mencapai pelepasan.
"You are good!" bisik Plan.
"Kau juga," bisik Mean.
Keduanya berciuman dan berpelukan. Tak lama mereka melanjutkan permainan sampai lima babak mereka kemudian berhenti dan beristirahat.
Keesokan harinya mereka bangun pada siang hari dan setelah bersiap mereka memutuskan untuk makan siang bersama. Plan memasak dengan bahan seadanya di dalam kulkas.
"Masakanmu enak sekali!" puji Mean sambil menyantap. Ia terlihat sangat menikmatinya.
"Terima kasih," sahut Plan.
Mereka menikmati makan siang dan selesai dengan makan siang, mereka pergi jalan-jalan ke mal dan menonton dan kemudian kembali ke apartemen dma melanjutkan adegan ranjang mereka sampai akhirnya Plan pamit sebab ia harus bersiap untuk bekerja pada hari Senin. Mean mengantarkan Plan ke apartemennya.
Mereka berkencan selama enam bulan dan setelah merasakan bahwa keduanya nyaman satu sama lain, mereka memutuskan menjalin hubungan dan mengumumkan bahwa mereka berpacaran. Satu tahun berpacaran, Plan pindah ke apartemen Mean dan setelah dua tahun tinggal bersama, mereka memutuskan menikah karena Plan hamil duluan.
Saat Plan melahirkan anak pertama, Plan berhenti dari pekerjaannya. Mean yang memintanya. Ia ingin Plan berkonsentrasi pada anak dan keluarganya. Plan menyetujuinya dan mereka berjuang bersama dalam membangun keluarganya. Keseharian mereka dipenuhi dengan kebahagiaan. Meski mereka hidup sederhana saat ini dengan satu anak mereka, mereka sangat menikmatinya.
Tamat.
![](https://img.wattpad.com/cover/257755297-288-k674684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomanceMean and Plan FF Romance