Sebuah kesempatan datang bagi Plan untuk melepaskan Mean saat ia tahu bahwa Mean tengah dekat dengan seseorang dari kelas reguler yang bernama Dream. Ia adalah adik kelas mereka dan satu klub dengan Mean.
"Kudengar kau dekat dengan Dream?" tanya Plan. Itu setelah mereka melakukam seks di hotel.
"Uhm, kenapa? Kau cemburu?" Mean berkata asal. Ia hanya ingin menggoda Plan dan memang melihat reaksinya juga.
Sesuatu mencubit hati Plan saat itu. Sakit sekali dan itu membuat seluruh tubuhnya menjadi mati rasa. Untung saja itu hanya sampai tubuhnya sebab ia masih bisa menyembunyikan rasa sakit dan pedihnya itu di wajahnya.
"Kalau begitu, kita berhenti melakukan ini! Kau sudah menemukan seseorang yang kau sukai. Ini bagus. Aku tak mau bersenang-senang dengan orang yang pasti akan meninggalkan aku sebentar lagi," ujar Plan sambil tersenyum dan memainkan alisnya.
Deg. Giliran Mean yang kaget. Ia merasa hatinya seperti ditampar sesuatu juga. Setelah hampir satu tahun setengah mereka menjalani SF itu, tetiba mereka berhenti hanya karena seorang Dream yang jelas Mean belum tahu apakah ia akan menerimanya atau tidak.
Okay, Dream menyenangkan. Karakteristiknya mirip Neena dan mungkin itu pula yang membuat Mean nyaman di dekat Dream dan merasa senang ketika dekat dengannya.
Namun, itu saja. Perasaannya kepada Plan sangatlah berbeda dengan perasaannya kepada Dream bahkan Neena sekalipun dan ia memang belum bisa melabeli hubungan mereka, tapi tubuh dan perasaannya sudah terbiasa dengan tubuh dan perasaan Plan juga.
"Baiklah!" jawab Mean.
Keduanya saling mengucapkan selamat tinggal. Keduanya memasang wajah palsu dengan senyuman. Setelah keluar dari hotel itu, hubungan mereka hanyalah sebatas teman sekelas.
Ada banyak rumor sekarang di sekolah, khususnya adik kelas Mean yang selalu bercerita tentang Mean dan Dream. Bahkan Neena saja langsung menyelamati dan berkomentar. Mean hanya menganggukkan kepalanya.
Sering kali ia melihat ke arah Plan saat di kelas saat teman-temannya bercanda soal Dream untuk melihat reaksinya, tapi yang ia dapatkan hanya sebuah senyuman dan acungan jempol serta kedipan mata.
***
Suatu malam, Mean dan Dream tengah berjalan bersama di sebuah mal dan mereka baru saja keluar dari toko perlengkapan olahraga saat Mean melihat Plan berjalan menuju sebuah bioskop sendirian. Mean terdiam sejenak dan ia bahkan tak mendengar yang Dream katakan sepanjang jalan.Mean diam sambil masih melajukan mobilnya. Dream yang ada di sebelahnya melihat perubahan sikap Mean ini dan ia menjadi penasaran.
"Phi Mean, kau tak apa-apa? Sepertinya Phi Mean tengah memikirkan sesuatu," ujar Dream sambil melirik ke arah Mean.
"O, iya, tidak apa-apa," ujar Mean lagi. Ia mengembalikan tatapannya ke jalan setelah menyakinkan Dream dengan sebuah senyuman.
Entah kenapa, ia merasakan sebuah kerinduan saat ia melihat Plan berjalan ke bioskop tempat mereka menonton. Mereka pergi menonton, makan siang, dan melakukan banyak hal lainnya dan pasti tak akan lepas dari perdebatan, makian atau decakan. Hampir semuanya dari dirinya kepada Plan dan sekarang ia juga yang merindukannya.
Sebuah kejadian lainnya adalah saat di perpustakaan. Plan tengah berdiri di salah satu lorong, menikmati membaca buku saat Mean melewatinya karena ia ada janji bertemu dengan Dream untuk memberikan tutor bahasa Inggris.
Mean berhenti di lorong tempat Plan membaca buku itu. Ia memperhatikannya sangat lama, mengamati kebiasaannya. Ia tersenyum sendiri, sebab di lorong itu pula, mereka pernah bercinta beberapa babak dan hampir ketahuan sang penjaga.
Ternyata di setiap bagian sekolah, ada kenangan tentang mereka yang seolah sengaja menghampiri khususnya ingatan Mean tentang semuanya. Mean tak bisa menyangkal. Kini ia yang gila karena sang perempuan. Boleh saja ia menggandeng Dream di dekatnya meski sebenarnya mereka belum jadian, tapi hatinya ternyata sudah ditawan seseorang.
Mean ingin meyakinkan perasaan itu. Saat Dream dengan sengaja memberikan dirinya kepada Mean pada suatu pesta klub, Mean melayaninya. Kenyataannya mereka hanya sampai buka baju dan berciuman. Selanjutnya, Mean tak bisa melakukannya sebab semua yang ia lihat di depannya hanyalah Plan saja.
Mean pulang dari klub. Ia menelpon Plan berkali-kali, sayangnya tidak diangkat. Keesokan harinya, Plan tak masuk pula. Guru menginformasikan bahwa ia sakit dan untuk sementara itu Mook menjadi perwakilan siswa, menggantikan Plan.
Mean bolos pelajaran. Ia pergi ke rumah Plan meski hanya mengandalkan alamat dari internet. Siapa tak kenal keluarga Rathavit? Klik namanya di berita pencarian, maka akan muncul banyak artikel tentang mereka.
Mean mendatangi rumah utama Rathavit, tapi sang pelayan bilang Plan biasanya menghabiskan waktu di Vila Bunga khusus Keluarga Rathavit, khususnya saat sakit seperti ini, jadi tidak ada di rumah utama. Mean meminta alamatnya dan setelah mendapatkannya, ia segera pergi ke alamat.
Mean menekan bel di depan Vila. Seorang satpam membuka gerbang dan mempersilakan Mean masuk setelah ia memberitahu bahwa ia adalah teman sekolahnya dan diperintah oleh gurunya untuk memberikan beberapa tugas terkait sekolahnya. Satpam mengantar sampai pintu utama dan di sana seorang pelayan membawanya ke kamarnya.
Saat Mean memasuki kamarnya, ruang itu tak asing lagi baginya. Itu ruangan yang ada di foto instagram Plan termasuk piano dan foto lelaki tua dan anak kecil yang tak lain adalah ayahnya dan Plan sewaktu kecil.
Mean mendekati ranjang. Ia melihat Plan tergolek lemah di atas ranjang dengan wajah yang pucat dan tubuh diselimuti sampai pada bagian dada. Mean duduk di sebelah Plan. Semakin jelas bibirnya kering dan wajahnya sangat pucat. Mean menyentuh keningnya. Sangat dingin, begitu pula pipi dan sekujur tubuhnya.
"Astagaa! Plaan, hei, Plaaan bangun!" lirih Mean sambil menggoyang tubuhnya.
"Pho," desah Plan dari mulutnya dengan matanya yang tertutup.
Mean tersentak kaget. Ia menatap Plan dan tetiba air matanya mengalir dari kedua sudut matanya.
"Jangan pergi, Pho! Jangan tinggalkan aku! Aku sendirian," rintih Plan dan ia kemudian menggigil. Tangannya mengapai-gapai sesuatu seolah-olah ia tengah mencoba meraih sesuatu.
"Mae, lepaskan aku! Aku tak mau bersama Mar, aku mau bersama Pho!" ujar Plan lagi. Ia mengigau dan tak lama kemudian ia merintih lagi dan menggigil.
"Pho, dingiinn," lirihnya.
Mean meneguk ludah. Ia berbaring di sebelah Plan dan menariknya ke pelukannya dan ia memeluknya erat. Plan memperbaiki posisi tubuhnya. Ia tersenyum dalam tidurnya seraya berkata dengan lemah.
"Pho," bisiknya. Ia membenamkan wajahnya di dada Mean dan tidur dengan lelap dan nyamannya.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/257755297-288-k674684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomansaMean and Plan FF Romance