2. AGAIN

247 43 3
                                    

Mean baru saja akan menaiki lift saat sadar hpnya tak ada di saku. Ia kembali ke parkiran dan menaiki mobilnya. Hpnya juga tak ada di sana. Sejenak ia diam, mengingat kejadian dan sekarang ia sadar hpnya tertinggal di restoran.

"Sial!" rutuknya pada diri sendiri. Mean dengan cepat menyalakan lagi mobilnya dan melajukannya ke restoran.

Dalam perjalanan menuju ke tempat, Mean melihat pertengkaran, sebenarnya lebih kepada melihat seorang lelaki yang tengah mencoba merampas tas seorang wanita. Mean menepikan mobilnya dan ia kemudian berlari kepada mereka dan mencoba menolong sang wanita.

Mean berteriak keras dan sang lelaki melihat sejenak kepada Mean dan lalu pergi meninggalkan tempat kejadian dengan tas si perempuan. Sementara si perempuan langsung jatuh terkulai sambil meringis. Mean menghampiri sang perempuan dan ia kaget. Perempuan itu Plan dan ia menatap Mean dan minta tolong lalu pingsan.

"Selamatkan bayiku!" suaranya lemah meringis. Meski lemah Mean masih bisa mendengarnya dengan jelas. Tanpa buang waktu, ia langsung menggendong Plan ke mobilnya dan melarikannya ke klinik terdekat.

"Khun Phiravich!" ujar sang dokyer jaga sambil mendekatinya. Mean menatap ke arah dokter. Ia juga dokter kandungan, tapi jika ia membawanya ke rumah sakitnya akan timbul banyak pertanyaan.

"Maafkan aku! Aku tak bisa menyelamatkan bayinya. Istrimu keguguran. Ini bukan kali pertama, ya!" sahut sang dokter meyakinkan.

Mean diam sejenak dan ia menatap sang dokter termangu saat samg dokter menyebutkan Plan sebagai istrinya.

"Iya," jawab Mean singkat. Padahal ia tak tahu apa-apa.

"Bagaimana istriku sekarang?" tanya Mean lagi.

"Ia masih belum sadarkan diri. Sepertinya ia sangat kelelahan. Pekerjaannya apa sampai banyak lebam di tubuhnya?" nada bicara sang dokter tidak enak.

"Aku akan membawanya pulang. Aku akan mengurus administrasinya dulu," ujar Mean lagi. Ia tak menjawab pertanyaan sang dokter. Mau bagaimana lagi? Ia bahkan taj tahu yang terjadi kepada Plan.

Mean membayar semua biaya perawatan dan kemudian membawa Plan yang masih belum sadarkan diri ke mobilnya dan kemudian melajukan mobilnya ke rumahnya. Ia tak kembali ke apartemen, melainkan rumahnya di sebuah komplek kawasan elit di pusat kota Bangkok.

"Tolong ganti bajunya dengan bajuku saja!" ujar Mean kepada staf pelayan. Ia merebahkan Plan di ranjang. Sang pelayan mengangguk dan kemudian melakukan perintahnya.

Plan membuka matanya setelah satu minggu. Ia mengawasi seisi ruangan dengan kepala yang amat berat. Satu tangannya terjalin pada selang infusan dan sekarang meskipun ia sudah lebih sadar, ia masih belum paham di mana ia berada sekarang.

Sang pelayan masuk membawa baskom berisi air hangat dan handuk dan ia kaget mendapati Plan sudah membuka selangnya dan tengah berusaha berjalan dengan sempoyongan menuju padanya. Dengan cepat pelayan itu menyimpan baskom dan air dan berlari menuju Plan.

"Maaf, tapu Khun sebaiknya kembalu ke ranjang," sahut sang pelayan dengan sopan.

"Di mana aku?" tanya Plan lagi dengan suara yang lemah. Ia membiarkan samg pelayan membopongnya kembali ke ranjang.

Sang pelayan menjelaskan semuanya dan Plan hanya diam dan mencoba mencerna yang dikatakannya. Ia tal tahu siapa Mean sampai pada sore harinya ia langsung bertemu dengan orangnya.

Sekali lagi Mean menjelaskan semuanya dan Plan hanya diam dan memgurai air mata. Ia kehilangan anaknya lagi. Suaminya ada di penjara karena terlibat perampokan dan ia kehilangan semua aset yang ia punya karena suaminya mencurinya dan memberikan kepada selingkuhannya. Satu-satunya kabar baik yang ia terima adalah bahwa Phi Nook tidak memecatnya karena sangat tahu kondisinya.

Track 6 Mean and Plan Short Stories CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang