Lee menjelaskan semuanya kepada bosnya yang bernama Ken. Plan menatap Mean dan hanya bisa tersenyum saat Lee juga bercerita tentang hubungan mereka.
"Jadi, dia adikmu dan ayah Tee rupanya!" ujar Ken.
"Kalau begitu, bergabunglah bersama kami. Apa keistimewaan adikmu ini, Lee?" tanya Ken lagi sambil menatap Mean.
"Wow! Tunggu dulu Bos! Aku tak memgizinkannya. Dia sudah punya kehidupan yang baik di tengah masyarakat. Sebaiknya, kita tidak menariknya," sahut Lee terlihat khawatir.
"Bukankah itu keputusannya, Lee! Lagipula lihatlah, bagaimana ia menatap Plan. Dan sekarang ia sudah tahu tentang kita, kenapa tak sekalian saja memberikan dirinya untuk negara. Tidak ada salahnya!" ujar Ken.
"Na, anak muda! Kau may bergabung dengan kami. Kalau kau bergabung dengan kami, kau bisa bersama dengan istrimu itu," ujar Ken lagi sambil menunjuk ke arah Plan.
"Aku mau," jawab Mean tanpa pikir panjang.
"Tunggu dulu! Boss, aku mau bicara dulu dengan adikku. Beri waktu sepuluh menit, na!" ujar Lee lagi. Ken hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Mean, ikut denganku!" ujar Lee.
Mean berjalan di belakang Lee ke kamar lain dan mereka terlibat pembicaraan yang serius.
Lee dan Plan adalah agen rahasia san mereka berteman sejak mereka berteman akrab sejak terpilih menjadi agen lapangan. Keduanya adalah penembak jitu terbaik dalam pasukan mereka. Setelah lima tahun bertugas bersama, mereka diberikan izin untuk berlibur sementara dan keduanya memilih Jepang. Lee bersama pacarnya dan Plan dan beberapa temannya juga. Waktu itu saat mereka tengah berada di Ginza, Lee tak sengaja melihat Mean ada di sana. Wajahnya agak kusut mungkin karena ia lelah dari seminar. Ia ingin mendekati Mean tapi ia tak bisa sebab Mean pasti akan memberinya banyak pertanyaan.
Plan yang juga ada di sana dimintai tolong oleh Lee dan kebetulan Plan juga tertarik saat pertama kali melihat adik Lee itu. Ia menggodaLee bisa membuat Mean jatuh cinta kepadanya dalam waktu seminggu. Tantangan itu Lee terima dan jika Plan bisa melakukannya, ia akan memberikan senapan terbaiknya kepada Plan. Tentu saja, Plan bahagia. Mereka adalah the best Sniper.
Begitulah. Plan memenangkan taruhan dan Lee harus memberikan senapannya itu. Sayangnya, senapannya itu tak bisa dipakai sebab saat mereka kembali ke Amerika, Plan diketahui hamil dua bulan kemudian dan ia dikenai sanksi tidak boleh bertugas selama dua tahun.
Plan paham. Ia tak tinggal diam. Selama dua tahun itu, ia memgembangkan dirinya dan mengikuti pelatihan dokter sebab ia juga memiliki ijazah di bidang medis dan setelah ia belajar dan lulus di bidang itu, ia kemudian berpindah divisi. Ini lebih mudah untuknya, khususnya karena ia juga punya anak yang harus ia jaga.
Setelah itu, Plan lebih banyak bekerja di lab dan Lee masih di lapangan. Mereka sering bertemu. Bagaimana lagi! Lee adalag paman Tee dan ia juga punya kewajiban untuk menjaga keponakannya itu.
Saat Mean mengabari Lee dan mengundangnya ke pesta pertunangannya, Lee agak sedih. Sebenarnya ia sangat berharap Mean bisa bersama dengan Plan, tapi jurang di antara mereka terlalu besar. Saat Plan memasuki Badan Intelijen dan menjadi agen rahasia, ia sudah siap bahwa suatu hari identitasnya akan lenyap dan dinyatakan mati demi kerahasiaan negara dan keselamatan dirinya. Jika ia bersama dengan Mean, ia akan membahayakan Mean dan keluarganya juga. Tapi, ia juga tahu Plan sangat menyukai Mean, jadi ia ingin memberikan Plan sebuah kesempatan untuk bertemu lagi dengan Mean dan ia membuat sebuah skenario menjadi pasangan suami istri dan datang seolah mereka adalag sebuah keluarga yang harmonis.
Sekarang, Mean sudah tahu kenyatannya. Mean tahu hubungan keduanya dan Mean bahagia karena Plan mencintai dirinya.
Lee memang menentang keputusan Mean. Masalahnya, ia meninggalkan keluarganya dan semuanya dan sekarang Mean akan melakukan hal yang sama. Ia tak bisa bayangkan bagaimana perasaan ibunya. Itulah alasannya. Mean paham sekarang, tapi itu tak menyurutkan langkahnya untuk bersama dengan Plan. Ia mantap berganti karir dan meminta waktu selama enam bulan untuk menyelesaikan semua urusan.
Plan benar-benar terkejut dengan keputusan Mean ini dan ia juga sempat membujuk Mean untuk tidak melakukannya.
"Aku mencintaimu dan aku ingin selalu bersamamu. Aku tak peduli kita ada di mana, yang penting kita bersama," ujar Mean dan itu memastikan Plan bahwa Mean memang benar-benar mencintainya.
Enam bulan sudab berlalu. Mean menjadi bagian dari divisi penelitian sekarang. Keahliannya di bidang medis benar-benar membantu tim dalam penyelesaian masalah. Plan tentu saja bangga dengan hasil kerjanya. Terlebih atasannya yang berpikir ia tak salah pilih orang.
***
"Nnnngh, mmmmmph, aaaah, ooooh!" Keduanya mendesah bersamaan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan."Meaaan, nnnnngh! Astagaa! Pelan-pelan. Aduuuh, ada anak kita di perut ini!" desah Plan saat Mean menggoyang Plan agak kencang. Perutnya sudah agak besar. Kehamilannya sudah hampir lima bulan.
"Maafkan aku! Punyamu selalu saja membuatku gila!" rintih Mean sambil mengurangi kecepatan goyangnya dan tak lama berselang keduannya sama-sama mencapai pelepasan. Mereka berpelukan dan berciuman dan kemudian memejamkan matanya, siap menyambut hari berikutnya.
Mereka sudah menikah sekarang. Sudah hampir satu tahun berjalan dan mereka tak punya pilihan untuk tinggal di pangkalan kecuali, jika memang ada tugas luar, biasanya mereka akan ke hotel dan menemui seseorang di sana.
Mereka berada dalam tim yang sama dan karena keterampilan Mean memang lebih tinggi daripada Plan, karir Mean lebih cepat naik daripada karir Plan. Tentu saja Plan juga bahagia. Mereka toh selalu mendukung satu sama lain.
Yang jelas tugas keduanya tak bersangkutan dengan lapangan. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di lab, meneliti dan menganalisis.
"Plan kita kedatangan tamu!" ujar Ken sambil tersenyum kepada Plan. Mean yang juga berada di lab, mendekati Plan dan menatapnya.
"Tamu untukku," jawab Plan.
"Iya dan sangat penting," ujar Ken sambil mengedipkan satu matanya.
"O, oke!" Plan membuka jas lab dan membawanya ke loker lalu menguncinya. Ia menetralisasi dirinya di sebuah mesin sebelum keluar dari lab dan berjalan menuju ruang tamu.
"Mean, kurasa kau harus menemaninya," ujar Ken.
"Cepatlah!" ia menepuk bahu Mean.
Mean, dengan penasaran, mengikuti instruksi Ken dan ia kemudian mengikuti Plan ke arah ruang tamu dan saat ia datang, ia tengah melihat Plan menangis keras dipeluk dua orang tua. Ibunya sangat mirip dengan Plan dan Mean bisa dengan cepat menyimpulkan siapa mereka.
Mean tersenyum dari luar pintu sambil menatap mereka. Plan pernah bercerita kepadanya. Orang tuanya agen juga dan mereka bekerja lama di Inggris. Sejak usia sepuluh tahun, mereka meninggalkan Plan sendiran di bawah asuhan Gong, pamannya dan kini orang tuanya kembali. Meaki hanya sebentar sebab mereka masih dalam misi, ia bahagia bisa bertemu dengan orang tuanya.
"Dia suamimu?" Ibu Plan mengangguk kepada Mean yang amsih berdiri di luar jendela.
Plan menoleh dan tersenyum. Ia melambaikan tangannya dan meminta Mean masuk. Mereka kemudian berkenalan dan terlibat obrolan yang cukup panjang. Mereka merencanakan untuk makan malam dan bertemu cucu mereka.Kehidupan Mean dan Plan sekalu lagi berakhir bahagia.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomanceMean and Plan FF Romance