"Mean, nanti malam jangan lupa! Love bilang oke untuk memperkenalkanmu kepada kakaknya. Jadi, jangan lupa datang ke alamat restoran yang sudah kukirim ke line-mu, ya!" ujar Perth.
Mean terbelalak. Ia sebenarnya tak menyangka ia bisa berkenalan dan bertemu dengan sang pelukis hampir semua lukisan di tempat bekerjanya itu. Jadi, dengan antusias, ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Mean berjalan memasuki sebuah restoran dengan alamat yang sudah diberikan. Ia terus berjalan sampai pada sebuah ruangan dan kemudian mengetuk pintunya. Seorang pelayan perempuan membukanya dan mempersilakan masuk dan Mean tersentak kaget saat ia melihat orang-orang yang ada di dalamnya.
"Kapten Weir!" Mean terperanjat saat ia melihat mantan atasannya duduk di sebuah kursi ditemani Perth, Gong, dan New di sana.
Ada pandangan yang tak nyaman dari sorot mata Mean terhadap mantan atasannya itu seolah mereka menyumpan sebuah kisah yang kelam.
"Perth, kau ada di sini? Phi Gong juga?" Ekspresi di wajah Mean menggambarkan rasa heran. Lalu, ia hanya melihat New sejenak. Ia tak kenal dengan lelaki itu.
"Halo, Mean!" sapa Weir dengan santai. Ia hanya tersenyum saat melihat sorot mata Mean yang ia juga paham artinya.
"Duduklah. Aku ingin bicara denganmu," ujar Weir lagi.
"Baiklah! Kurasa aku tak perlu berpura-pura lagi. Jika Perth dan Phi Gong ada di sini, artinya, keduanya sudah tahu siapa aku," ujar Mean dengan wajah yang lebih santai dan senyuman yang penuh dengan percaya diri. Ia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Weir.
"Kapten. Kenapa Anda ada di sini? Kudengar Anda sudah pensiun dan pindah ke Inggris," ujar Mean lagi. Ia memperbaiki posisi dirinya. Nadanya agak datar.
"O, sebelum aku menjawab, aku yang akan bertanya terlebih dahulu. Apa urusannya pasukan elit berada di galeri dan menyamar menjadi seorang satpam?" tanya Weir.
Kedua tangannya berjalin dan ia simpan untuk menahan dagunya. Dengan mata memicing, ia menatap Mean penuh dengan kecurigaan.
"Apa yang sebenarnya pasukan khusus juga lakukam di sini?" ujar Mean balik bertanya.
"O, pertanyaan dibalas dengan pertanyaan. Sungguh ciri khas pasukan elit," ujar New.
Mean melihat ke arah New.
"O, kalian semua dari pasukan khusus rupanya! Pantas saja aku tak kenal kalian," sahut Mean.
"Tapi, kau kenal dengan Plannie," ujar New dengan agak sinis.
"Tentu saja," sahut Mean dengan nada kaget tetapi ia tekan.
"Dan Plannie bagian dari kami," sambung New.
"Sebelumnya, ia bagian dari Pasukan Elit," imbuh Mean tak mau kalah.
"Baiklah, mari kita berhenti berdebat di sini. Sekali lagi Mean, apa yang kau lakukan di galeri? Kenapa menjadi satpam di galeri, hmmm?" Weir bertanya.
"Kapten kau tahu, aku tak bisa bercerita, aku punya misi yang harus kujalani," ujar Mean.
"Ah, baiklah. Kurasa pertanyaanku salah. Biar kuulangi, siapa yang mengirimmu? Pasukan Elit?" tanya Weir lagi.
Mean tak bergeming. Ia hanya memalingkan wajah.
"Kapten mungkin sebaiknya kita ceritakan saja yang sebenarnya terjadi, biar ia sadar bahwa ia telah dibodohi dan ia hanyalah umpan," sahut Gong sambil menatap Weir sebentar.
Badan intelijen Thailand membentuk sebuah pasukan yang bernama Pasukan Elit. Pasukan ini khusus dioperasikan untuk kegiatan penyamaran dan misi-miai berbahaya, khususnya berkait dengan penyusupan pihak asing, menjaga kerahasiaan negara, usurpasi, dan hal lainnya yang berkait dengan kerahasiaan militer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 6 Mean and Plan Short Stories Collections
RomanceMean and Plan FF Romance