Pagi kali ini tak terlihat mentari sejak aku membuka mata. Rintik hujan masih setia menemani hingga dua jam lamanya hingga saat ini. Ocehan Guru Ma bahkan tak begitu aku pedulikan. Menyibukkan diri dengan hal lain seperti menggambar bagian belakang tubuh seseorang yang tampak menyibak tirai yang menutupi jendelanya. Pelajaran sejarah memang tak pernah selalu membangkitkan gairah semangat belajar ku sejak dulu, terlalu banyak ocehan teori yang membuat kepalaku ingin muntah saking bosannya.
"... Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai implementasi penyatuan Korea." Dan lain sebagainya. Bahkan beberapa siswa kedapatan tertidur olehku. Ingin bisa tertidur seperti mereka, tapi aku tidak bisa. Ini sudah sekitar tiga hari semenjak Minho tak lagi mengganggu diriku kala berada di sekolah dan Taehyung pun masih berhubungan dengan diriku dengan respon yang sedikit lebih baik daripada sebelumnya.
Sempat merasa penasaran juga atas apa yang Kakakku Jimin dan pria Kim itu bicarakan ketika aku memergoki isi pesan Jimin hari itu, sebab setelah kembali memasuki sekolah, Taehyung tampak lebih sedap diajak berhubungan. Lebih sering menebar senyum kendati tak seperti dirinya yang dahulu—dirinya yang lebih hiperaktif dan terlampau konyol.
"Baiklah, untuk tugas dua pekan ke depan, saya ingin tugas itu sudah ada di meja saya paling lambat jam terakhir pada hari ketiga dalam satu pekan."
Guru Ma memang seperti itu, terlalu suka membelitkan perkataan hingga mengharuskan kita untuk berpikir lebih keras. Cukup katakan saja bahwa tugasnya dikumpulkan paling lambat dua pekan ke depan di hari selasa dengan batas waktu hingga jam terakhir sekolah.
Satu per satu para murid yang ada di dalam kelas mulai berhamburan ke luar kelas. Suara bising para lisan mereka yang saling bercakap-cakap pun terdengar tak terlalu bulat. Diriku masih pada posisi semula, duduk di kursiku dengan kepala yang menumpu pada lipatan kedua tanganku di atas meja.
Aku menghembuskan napas pelan, entah mengapa seketika diriku berharap Taehyung datang menemui diriku di kelas dan mengajakku berkeliling kantin. Sudah lama juga kita berdua tidak menghabiskan waktu bersama di saat-saat seperti ini.
"Jihye, Taehyung menunggu dirimu di depan kelas."
Aku mengangkat kepala dan lagi-lagi menemukan Soora di dekatku. Sudah pernahkah aku menjelaskan perihal hubungan diriku dengan Soora memang bisa dibilang kurang baik. Mungkin bukan hanya kepada Soora saja, nyaris seluruh kelas atau mungkin sekolah? Sebab selama nyaris tiga tahun diriku menimba ilmu di sini, hanya Haneul dan Taehyung saja yang bersikeras untuk mengajak diriku menjadi teman keduanya.
"Satu lagi, ini untukmu."
Soora meletakkan lipatan kertas yang ukurannya tak kecil pun tak besar pula di atas mejaku.Tanpa mempedulikan eksistensi gadis itu yang kini menggerutu di belakangku, berkomentar tentang diriku yang tidak tahu berterima kasih, aku memacu langkah dan menemukan perawakan pria yang sangat familiar disapa penglihatan milikku.
-o★o-
Biasanya suasana kantin ketika jam makan siang seperti ini sangat berisik. Tidak, maksudku meja yang diriku tempati akan terasa ramai, bukan seperti sekarang yang terasa seperti menonton film horor di sore hari—lupakan.
Biar aku perjelas suasana yang terjadi di meja kantin yang aku tempati bersama Taehyung kali ini. Kami berdua sama-sama sibuk dengan menu makan siang milik kami masing-masing. Tak ada konversasi lebih, mungkin sesekali kami saling bertanya tentang rasa menu makan siang kali ini menurut pendapat kamu pribadi. Taehyung juga terlihat lebih diam, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Hanya saja, tiga hari belakangan ini raut wajahnya lebih bersahabat. Ini aneh, seketika aku takut bila ternyata tanpa diriku sadari aku kembali membuat kesalahan yang aku tak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS REGRET
General Fiction[COMPLETED] Tentang dia dengan perasaannya dan juga tentang aku dan segala keputusanku. Tak ada yang salah, semua hanya ingin menyelamatkan. Menyelamatkan hati, namun juga hubungan. [Cast: Kim Taehyung, Park Jihye.] Publish : 2020.07.12 Finish...