22. Each

242 28 0
                                    

"Aku baik."

Jumantara tampak gulita dengan indurasmi serta kartika yang melengkapi. Surai keduanya sesekali terayun mengikuti bagaimana sang bayu menerpa halus bersama dengan keheningan malam.

Menyandarkan panggul keduanya di mobil bagian depan seraya menatap lurus pemandangan di depan. Hanya sekumpulan ilalang, hamparan tanah yang ditumbuhi rumput pendek-pendek, danau dengan ketinggian rendah, dan ketenangan malam yang mereka dapatkan.

"Kau tahu bahwa diriku merindukan saat-saat seperti ini?"

"Apa?"

Yang ditanya tampak mengembuskan napasnya. Meneguk isi dalam gelas miliknya sebelum kembali berujar. "Berdua seperti saat ini, di tempat yang sama seperti awal pertemuan kita, dan yang pasti hanya ada dirimu dan diriku."

"Itu terdengar menggelikan."

Pria Park itu tertawa ringan seraya menyugarkan surainya dengan jemari miliknya. Nyaris kembali larut dalam keheningan sebelum Jimin kembali menyuarakan suaranya.

"Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Baik."

Jimin menghela napas jengah seraya kepalanya yang menengadah menatap hamparan luas cakrawala gulita di atas sana.

"Kau mengajak diriku bertemu hanya untuk saling berdiam diri seperti ini? Jika iya, mari lakukan di rumah masing-masing. Kau kira telapak kakiku tidak digigit nyamuk? Tahu kita datang ke tempat seperti ini diriku tidak akan mengenakan sandal."

Taehyung tersenyum lalu menghela napas singkat. "Aku akan pergi jauh dari sini, Kak."

Pria Park itu spontan menoleh dan menatap terkejut pria di sebelah kanannya yang tampak menundukkan kepalanya. "Kau bercanda?"

"Tidak, aku serius." Taehyung mengangkat kepalanya dan menatap lekat pria di sebelahnya yang menatap dirinya penuh tanya.

"Kapan?"

"Hari kelulusan nanti."

Jimin menghela napas singkat. "Mengapa tiba-tiba seperti ini?"

Taehyung mengedikkan bahunya seraya kembali menatap bagaimana air danau di depan sana yang tampak tenang.

"Oh, jadi ini alasan dirimu tidak datang ke rumah malam itu?"

Taehyung menoleh. "Kapan?"

"Yang Jihye katakan padamu."

Taehyung menaikkan satu alisnya dengan raut bertanya. "Jihye tidak mengatakan apapun padaku."

Jimin memutar tubuh sepenuhnya menghadap pria Kim yang masih memasang raut tak mengerti. "Aku menyuruh Jihye memberitahumu untuk datang berkunjung makan malam dua hari yang lalu. Aku sempat ingin memberitahumu sendiri, tapi Jihye berkata akan menyampaikannya. Saat itu ada teman baru Jihye, aku lupa namanya." Jimin menjeda perkataannya sejenak seraya mengingat. "Jadi, Jihye tidak mengatakan apapun?"

"Tidak." Taehyung melipat kedua tangannya di atas perut seraya kembali memandang lurus pemandangan di depan.

"Kalian baik-baik saja, bukan?"

"Memang kami kenapa?"

"Diriku bertanya kenapa kau bertanya juga?"

Taehyung terdiam, tampak tak berniat menjawab pertanyaan Jimin yang kini menghela napas jengah.

"Siapa teman baru Jihye?"

Jimin merotasikan matanya jengah. "Lupa, jika tidak salah namanya Mino? Miho? Tidak ingat."

"Choi Minho?"

Jimin menoleh kemudian mengangguk. "Benar."

Keduanya kembali terdiam dengan memandang objek yang sama di depan sana. Kesunyian seperti itu tak mempengaruhi apapun untuk kedua pria tersebut, seperti rasa takut bahkan tak ada.

ENDLESS REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang