11. Option

245 46 6
                                    

"Aku tidak menduga bahwa kau sudah menunggu diriku di sini." Derap langkahnya terdengar memijaki pelataran yang ditumbuhi rerumputan liar. "Menunggu lama?" Kedua telapak tangannya bersembunyi di balik sisi saku celana panjangnya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas dengan salah satu sudutnya yang tampak naik lebih tinggi. Dapat diriku lihat bahwa kedua netranya memandang diriku remeh.

"Apa maksud dirimu?"

Senyum pria Choi itu tak lagi terlihat, tergantikan dengan raut bodoh seolah tak tahu apa yang terjadi. Diriku benci menatapi raut yang layaknya orang idiot seperti itu.

"Apa maksud diriku? Memang apa yang aku lakukan?"

Aku berjalan cepat mendekati dirinya yang masih berdiri dalam jarak dua meter di depanku. Menarik kerahnya kuat seraya memberikan tatapan tajam sarat akan kebencian. "Hentikan omong kosong mu, sialan! Apa maksud dirimu berbuat demikian?"

Dia tertawa ringan seolah omonganku adalah lelucon yang akan membuat perutnya geli. Seketika air mukanya berubah. Tak ada tawa, tergantikan dengan raut datar dengan netra yang menatap lurus diriku.

"Kau tidak harus berbuat seperti ini." Mengusap pelan genggaman tanganku pada kerah pakaian sekolahnya yang kemudian menarik kasar hingga cengkeramanku terlepas. Seolah merubah dirinya lebih dominan, menggantikan posisiku semula. Berjalan mendekat dengan daksaku yang masih berdiri tegak jada pijakanku. "Semua tidak akan serumit ini jika kau menerima ajakan yang diriku lafalkan dengan mudah. Ini salah dirimu yang membuat segalanya menjadi sulit. Aku hanya meminta dirimu menarik salah satu simpul tali yang benar agar terlepas, namun kau menarik bagian yang lain hingga terikat kuat."

Aku diam mendengarkan semua pemborosan katanya yang semakin membuat diriku jengah. Aku merotasikan mata dengan serotoninku yang saat ini tengah bekerja keras menahan emosi yang mulai muncul menjadi satu.

"Tapi tidak dengan menghancurkan kehidupan Taehyung! Jangan jadikan Taehyung pelampiasan dirimu. Meminta orang tuamu melakukan sesuatu dengan memutus kerja sama dan segala macam yang ada adalah suatu kesalahan. Kau pikir dirimu bisa mengendalikanku dengan Taehyung sebagai alatmu?"

Aku merasa tensiku kini naik dengan wajah yang sepertinya akan terlihat memerah. Intonasi suaraku juga tinggi sarat akan kekesalan. Sudah lama diriku tak merasa semarah ini, terakhir kalinya adalah saat aku beradu mulut dengan Jimin. Itu juga sudah tiga tahun yang lalu. Hanya masalah perbedaan pendapat antara aku dengan dirinya dan itu juga sebelum mengetahui dan mengenal sosok dari pria bernama lengkap Kim Taehyung yang kini sedang diperbincangkan.

Aku lihat pemuda Choi di depanku ini tampak biasa dengan ekspresi menyebalkannya, memandang diriku remeh seperti semula. Tawanya terdengar secara tiba-tiba. Seolah perkataanku adalah lelucon yang menggelitik perutnya. Salah satu hal yang ku benci di dirinya, tawa menyebalkannya.

"Ya, sudah aku jelaskan sejak awal, bukan? Ini kesalahanmu yang membuat segalanya menjadi rumit." Dia terlihat memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana seragamnya. Menatap lurus diriku yang mencoba meredakan emosi dengan kedua tanganku yang terkepal kuat. "Untuk masalah pria Kim sialan itu, aku tidak tahu. Itu adalah urusan antara perusahaan Ayahku dan perusahaan milik keluarga Kim itu. Jangan menatapku seolah diriku adalah dalang dari semuanya. Meski sedikit campur tangan?" Suaranya terdengar pelan di akhir setelah untaian kata penuh pongah sebelumnya dirinya utarakan.

Jujur saja berbicara dengan pria Choi ini sama saja seperti mengukur seberapa kuat serotoninku bekerja. Terlalu banyak mengeluarkan emosi hingga selalu mencoba untuk meredakannya.

"Kau adalah sialan yang sesungguhnya." Aku berbicara dengan nada rendah. Mencoba menatap mata pria sipit itu dalam.

"Dengan kau yang demikian, membuat diriku semakin tertarik asal dirimu tahu." Dia berjalan mendekati diriku yang tetap pada posisi awal. Sedikit menengadah menatap pria yang lebih tinggi dariku itu. "Aku tidak ingin berbasa-basi, hanya ada dua pilihan tanpa negosiasi lebih lanjut. Bersamaku maka Taehyung dan keluarganya kembali bernapas lega atau tetap pada keputusanmu dan membiarkan keluarga Kim itu semakin sesak?"

ENDLESS REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang