03. Confused

601 129 116
                                    

Sudah hampir sebulan ini akhirnya aku kembali memasuki waktu sekolah seperti biasa mengingat sebelumnya liburan musim panas telah berlangsung waktu itu. Taehyung juga sudah tiba dari liburan bersama keluarganya sepekan yang lalu—mengunjungi rumah lamanya yang ada di distrik Seo, Daegu.

Sudah hampir sebulan ini juga sarapanku tak lagi sendiri. Tidak juga memakan roti panggang tanpa selai seperti biasanya. Kali ini aku memakan Tofu with soy sauce. Tofu untuk sarapan yang dimasak dengan cara digoreng atau dikukus dan kemudian diberi siraman saus yang terbuat dari bawang putih cincang, soy sauce, minyak wijen, biji wijen dan irisan daun bawang.

Ini semua karena Kakakku yang dengan baik hatinya bangun lebih awal hanya untuk memasakkanku ini. Ia hampir saja marah ketika membuka lemari penyimpanan bahan makananku hanya terdapat dua bungkus roti gandum yang masih utuh. Jangan lupakan bahwa ia juga hampir marah karena tofu yang kusimpan di lemari pendingin hampir saja basi karena aku yang menyimpannya asal.

"Kau setiap hari hanya makan roti, huh? Bagaimana kau bisa mendapatkan nutrisi jika pola makanmu tidak di jaga. Lalu apa ini? Kau membiarkan tofu hampir membusuk itu di lemari pendingin tanpa mengolahnya? Buat apa dibeli jika kau biarkan membusuk di dalam sana."

Kira-kira seperti itu ucapannya sebelumnya. Pagiku benar-benar diawali oleh omelan darinya.

Lagi pula, tidak ada yang membeli tofu, itu pemberian tetangga tujuh hari yang lalu. Tetanggaku bilang bahwa suaminya membeli tofu terlalu banyak hingga ia bagikan ke tetangga yang lain dan tidak boleh menolak pemberian orang, itu tidak baik. Juga masalah roti, bukankah roti juga memiliki kandungan yang baik, seperti protein, antioksidan, mineral termasuk zat besi, magnesium, kalsium, fosfor, sodium, kalium, zinc, vitamin B, vitamin E, vitamin K, folat serat?

Inginnya menjawab seperti itu, tapi jika aku menjawab, dapat dipastikan bahwa kita akan terus berbicara membela diri dan akhirnya melupakan sarapan. Ini juga bukan sepenuhnya kesalahanku. Aku adalah tipe yang memegang prinsip,

'Jika ada yang mudah, kenapa harus yang susah.'

Jadi, aku memutuskan untuk makan roti saja di pagi hari tanpa harus repot-repot membuat sesuatu. Terlalu malas, sebenarnya. Tapi agaknya kakakku itu su tipe yang memegang prinsip lain daripada prinsipku.

'Jika ada yang susah, kenapa harus yang mudah.'

Sekiranya itu adalah prinsip hidup yang ditekuninya selama ini.

Kami makan tanpa ada yang berniat membuka suara memulai topik pembicaraan. Hanya suara dentingan sumpit yang beradu diatas mangkuk putih kami. Aku mendengar dia menarik napasnya, masih dengan aku yang fokus menatap mangkuku yang isinya tinggal setengah.

Biar ku tebak, orang yang ada di depanku ini pasti dia akan berbicara yang mengangkat topik sebelumnya. Sudah kuduga bahwa ini belum berakhir.

"Kau benar-benar hanya memakan itu setiap pagi?"

Tepat sasaran. Jika tidak ku jawab, dapat dipastikan ia akan marah dan berujung ceramah tanpa akhir.

"Iya." Jawabku dengan tatapan mata yang masih menatap mangkuk milikku yang isinya tinggal sedikit.

"Apakah tidak ada asisten rumah tangga di sini?" Tanyanya sambil mengunyah sesumpit makanan didalam mulutnya.

"Ada" Jawabku malas.

"Lalu, apakah mereka tidak mebuatkanmu sarapan?"

ENDLESS REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang