25. Without Explanation

242 28 1
                                    

Seketika aku merasa dalam tempat hening kendati di sekeliling ramai manusia yang berlalu-lalang. Tiba-tiba isi pikiranku kembali dipenuhi berbagai macam hal yang mengapa dan kenapa.

Aku ingat bahwa sempat bertemu dengannya beberapa jam yang lalu dan sekarang aku mendapati eksistensi pria itu yang tengah berdiri memunggungi diriku.

Minho yang semula berceloteh kini mendadak diam setelah tahu apa yang menyebabkan diamnya aku. Pria Choi itu kini berlagak seperti orang yang berusaha untuk tidak mau tahu urusan orang lain kendati aku paham bahwa pria itu sangat menaruh rasa penasaran pada apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Tae?" Aku memanggil dengan suara yang sedikit kuat, takut jika pria yang aku yakini sebagai Kim Taehyung itu tidak dapat mendengar panggilan dariku.

Taehyung menoleh dan menatapku sedikit terkejut. Berbeda dengan gadis di sebelahnya yang kini menatap diriku selayaknya orang asing meski aku juga baru kali ini melihatnya.

"Jihye, kau di sini?"

"Aku pikir kau melakukan hal yang penting hingga menolak ajakan Mama dan..." Aku tiba-tiba meragu untuk melanjutkan kalimat, seolah ucapan yang selanjutnya ingin aku ucapkan hanya dapat sampai hingga batas tenggorokan.

"Aku... aku memang sedang—"

"Kau bahkan tidak membalas pesanku." Aku menyela waktu berbicaranya. Mencoba untuk mengatur emosi yang mungkin akan berakhir percuma.

"Jihye kau salah paham, aku menolak dan tidak meng—"

"Taehyung, aku pikir dirimu perlu waktu untuk sendiri mengingat kerenggangan kita. Aku memberimu waktu agar kita dapat berpikir tentang apa saja kesalahan yang harus diselesaikan dalam beberapa bulan terakhir."

Aku melihat Taehyung yang diam dan itu membuka peluang untuk aku berbicara lebih banyak, menumpahkan segala macam yang selama ini ada di dalam pikiran aku tentang pria itu yang begitu menyebalkan.

"Sejak interaksi kita yang tidak berjalan baik, aku memikirkan beberapa kemungkinan tentang kesalahanku. Memikirkan banyak hal tentang apakah langkah dan keputusan yang aku buat merupakan sesuatu yang salah. Aku bahkan tidak mengerti mengapa kamu yang begitu tidak menyukai Minho." Aku berhenti berbicara, mengais udara untuk dapat aku jadikan pasokan setelahnya.

Minho yang menyadari suasana kian merumit serta kami yang menjadi pusat perhatian membuat pria Choi itu menyentuh bahuku pelan. "Ji, di sini ramai. Bicarakan di lain hari saja."

Aku maju dua langkah, tidak ingin Minho menghentikan aku untuk saat ini.

"Aku sempat mengira bahwa ada masalah di antara kalian yang terlalu fatal hingga kau menyuruhku untuk menjauhi Minho. Aku mencoba untuk memaklumi itu meski aku tidak melakukan apa yang kau inginkan. Kau bahkan menolak ajak orang tua ku tidak hanya sekali. Bahkan tidak membalas pesanku atau setidaknya sekadar membaca pun tidak. Anggap saja aku tidak mempermasalahkan pesanku yang kau anggap percuma, tetapi aku lebih kasihan pada orang tua ku yang selalu mengharapkan hadirmu. Bahkan Jimin dan aku bertengkar hanya karena dirimu."

Aku mendesah kasar usai segala macam rentetan kalimat itu terucap. Lantas aku menatap gadis di sebelah Taehyung yang masih diam dengan raut wajah polos yang sialannya terlihat menyebalkan saat ini di mataku.

"Ji, sudah dulu. Ini tempat umum dan amarahmu tidak—"

"Kau sialan, Kim."

Aku memutar tubuh dan menjauhi tempat yang semula aku pijaki. Aku mendengar derap langkah Minho yang mencoba untuk menyusul langkahku seraya menyerukan namaku beberapa kali.

Lantas langkahku berhenti ketika telah tiba di lahan parkir. Tanganku terangkat untuk menepuk pelan dahiku. Tiba-tiba kepalaku sedikit pening dengan isi pikiran yang tidak lebih baik daripada sebelumnya.

ENDLESS REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang