End

272 19 10
                                    

Barangkali manusia hanya dapat berangan, tetapi semesta punya caranya sendiri. Layaknya para pelari yang memiliki garis mulainya masing-masing, garis akhirnya pun demikian.

Dahulu aku sempat mengira bahwa pertengkarannya kecil yang terjadi hanya akan sebatas saat itu dan semua akan baik-baik saja. Sebagaimana anak kecil yang bertengkar dengan teman sebayanya dan dikemudian hari mereka akan kembali bermain bersama.

Sayangnya keadaan aku dengan dirinya tidak sama seperti para anak kecil itu. Kami sudah dewasa dengan pemikiran yang tidak lagi sama seperti anak kecil berusia lima tahun.

Seharusnya aku paham bahwa sedekat apapun manusia dengan manusia yang lainnya, menjaga perasaan juga perkataan itu jauh lebih penting.

"Jihye, ada surat untukmu."

Aku menoleh dengan secangkir cokelat panas yang masih dalam genggaman.

"Maaf baru dapat memberikannya. Aku sudah berjanji dan tidak mungkin untuk melanggarnya."

Ucapannya terdengar seperti manusia paling amanah di dunia ini, nyatanya untuk menjaga janjinya padaku saja pria yang masih memiliki hubungan darah dengan ku saja mudah ingkar.

Aku letakkan cangkir cokelat panas ku di atas meja di depanku sebelum kemudian meraih amplop cokelat itu untuk diriku.

Jimin telah pergi ke dalam rumah tanpa aku suruh. Pria itu seperti mencoba untuk tidak ikut campur atau memberi aku ruang.

Anila berhembus tidak sekuat tadi saat air Tuhan luruh deras. Rebas-rebas air hujan menjadi musik alami bagi runguku. Satu jam di sini agaknya tidak membuatku mati membeku kendati cuacanya tidak dapat dikatakan hangat.

Aku telusuri amplop yang baru aku sadari memiliki tulisan kecil di salah satu sudutnya.

KTH

Aku tidak bodoh untuk tidak tahu siapa yang tertulis di sana, terlebih yang memberikan ini padaku adalah Park Jimin. Sudah dapat dipastikan keduanya memiliki hubungan cukup dekat.

Aku menarik napas dalam yang kemudian menghembuskannya panjang. Aku tidak ingin terburu-buru melihat isinya. Tidak di tempat terbuka seperti ini.

Kembali diriku raih cokelat panas yang hangatnya kian berkurang begitu juga isinya. Sesungguhnya untuk saat ini aku tidak begitu ingin merasakan manis cokelat dari minumanku, jika dapat memilih aku lebih menginginkan kopi untuk sekarang. Namun, untuk saat-saat tertentu aku lebih memilih memaksakan diri dengan meminum cokelat panas. Contohnya adalah saat-saat merindukan seseorang yang sangat menggemari minuman manis ini, tetapi membenci kopi.

-Fin-

-Fin-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]

AKHIRNYA KELAR! PADAHAL CUMAN GINI DOANG TAPI MENGHABISKAN WAKTU HINGGA DUA TAHUN:"

Maaf jikalau tidak sesuai dengan ekspektasi kalian. Tulisan saya dan pemilihan kata saya memang buruk dan semakin buruk karena rest.

Terima kasih banyak kepada kalian yang mengikuti ENDLESS REGRET yang entah ngikutin sejak awal cerita ini publish ataupun tidaknya. Eksistensi kalian dan mata kalian sangat berharga bagi saya.

Akhirannya memang seperti ini. Entah kenapa, saya suka buat Tae dan Jihye sad ending (seperti About: Last) hahaha.

Sekali lagi, terima kasih banyak untuk kalian. Saya sungguh sangat berterima kasih!

*Niatnya ingin buat squel atau season duanya gitu. Itupun jika ada yang minat karena kasih TaeJi sad selalu di sini:')

Jaga kesehatan dan jangan lupa air hangatnya! Terima kasih!

ENDLESS REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang