4#' Malam Pengakraban

3.4K 384 32
                                    

"Jadi-dulu-gue-pernah-nolong-orang-yang-mau-dirampok-tapi-malah-tu-rampok-bunuh-oma."

Hening

Tidak ada yang bersuara diantara empat bersaudara itu. Baru saja Theo menceritakan alasan kenapa ia tidak akan mencampuri urusan orang lain atas permintaan truth dari Askar, namun Theo menyampaikannya dengan  kecepatan super yang bisa disamakan dengan orang yang nge-rap.

Krikk krikk

"Emmm ke ce pet an nggak siiii tu oo rang ngo mong nya." Danthe dengan insiatif mengomentari cara bicara Theo barusan dimana Danthe malah melambatkan kalimatnya per suku kata yang bermaksud untuk menyindir Theo.

"Nggak ah ogah ngulang, kalo ga ngerti ya tanggung sendiri." Theo yang menangkap maksud dari sindiran Danthe barusan dengan cepat menjawab, namun kali ini cara bicaranya tidak secepat sebelummya, sudah normal lagi.

"Dihh yodah gue aja yg ceritain." Danthe dengan sewot menanggapi respon Theo yang kemudian langsung ditolak oleh Theo sendiri.

"Nggak nggak apaan gaboleh kaya gitu kali cuihh." Oke fiks Theo semakin menyebalkan dan hal ini benar-benar memancing amarah Danthe.

Mencium bau-bau keributan, dua orang lainnya yang sedari tadi diam mulai gelagapan kalau-kalau dua abangnya ini tiba-tiba bertengkar. Akan gawat nantinya, karena nyatanya baik Askar maupun Arsen tidak memiliki cukup nyali untuk melerai Danthe dan Theo apabila mereka benar-benar bertengkar. Askar dan Arsen sedari tadi hanya diam ternganga mendengar cerita kilat dari Theo. Namun belum selesai ternganga, Danthe malah buka suara yang akhirnya memicu hawa panas diantara keduanya.

"Emm nggak papa bang nggak papa, udah paham kok eung- gue." Arsen memelankan suaranya ketika mengucapkan kata gue untuk dirinya sendiri. Well, Arsen masih terikat dengan tantangan dari Askar untuk berbicara menggunakan lo-gue pada Theo. Yahh tapi tetap saja, Arsen agak gentar ketika akan melakukannya apalagi ketika ketiga abangnya menatap lekat dirinya seperti saat ini.

"Tuhh dengerin tu bocil, dia aja nggak keberatan." Theo merasa puas karena memenangkan perdebatannya barusan dengan Danthe.

"Nyebelin dasar setan." Danthe yang sudah naik pitam hanya mampu mengeluarkan kata-kata mutiara karena tidak ingin merusak suasana yang sangat kondusif seperti saat ini. Tidak ada ketegangan, tidak ada keributan, hidup tentram dan nyaman.

"Udah entar gue ceritain." Arsen mendengar suara bisikan yang ternyata berasal dari Askar yang berada di sebelahnya. Well, Askar sebenarnya memang sudah tau penyebab sikap tidak peduli Theo. Namun Askar merasa bukan hak nya untuk menceritakan masa lalu seseorang, apalagi orang itu adalah abangnya sendiri.

"Makasiiii bang :')" Arsen membalas kalimat Askar dengan suara yang tak kalah pelan.

"Mumpung disini manjat tebing sabi lahh." Askar berusaha mencairkan suasana dengan mengajak ketiga saudaranya itu untuk melakukan kegiatan panjat tebing.

By the way, keempat bersaudara itu kini sedang berada di daerah yang dekat dengan bukit dan tebing-tebing disekitarnya. Tempat ini adalah lokasi terakhir persembunyian Saga, yang jumlah totalnya tidak lebih tidak kurang dari delapan tempat. Dan yah ini berarti Danthe telah menyelesaikan dare yang diberikan Askar padanya.

"Yaudah ayo aja gue mah."

***


"AAKKH"

Sebuah suara teriakan berhasil mengejutkan Danthe, Theo, dan Askar yang tengah berjalan di tengah hutan untuk menuju tebing yang akan mereka gunakan untuk kegiatan panjat tebing.

S h i t B l i n g ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang