Arsen sudah menduga hal seperti ini akan terjadi. Kesalahpahaman yang akan merugikan dirinya.
"Gue gak suka liat lo tengkar !!" Theo dengan sepihak menyimpulkan kejadian yang baru saja ia lihat. Dan dengan nada rendah serta sorot mata dingin itu, Theo berucap sinis tepat di hadapan Arsen yang kini membatu di posisi sama dengan sebelah tangan terangkat karena tadi akan melayangkan pukulan pada Papa Kelvin.
"B-bang dengerin gue, ini cuma salah paham plis-" Arsen sangat terkejut dengan kehadiran Theo yang tiba-tiba dibuat mematung untuk sesaat. Sebelum akhirnya Theo buka suara dengan kalimat tajamnya, hingga membuat Arsen kembali menyadari keadaan yang sedang terjadi. Lantas Arsen buru-buru mencoba menjelaskan akar permasalahannya agar tidak berakibat lebih fatal lagi apabila Theo salah paham mengenai tindakan Arsen. Namun sebuah suara memotong kalimat Arsen.
"Oh jadi ini adik anda Pak Theo ?"
Pria yang baru saja dipukuli oleh Arsen barusan bangkit sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya akibat pukulan dari Arsen. Ditambah dengan pertanyaan retorisnya barusan dengan nada merendahkan di telinga Arsen.
"Yah seperti yang anda lihat Pak Danu. Arseno ini memang adik saya." Theo dengan tenang menjawab kalimat bernada merendahkan yang baru saja dilontarkan Papa Kelvin ketika memotong kalimat Arsen.
"Wah apa karena tidak diasuh orang tuanya, Arsen jadi seliar itu Pak Theo ?" Lagi-lagi kalimat merendahkan keluar dari mulut Danu Aksara Pahun, pria berusia 45 tahun yang menjadi rekan kerja Theo dalam beberapa proyek.
"Sayangnya Arsen tidak bodoh memukuli seseorang tanpa sebab bukan ?"
Jawaban dari Theo berhasil membungkam mulut Papa Kelvin, yang kini hanya mengepalkan tangannya sambil mengeraskan rahang.
"Kelvin, ayo pulang!"
Arsen sampai dibuat heran dengan orang dewasa seperti Theo dan Papa Kelvin. Bagaimana bisa mereka merendahkan suaranya dan mengeluarkan kalimat dingin ketika nampak jelas bahwa emosi sedang membara di seluruh tubuh mereka. Hingga sebelum Arsen sadar dari pikirannya, Kelvin dan Papanya sudah tidak ada di hadapannya lagi. Dan kini hanya menyisakan dirinya dan Theo yang nampak masih membara dengan emosinya.
***
"Bang Theo apa lo seenggak peduli itu sama sekitar sampe ada yang butuh pertolongan lo diemin aja ?!"
Arsen berujar tidak sabaran setelah mendengar respon Theo yang tetap menyalahkan perbuatannya memukuli Papa Kelvin tadi saat akan makan siang bersama Danthe. Baru saja Arsen menceritakan seluruh kronologi dan alasan kenapa ia memukuli Papa Kelvin di seberang kafe pada Theo. Sedangkan Danthe sedang membawa Askar keluar untuk menenangkan abang Arsen satu itu, karena seharian ini Askar masih saja marah pada Arsen yang melupakan tas Askar yang ia titipkan pada Arsen.
Namun Theo sepertinya tidak semudah itu meninggalkan prinsipnya mengenai ikut campur pada masalah orang lain. Apalagi Theo yang pada dasarnya tidak begitu suka dengan perkelahian yang dilakukan oleh remaja. Theo kini tetap bersikap dingin tidak peduli pada penjelasan Arsen.
"LO BOCAH DIEM!! Sampe kapanpun gue gabakal ikut campur masalah orang lain, ngerti? Sekarang sini lo !!"
"Gue udah bilang kan, lo bakal tidur di balkon kalo sampai gue liat lo tengkar kaya tadi."
Arsen kini mendeklarasikan bahwa ia membenci suara rendah Theo, apalagi ketika abang Arsen itu sedang diliputi emosi. Suara rendah ketika Theo emosi, berarti hal buruk akan terjadi pada Arsen.
"B-bang, bang tolong bang. I-ini lagi mendung bang, gue mohon bang. Maafin gue, gue nggak bakal ulangin lagi, bang-"
Grepp
KAMU SEDANG MEMBACA
S h i t B l i n g !
Teen FictionArsen selalu merasa dirinya sebagai anak tunggal meskipun ia memiliki 3 orang kakak laki-laki. Ia yang selama ini menjadi anak manis dan penurut berubah drastis hingga menjadi berandalan semenjak satu tahun kepergian orang tuanya, mereka memutuskan...