Arsen membuka matanya dengan kilat. Tidak seperti orang lain yang akan membuka matanya secara perlahan saat bangun tidur. Arsen justru sebaliknya, ia dengan tergesa membuka matanya disertai wajahnya yang penuh akan kekhawatiran.
Shit
'Ini hari apa ?!'
Arsen teringat akan nasibnya disaat-saat terakhir sebelum ia tak sadarkan diri dan membuka mata barusan.
Pertama-tama Arsen mengobservasi sekelilingnya. Ia mengedarkan pandangan dan menyadari bahwa kini ia sudah berada di apartemen, tepatnya di kamar Arsen dan ketiga abangnya. Arsen dengan segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas sesaat setelah menyadari keberadaan benda itu.
'Senin!'
'Gila, gue masih hidup !!'
Dukk
"Aww"
Baru saja kepala Arsen membentur kepala ranjang ketika Arsen dengan penuh semangat mencoba untuk duduk. Hasilnya, Arsen refleks berteriak karena kepalanya yang terasa ngilu ditambah dengan badan Arsen yang masih terasa remuk setelah kejadian yang ia lalui bersama Saga.
"A-aduhh, gila udah Senin gini masih apes aja gue." Arsen mengusap kepalanya yang terantuk kepala ranjang barusan dengan menggerutu. Ia perlahan mulai bangkit duduk setelah merasa nyawanya sudah terkumpul sepenuhnya.
'Lahh abang pada kemana buset ?!' Arsen bertanya-tanya karena suasana apartemen yang terasa sepi bagi Arsen.
Perlahan Arsen mulai bangkit berdiri dan berjalan keluar untuk turun mengecek keadaan apartemen.
Baru saja melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar, Arsen dikejutkan dengan kehadiran salah satu abangnya.
Yaitu Askaru.
"B-bang Askaarr!" Arsen dengan semangat memanggil nama abangnya satu itu meskipun pada awalnya Arsen sempat ragu untuk melakukan hal tersebut.
"Sen lo ngapain jalan-jalan sih, udah sono tiduran aja. Mau sok kuat lo emang? Udah balik-balik!" Askar yang melihat keberadaan Arsen ditambah seruan anak itu yang sangat kencang memanggil namanya, membuat Askar segera menghampiri Arsen dengan raut khawatir yang tergambar jelas di wajahnya meskipun kalimat yang keluar dari mulut Askar justru terdengar sedikit sarkas.
"A-ah ini bang, Arsen udah gapapa kok. Mau turun aja, laper pengen makan." Mendengar jawaban Arsen membuat Askar sedikit lega saat mengetahui kondisi Arsen yang sudah lebih baik.
"Oh yaudah ayo gue bantuin, sekalian gue mau ngobrol sama lo sambil sarapan entar."
Glup
Arsen menelan ludahnya kering saat mendengar kalimat terakhir yang Askar ucapkan. Arsen berdoa semoga ini saat yang tepat baginya untuk mulai terbuka dengan abang-abangnya.
***
"Coba deh lo gausah formal-formal banget pas ngomong sama gue. Buruan coba lo ngomong." Askar berujar demikian setelah mendengar cerita Arsen secara keseluruhan mengenai kejadian yang menimpanya terkait kedua abangnya yang lain."H-hah?" Respon Arsen yang sudah pasti ia berikan setelah mendengar kalimat Askar barusan.
"Iya coba lo lebih santai pas ngomong sama gue. Gue tuh sedikit-sedikit pahamlah sama masalah lo sama Bang Danthe. Gue bakal bantuin lo dapet kepercayaan Bang Danthe."
Kalimat Askar masih terdengar membingungkan ditelinga Arsen. Dan dengan kepekaan Askar yang medium, Askar lantas menambahkan penjelasannya berharap Arsen menangkap poin penting yang ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
S h i t B l i n g !
Genç KurguArsen selalu merasa dirinya sebagai anak tunggal meskipun ia memiliki 3 orang kakak laki-laki. Ia yang selama ini menjadi anak manis dan penurut berubah drastis hingga menjadi berandalan semenjak satu tahun kepergian orang tuanya, mereka memutuskan...