Arsen benar-benar tidak menyangka bahwa keberhasilannya saat menghadapi Saga waktu itu akan membawa perubahan yang sangat besar. Hei Arsen sama sekali tidak membual disini. Lihat saja Arsen saat ini, ia sedang berjalan bersama Askar menuju sebuah tempat makan dimana Danthe dan Theo sudah berada di sana. Askar tadi tiba-tiba menghampiri Arsen saat ia pulang sekolah dan mengatakan bahwa mereka akan makan diluar dengan dua abang Arsen yang lain.
Arsen benar-benar terkejut akan kalimat ajakan Askar ditambah dengan senyum lebar yang bertengger di wajah Askar membuat Arsen tetap memikirkan hal absurd seperti yang biasa Arsen lakukan.
'Ini seriusan?'
'Jangan-jangan gue lagi yang mau dimakan ?'
'Terus metodenya mutilasi ?'
'Gue jadi ngeri anjg, senyum Bang Askar mencurigakan hemm'
Namun begitu sampai di tempat tujuan, Arsen selanjutnya malah dibuat melongo dengan keadaan dua abangnya itu. Ah tidak, lebih tepatnya satu abang Arsen yang benar-benar membuat Arsen terperangah. Bagaimana tidak di hadapannya saat ini adalah Danthe dan Theo, namun bedanya adalah adanya sebuah senyuman lebar yang tersungging di bibir Danthe. Dan hal tersebut benar-benar membuat Arsen hilang akal dan tak mampu bersuara.
Oh iya omong-omong, ini adalah hari Selasa yang berarti Arsen sudah genap tinggal bersama ketiga abangnya selama satu minggu lebih 2-3 hari, entahlah Arsen malas mengingat hal-hal yang ia lalui selama satu minggu kemarin. Arsen bahkan tetap nekat untuk masuk sekolah dengan kondisi tubuhnya yang masih belum pulih karena Saga. >_<
Ah dan satu hal lagi, Dekan dan Erlan telah dinyatakan memenangkan taruhan yang mereka lakukan hari Senin minggu lalu. Sebagaimana yang kita tahu bahwa dua anggota Celcius tersebut telah melakukan sebuah taruhan yang melibatkan nasib Arsen. Dan hasilnya yaitu Arsen benar-benar bersyukur bahwa ia masih diberi kesempatan untuk hidup hingga Senin kemarin. Hal lainnya adalah Arsen tidak lagi membenci hari Senin, sebaliknya Arsen malah sedikit trauma saat mendekati weekend karena mengingat kejadian penculikan hingga perkelahiannya melawan Saga yang malah berlangsung pada hari mendekati weekend.
"Dihh lo ngapain bengong, bocil ?" Sebuah suara menginterupsi khayalan Arsen mengenai ingatannya pagi hari tadi saat berjumpa dengan Celcius.
'A-apa ?'
'B-barusan Bang Danthe manggil gue apa ?'
'B-BOCIL ?!'
Tentu saja Arsen hanya mengucapkannya dalam hati, sedangkan yang ia lakukan saat ini malah semakin terbengong ketika mendengar panggilan Danthe untuknya. Arsen yang semula sudah cukup ternganga melihat senyum lebar Danthe, kini malah semakin membuka lebar mulutnya setelah Danthe buka suara.
Dan yah begitulah awal mula kisah 'keakraban' Arsen dan ketiga abangnya mulai terjalin. Meskipun Theo yang sedari awal sudah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang tidak suka memberi afeksi, tetapi selebihnya Danthe dan Askar sudah bersikap lebih baik daripada awal pertemuan mereka.
Askar yang sebelumnya adalah abang Arsen yang paling dekat, kini hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Danthe lah yang sekarang sangat dekat dengan Arsen, yah meskipun hal itu memicu kecemburuan dari Theo. Theo itu cemburu pada Arsen, ia bahkan terkadang mengganggu ataupun memanggil Danthe ketika Danthe tengah menghabiskan waktunya bersama Arsen. Untungnya dengan keahlian Danthe yang dapat mengontrol suasana, Theo yang cenderung cuek dapat sedikit demi sedikit mulai terbuka karena Danthe.
Sedangkan Askar malah tidak berubah di mata Arsen, memang sedari dulu Askar tidak sekejam dua abangnya yang lain. Namun Askar lantas juga tidak berubah menjadi sangat lengket pada Arsen. Intinya sikap Askar sekarang biasa-biasa saja bagi Arsen.
Nahh, satu minggu lebih sudah terlewati. Selama itu pula Arsen telah tinggal di bawah atap yang sama dengan ketiga abangnya. Sudah cukup banyak hal yang Arsen lalui selama satu minggu tersebut, salah satunya adalah kebenaran mengenai Danthe yang berhasil membuat Arsen kehilangan kata-kata saat itu.
Saga sudah jarang muncul, dan meskipun Saga datang Arsen sudah cukup berani untuk membuat percakapan dengannya. Saga sudah tidak mencoba untuk mencelakai Arsen lagi, sebaliknya Arsen merasa memiliki Saga sebagai sosok kakak yang menyeramkan tapi sayang adik. Entahlah Arsen tidak terlalu memikirkan perasaan yang ia rasakan pada Saga. Yang terpenting Arsen dan Saga sudah lumayan akrab dan itu sudah cukup bagi Arsen.
Arsen mulai berpikir bahwa kedepannya kehidupan yang ia jalani akan berlangsung dengan damai tanpa adanya masalah besar yang berarti. Mengingat Saga adalah problem hidup yang begitu besar bagi Arsen, ia berpikir bahwa tidak akan ada masalah yang lebih besar lagi yang akan datang padanya. Namun,
Well it's just getting started Arseno~
End of season I
***
"Gue gak suka liat lo tengkar !!"
"B-bang dengerin gue, ini cuma salah paham plis-"
"Tidur di balkon kalo sampe gue liat lo berantem lagi !"
"Bang Theo apa lo seenggak peduli itu sama sekitar sampe ada yang butuh pertolongan lo diemin aja ?!"
"LO BOCAH DIEM!! Sampe kapanpun gue gabakal ikut campur masalah orang lain, ngerti? Sekarang sini lo !!"
Wait for season II
***
Note :
Yeayy S1 udah finish, aku boleh minta kritik saran atau kesan pesan nggak selama ShitBling! S1 ini? Misalnya nih ya "Bahasa yang dipake menurutku terlalu berbelit-belit" and that was what my twin sister told me after she read ShitBling! :(
Kalian bisa keluarin uneg2 kalian, tapi nanti pakai bahasa yang baik yaa. Soalnya nanti aku sedih karna aku orangnya suka mikir berlebih. Kalian mau yaaa, nanti bisa komen di bawah ini.
Kesan pesan buat ShitBling! S1:
Kritik saran buat ShitBling! S1:
Okey cukup sekian makasi banyaak selama ShitBling! S1 ini, aku minta maaf banyak salah T~T Pokonya makasih banget masih bertahan disini, big wuvv to y'all ♡♡♡
Don't you wanna know more abt Altheo? Sooo see you soon >_<
See you next time
jateng , 22-12-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
S h i t B l i n g !
Teen FictionArsen selalu merasa dirinya sebagai anak tunggal meskipun ia memiliki 3 orang kakak laki-laki. Ia yang selama ini menjadi anak manis dan penurut berubah drastis hingga menjadi berandalan semenjak satu tahun kepergian orang tuanya, mereka memutuskan...