2#" Adaptasi

3.3K 439 113
                                    

Malam harinya ketika Askar sedang berada di kamar mandi.

Arsen sebelumnya sudah mandi dan dipinjami baju kebesaran milik Askar dengan situasi yang benar-benar mencekam tadi saat proses serah terima terjadi. Kini Arsen mulai mencari tempat agar sebisa mungkin ia menjauh dari Askar.

Bagaimanapun juga kalimat Askar tadi siang benar-benar menyakiti perasaan Arsen. Bisa-bisanya Askar membiarkan Arsen kelaparan sedangkan Arsen bahkan tidak meminta untuk dibawa kemari. Huh Arsen sekarang tidak ingin melihat Askar ataupun berada di dekat abangnya satu itu.

Namun tunggu dulu, semua ruangan selain kamar yang digunakan Askar tadi ternyata masih dikunci. Dan tentu saja Arsen tidak membawa satupun kunci ruangan yang ada di rumah ini.

Arghhhh

Ingin sekali Arsen meneriakkan rasa frustasinya terhadap situasi saat ini. Tapi bukannya mengurangi stres, teriakannya mungkin justru akan membangkitkan amarah Askar. Yang mana apabila Askar mengamuk sama saja menambah kadar stres Arsen saat ini.

Putar otak, Arsen lantas segera memikirkan ide untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya. Daripada ia tidur di sofa tanpa bantal dan selimut, yang dapat dipastikan ia akan kedinginan. Arsen menemukan rencana licik untuk segera masuk dan pura-pura tidur di kamar yang digunakan Askar tadi. Mumpung Askar masih berada di kamar mandi, Arsen segera saja melancarkan aksinya dan langsung berbaring di ranjang.

Cklek

"Anjir tidur dimari tu bocah." Askar baru saja memasuki kamar dengan rambut basah dan handuk menggantung di leher. Namun pemandangan di dalam kamar membuat Askar secara spontan bereaksi.

"Woyy bangun Sen, bangun nggak lo." Askar berjalan menghampiri Arsen dan menepuk pelan pipinya mencoba membangunkan Arsen.

"Ck sial licik juga ni bocil."

Dengan berakhirnya kalimat Askar, abang Arsen itu lantas ikut membaringkan tubuhnya di sisi lain ranjang yang Arsen tempati. Mereka tidur bersama.

Kemudian sekitar pukul dua pagi Arsen terbangun dengan perut luar biasa lapar. Arsen bahkan yakin kalau ia terbangun karena rasa laparnya ini.

Ughh

Mau tidak mau Arsen harus bangkit dan mencari sesuatu untuk dimakan. Karena sangat tidak mungkin untuk Arsen melanjutkan tidur dengan kondisi perut sedang berdemo untuk diisi seperti ini.

Ketika Arsen berada di dapur, Arsen baru sadar kalau ia belum mengecek kulkas yang terletak di pojokan. Tadi Arsen sudah terlanjur kacau karena kalimat Askar, padahal biasanya ia suka membantah dan tidak peduli pada perintah, ancaman, peringatan atau hal apapun yang dianggapnya mengekang. Maka yang Arsen lakukan saat ini adalah mengecek kulkas dan mencari sesuatu yang bisa dimakan.

Dan ya. Arsen menemukan dua potong sandwich yang cukup menggiurkan dengan kondisi Arsen yang kelaparan saat ini. Alhasil malam itu sebelum kembali tidur, Arsen memakan kedua sandwich itu tanpa memikirkan akibat yang bisa saja ditimbulkan di esok hari.

***

"Bangun."

Tiga kali Askar mengucapkan kata yang sama dengan nada datar sambil menepuk pelan pipi Arsen. Karena tak kunjung mendapat respon dari Arsen, Askar lantas mengambil segelas air yang dari tadi ada di atas nakas samping tempat tidur.

Namun belum sempat Askar menyiramkan airnya pada Arsen, bocah itu sudah lebih dulu menggeliat dan mulai membuka kedua matanya.

Mengerjab pelan dan ketika Arsen sudah memfokuskan pandangannya, Arsen terperanjat pelan melihat pemandangan Askar yang tengah bersiap menyiram air ke arahnya. Secara reflek Arsen menggunakan kedua lengannya untuk menutupi muka dan kepala Arsen dari kemungkinan guyuran air dari Askar.

S h i t B l i n g ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang