Arsen dibawa Theo menuju sebuah ruangan dengan meja makan mewah terletak di tengah ruangan. Arsen semakin bingung untuk apa ia dibawa kemari, apalagi dengan semua teori yang baru saja diterimanya. Tiba-tiba ia membulatkan matanya terkejut melihat seseorang yang kini menatapnya dengan sebuah senyum yang bisa Arsen katakan nampak palsu.
"Bagus juga Yo ide lo." Sebelum Arsen dapat memproses yang terjadi, suara Danthe mengalihkan pikirannya. 'Ide apa yang dimaksud Bang Danthe ?'
"Udah jangan diterusin, katanya kalian sibuk. Ayo dong biar cepet selesai." Wanita itu, -Alna yang baru saja berbicara dan sempat membuat Arsen terkejut. Arsen berpikir mungkin ini adalah rumah Alna yang mana cukup mengejutkan Arsen ia akan dibawa kemari.
Arsen diarahkan oleh Theo agar duduk di sebelah Alna, yang mana hal itu berhasil membuat Arsen semakin terkejut. Dari sekian banyak kursi kosong kenapa Theo harus membawanya duduk tepat di sebelah Alna. Arsen pun juga tidak berani memandang ke depan karena tepat di depannya kini adalah Danthe yang entah kenapa auranya berbeda dari biasanya.
Arsen semakin bertanya-tanya setelah apa yang mereka lakukan yaitu, makan bersama. Yang Arsen lakukan selama makan berlangsung hanya diam saja dan memandang makanan di depannya. Semua orang di meja makan juga diam dan menyantap makanannya dalam hening.
Selesai dengan main course yang baru saja di bersihkan oleh pelayan di rumah Alna. Tiba-tiba saja Alna membuka suara ingin menyampaikan sesuatu.
"Jadi Arsen, kamu pasti bingungkan kenapa kamu dibawa kesinia hanya untuk makan malam. Well, semua orang sudah tau niat saya kecuali kamu." Alna menjeda kalimatnya, yang berhasil membuat Arsen terkejut dengan kata-kata Alna barusan.
"Tenang Arsen, saya cuma ingin menyampaikan permintaan maaf saya atas kesalahpahaman beberapa hari lalu." Alna melanjutkan kalimatnya yang semakin kesini terdengar semakin palsu. Arsen tidak bisa untuk menunjukkan ketidaksukaannya terhadap drama Alna sekarang. Tidak di depan ketiga abangnya sekarang.
"Iya em-m saya maafin kok. Arsen juga minta maaf udah dorong tante kemaren." Askar menahan tawa mendengar kalimat Arsen barusan. Arsen disatu sisi ingin menggunakan gaya bahasa Alna yang kaku, namun disisi lain Arsen juga lupa akan niatnya tersebut sehingga ia kembali menggunakan gaya bahasanya sendiri.
"Oke, udah selesai kan bang? Aku mau ijin pamit duluan deh, kan aku ada acara abis ini yang udah aku ceritain itu ke abang." Askar sengaja tiba-tiba berbicara saat Alna nampak akan menjawab kalimat Arsen sehingga hal ini membuat Alna merasa kesal.
"Yaudah, makasih para abangku dan Tante Alna -ups. Hehe gue pergi dulu bayy." Askar langsung saja berjalan keluar sebelum Alna mengamuk akan panggilan yang barusan Askar gunakan padanya.
Suasana kembali hening setelah Askar pergi dengan tawa yang cukup keras. Well, memang semenyenangkan itu menganggu si nenek sihir -ups.
Byur
Keheningan itu terpecah oleh suara guyuran air yang cukup mengejutkan. Dan Arsen langsung saja membulatkan matanya terkejut saat tahu apa yang terjadi.
Danthe baru saja menumpahkan -ah tidak, lebih tepatnya menyiram secara sengaja segelas sirup pada baju Theo yang memang duduk tepat di samping Danthe.
Kemeja yang Theo gunakan otomatis basah kuyup. Namun herannya Theo bukannya nampak marah, ia malah terlihat bingung seperti sedang mencerna keadaan.
"Ah maaf Yo. Barusan tangan gue kram, lo gapapa kan kalau ganti baju yang ada di sini. Gue takut nanti lo bakal sakit klo basah gini." Danthe yang barusan berucap demikian, semakin membuat Theo bingung hingga akhirnya Theo memutuskan untuk bangkit dan berjalan menuju toilet untuk membersihkan kemejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S h i t B l i n g !
Teen FictionArsen selalu merasa dirinya sebagai anak tunggal meskipun ia memiliki 3 orang kakak laki-laki. Ia yang selama ini menjadi anak manis dan penurut berubah drastis hingga menjadi berandalan semenjak satu tahun kepergian orang tuanya, mereka memutuskan...