Hening
Kesunyian dan kegelapan adalah hal pertama yang Arsen rasakan ketika membuka mata. Hanya ada cahaya kecil dari lampu tidur di atas lemari tepat di samping ranjang yang membantu Arsen melihat di kegelapan saat ini. Selanjutnya ketika Arsen mencoba menggerakkan tubuhnya, Arsen baru sadar bahwa kini ia berada di atas sebuah ranjang empuk dengan selimut dan bantal-bantal lembut yang membuat suasana sangat nyaman di sekelilingnya. Ah iya satu hal lagi, Arsen juga merasakan sedikit rasa ngilu dari kedua kakinya, tepatnya pada pergelangan kaki kanannya dan kaki kirinya bagian depan. Keduanya sudah tidak terasa se-menyakitkan tadi.
Arsen masih mengobservasi sekelilingnya. Ia berada di sebuah kamar yang sangat nyaman dan berbaring di atas ranjang bagus. Arsen berpikir keras apakah ia sudah berhasil diselamatkan oleh Theo atau jangan-jangan Danthe hanya kembali sebentar dan ia akan menghadapi Saga lagi nanti.
Arsen sangat berharap bahwa pemikirannya yang kedua salah. Ia kemudian mencoba untuk duduk dan mulai mengamati ruangan barang kali ada alat komunikasi yang bisa Arsen gunakan.
Saat akan turun dari ranjang untuk mengecek lemari kecil disudut ruangan Arsen berhenti bergerak. Ia mendengar sesuatu dari arah pintu.
Tap
Tap
Tap
Terdengar suara langkah kaki, namun bukan hanya sepasang. Suaranya seperti dua pasang kaki dan Arsen langsung bereaksi untuk kembali berbaring dan memejamkan mata untuk berpura-pura bahwa ia belum sadar.
"Dan lo harus stop keluarin Saga!"
Baru saja adalah suara kakak Arsen, yang Arsen ketahui adalah suara Theo. Kalimatnya barusan membuat Arsen tahu bahwa dua orang tersebut adalah Theo dan juga Danthe. Ternyata mereka berdua tidak memasuki kamar yang Arsen huni sekarang. Dari derit kursi yang ditarik membuat Arsen tahu bahwa di depan kamarnya adalah sebuah ruang makan dan kedua abangnya pasti sedang duduk dan berbincang di meja makan.
"Kenapa sih Yo? Lo ga pernah ikut campur masalah orang deh seinget gue." Balasan dari Danthe mulai membuat Arsen memasang kedua telinganya baik-baik.
"Ya lo tuh harusnya udah puas dengan Arsen yang udah bikin Saga pingsan. Liat akibatnya!"
"Alna yang obsesi gila sama Saga jadi ikut campur dan ikut bikin Arsen celaka kan?! Bahkan udah sehari semalem Arsen belum sadar gara-gara cewek gila kaya Alna."
'Ternyata Bang Theo sayang sama gue :') '
Suara Theo meninggi dan itu cukup membuat Arsen terharu. Arsen bahkan tidak terlalu memikirkan fakta bahwa ia tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama. Seingat Arsen, kemarin adalah hari Kamis dan merupakan hari yang sangat melelahkan baginya. Arsen melirik jam dinding di depannya, pukul sebelas malam. Ini berarti satu jam lagi hari akan berganti menjadi Sabtu, wahh Arsen tak menyangka ia tidur selama itu.
"Yo lo pikir gue bakal kemakan hasutan Alna hah? Gue tuh bisa bikin keputusan sendiri Yo, lagian gue yakin banget kalo Arsen tuh cuman kepepet pas bikin Saga pingsan kemaren. Pas ga kepepet gue yakin Arsen bakalan kaya korban-korban kriminal lainnya yang pasrah aja dijahatin."
Jawaban Danthe membuat Arsen mengerutkan kening bingung.
'Jadi yang terjadi sama gue tuh ada motifnya ?'
"Dan stop!! Stop khawatir berlebih kaya gitu. Apa lo tuh ga belajar dari masa lalu Dan? Liat kenapa Saga bisa ada sekarang? Itu karena lo tuh selalu mikir yang engga-engga dan ujungnya anxiety lo makin jadi. Semuanya tuh bakal baik-baik aja Dan, ada gue, ada lo, ada Askar juga yang bisa jagain Arsen. Gue bisa ngajarin dia bela diri biar dia ga ngerasain kejadian kaya gue dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
S h i t B l i n g !
Teen FictionArsen selalu merasa dirinya sebagai anak tunggal meskipun ia memiliki 3 orang kakak laki-laki. Ia yang selama ini menjadi anak manis dan penurut berubah drastis hingga menjadi berandalan semenjak satu tahun kepergian orang tuanya, mereka memutuskan...