4#" Ancaman

2.9K 230 34
                                    


Tubuh super lelah dan letih Arsen rasakan setelah ia menyelesaikan sisa karung beras untuk diangkut ke atas truk. Dalam hati Arsen tidak henti mengumpat dan mengutuk para kuli lain yang seenaknya menyuruh Arsen untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

'Apa-apaan sih dasar kuli koruptor!! Makan gaji buta seenaknya! Gue disuruh nguli sendiri, mereka malah enak-enakan ngerokok. Cihh'

Selanjutnya yang terjadi tadi, Arsen dengan setengah hati menyelesaikan pekerjaannya siang ini. Hingga ketika jam 1 tiba dan truk telah pergi mengantarkan berkarung-karung beras di dalamnya, para pekerja akhirnya dikumpulkan dan sepertinya pembagian upah akan segera dilakukan.

Dan dua lembar uang berbeda warna itu akhirnya jatuh ke tangan Arsen. Yang satu berwarna hijau dan satunya lagi berwarna ungu. Sungguh Arsen rasanya sedikit kecewa, meskipun sejak awal Arsen tidak berharap banyak. Tetapi Arsen merasakan sebuah kejanggalan dimana para pekerja lain nampak tersenyum lebar dan begitu terlihat gembira.

"Ngopi-ngopi sek ayo, mumpung enek duite." (Ayo ngopi dulu, mumpung ada uangnya) Salah satu pekerja itu berujar sambil menaik turunkan alisnya terhadap salah satu kuli yang sebelumnya Arsen lihat menerima uang dari Mas Agung yang kemudian dibagikan padanya dan pekerja lainnya.

"Yo ayok, lumayan iki karo udud sisan." (Ya ayok, lumayan sekalian sebat) Balasan itu disertai gelak tawa yang entah kenapa terdengar mengejek Arsen. Arsen sempat melirik kuli disampingnya dan mencurigai akan adanya kecurangan dalam pembagian upah. Karena semua pekerja tersenyum dan nampak sangat aneh serta wajah bahagia mereka terkesan berlebihan.

Arsen kemudian dalam diam mulai menyadari bahwa selain tenaganya diperas seorang diri tadi, ternyata upahnya juga dikurangi demi kesenangan bersama. Arsen rasanya ingin mengajak para pekerja tersebut untuk berkelahi saat ini. Ingin sekali rasanya meninju bibir mereka yang tersenyum remeh menatap Arsen. Daripada mendumal tidak jelas dan berujung emosi, Arsen kemudian memutuskan untuk pulang saja agar bisa segera istirahat. Baru kali ini Arsen merasakan susahnya mencari uang, dan ia sangat menyesali kebiasaannya dahulu yang suka menghambur-hamburkan uang.

Bekerja keras mengangkuti beras sedari pagi saja hanya menghasilkan uang yang bagi Arsen sangat tidak seberapa. Bahkan uang tersebut Arsen rasa sangat tidak cukup untuk ongkos baginya pulang ke kota. Arsen bisa saja mencari kendaraan untuk mengantarnya pulang ke kota, dengan uang yang diberikan ketika sudah sampai di tempat tujuan. Tetapi hal itu menurut Arsen sangat beresiko apalagi ia tidak memiliki ponsel dan pegangan uang sepeserpun. Yang ditakutkan Arsen adalah bila ia dimintai uang muka yang Arsen sendiri belum sanggup memberikannya. Akhirnya rencana Arsen adalah mengumpulkan beberapa uang lebih dahulu agar setidaknya cukup untuk uang muka mengantarkannya ke kota.

Setelah hampir setengah hari Arsen melamunkan nasibnya dipinggir persawahan, tidak sadar waktu kini hari sudah beranjak senja. Arsen tidak tahu berapa lama ia melamun hingga tiba-tiba saja sudah hampir petang, yang untung saja tempatnya duduk merenung saat ini dekat dengan rumah Bang Askar membawanya. Jadi dengan cepat Arsen bisa segera pulang, dan karena langit sudah semakin gelap Arsen agak merasa suasananya mulai semakin mencekam. Maka dari itu Arsen mempercepat langkahnya untuk segera pulang, tetapi di jalan ia didahului oleh sebuah mobil mewah yang Arsen duga adalah milik abang yang membawanya ke tempat ini. Askar.

Dengan tergesa-gesa Arsen lantas berlari dan menuju rumah yang ia tempati secepat mungkin. Namun, memang sangat kecil kemungkinan bagi Arsen untuk tiba terlebih dahulu dibanding Askar yang mengendarai mobil mewah berkecepatan super. Lalu dengan perasaan gusar Arsen melangkah memasuki pekarangan dan mulai masuk ke dalam rumah.

"Oh jagoan juga lo, gue nyuruh apa lo nya sengaja nggak lakuin." Belum sempat Arsen menutup kembali pintu yang baru saja ia buka, suara Askar sudah menginterupsi dan mengejutkan Arsen.

"A-arsen nggak ngelayap kok bang, Arsen juga sebenernya udah balik sebelum Bang Askar. T-tapi Arsen cari angin dulu sebentar." Elak Arsen yang setengahnya adalah kebenaran, meskipun ia tadi memang belum sama sekali memasuki rumah.

"Oh berani ngejawab lo?! Liat nih! Sini!" Dengan lantang Askar membentak Arsen sambil menarik paksa pergelangan tangannya menuju dapur.

"Lo liat nih!! Makanan yang seharusnya bisa gue makan sekarang malah nggak ada ditempat seharusnya. Lo tuh bego apa gimana sih?!! Gue inget jelas lo yang tadi pagi buka pintu belakang, kenapa nggak lo tutup lagi hah?!!" Arsen membola terkejut melihat meja di dapur yang seharusnya penuh dengan makanan kini tinggal wadahnya saja.

"A-arsen nggak sengaja bang, m-maaf Arsen nggak tahu kalau makanan kita bakal dicuri." Dengan terbata Arsen menjawab sentakan Askar.

"Makanan kita lo bilang?! Yakin banget lo bakal gue kasih makan, gue aja pernah kelaperan ngadepin dua abang lo yang lain itu. Lo mana pernah?! Jadi ya ini waktu yang pas biar lo ngerasain yang pernah gue rasain dulu." Atas ucapan Askar barusan Arsen dibuat terkejut dan hendak melayangkan protes.

"Apa?!! Mau protes hah?!! Enak aja lo kenal Bang Danthe sama Bang Theo pas mereka udah luluh. Nggak usah sok paling menderita deh disini." Kembali Askar melayangkan kalimat pedas yang tidak mampu dijawab oleh Arsen.

"Dan jangan sampe lupa! Lo jangan semena-mena di rumah gue, nggak usah bertingkah seenaknya lo disini. Asal lo tau, gue nggak akan secepat itu buat berbaik hati sama lo."

"Jadi silahkan pulang telat lagi biar gue bisa ngerantai lo." Dengan raut datar tanpa senyum, Askar mengucapkan hal tersebut dengan banyak emosi di dalamnya, yang oleh Arsen hanya dapat ditanggapi dengan rasa ngeri. 'Bagaimana mungkin seorang kakak sanggup mengatakan hal seperti itu pada adiknya sendiri'.

To be continued

send me virtual hug pleaseee :(

See you next time

jateng, 31-08-2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S h i t B l i n g ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang