7#' Lies

3.5K 404 50
                                    

Arsen membiarkan tubuhnya menyatu dengan kasur.

Saat ini pukul tiga pagi ketika Arsen tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa kini ia tengah berbaring di ranjang super besar miliknya itu dengan ketiga kakaknya. Well, Arsen tidak menyangka bahwa suatu saat ia akan mendapati pemandangan seperti yang ia lihat saat ini. Ketiga abangnya itu kini terlelap dengan sangat tenang. Arsen berada di tengah dengan Danthe dan Askar yang memunggunginya, lalu Theo tengkurap di samping Danthe. Jadi yang tidur di ujung adalah Theo dan Askar.

Arsen bahkan tidak menyangka bahwa ketiga abang iblisnya ini bisa nampak damai seperti malaikat ketika tidur. Arsen mencoba duduk dan memperhatikan ketiga abangnya lebih jelas lagi.

Samping kiri Arsen

Askar

"Bang maafin gue ya, gue nggak bisa jagain tas lo. Gue bener-bener nggak sengaja, maaf banget karena gue lalai gini."

Arsen dengan suara lirihnya tiba-tiba mengeluarkan uneg-unegnya ketika melihat ketiga abangnya yang tidur dengan lelap, hingga bahkan suara Arsen tidak mengganggu tidur mereka sama sekali. Arsen rasa tidak baik terlalu lama memendam perasaannya, mungkin ini saat yang tepat untuk mengurangi beban di hati Arsen tanpa mendapat masalah lagi dari ketiga abangnya itu.

"Lo..... jangan marah lagi ya bang."

"Gue takut."

Arsen lantas menolehkan kepalanya ke sisi kanan dan giliran mengamati Theo.

"Bang Theo....."

"Bang Theo tadi tega banget kunciin gue di balkon."

"Gue takut pas Bang Theo pergi ninggalin gue."

"Gue masih ragu sama lo bang."

"Apa Bang Theo bener-bener udah nerima gue-"

"Dan..... Bang Danthe."

Arsen kini beralih pada Danthe yang berada tepat di samping kanan Arsen.

Wait-

"Gue tadi pingsan apa gimana si?"

"G-gue eungg nggak inget."

"Tapi gue kayanya dipukul sama Bang Danthe deh."

"Astagfirullah nggak boleh suudzon dong! Berarti Bang Saga nih yang pukul gue pasti."

'Ya Tuhan sama aja gue suudzon.' Arsen hina diri sendiri.

"Iya positive thinking aja deh, gue paling pingsan gara-gara kekunci di balkon."

"Sen-"

Deg

Arsen menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.

"Maafin gue soal kemaren ya."

"Udah lo tidur lagi aja, semalem lo demam. Istirahat cepet."

Theo baru saja berujar dengan mata masih setengah terpejam, namun tatapannya mengarah pada Arsen. Menunjukkan bahwa Theo sedang tidak mengigau saja dan benar-benar menyampaikan permintaan maafnya pada Arsen. Oh, jangan lupa dengan kalimat agar Arsen lekas tidur yang secara tidak langsung mengungkapkan perasaan khawatir Theo.

Sedangkan Arsen malah terbengong di tempatnya. Dia lantas secara reflek mengecek suhu tubuhnya dengan memegangi dahinya, dan ah-

Arsen tidak sadar bahwa di dahinya kini tertempel plester penurun demam dengan motif gambar lucu yang kontras dengan tubuh bongsor milik Arsen.

"Udah buruan tidur, oh iya- lo ngomongin apa tentang Danthe tadi pas gue kebangun ?" Theo berucap santai setelah tadi sempat tersenyum melihat kelakuan Arsen ketika memegangi dahinya dengan heboh.

S h i t B l i n g ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang