3#" Work it, Kick it

3.3K 331 20
                                    

Mencari kerja adalah hal yang Arsen lakukan begitu ia keluar dari rumah Askar. Tentu saja dengan ijin dan ultimatum dari abangnya satu itu. Arsen dilarang keras pulang lebih lambat daripada abangnya, apapun yang terjadi kalau Askar pulang lebih dulu daripada Arsen. Maka Arsen akan dipancung. Tidak, yang barusan itu hanya imajinasi Arsen yang terlalu liar karena melihat ekspresi Askar saat mengancamnya tadi.

Sekarang Arsen benar-benar akan memfokuskan diri untuk mencari pekerjaan dan mendapatkan uang secepatnya. Arsen tidak peduli dengan ancaman Askar lagi, yang Arsen inginkan hanyalah pulang. Kembali ke apartemen dan dua abangnya yang lain. Arsen mulai menarik segala perkataan yang ia ucapkan dulu bahwa Askar adalah satu-satunya abang yang em paling tidak terlalu seram.

Sudahlah dari pada semakin larut merenungi nasib, Arsen memutuskan untuk segera bergerak mencari pekerjaan. Dan sialnya rumah Askar dan keramaian desa memiliki jarak yang sangat jauh. Arsen sudah tidak tahu berapa kali ia telah berhenti untuk beristirahat, sejenak melihat ponselnya dan ternyata sudah hampir satu jam Arsen jalan kaki dan ia masih belum menemukan pasar atau sekedar jejeran toko maupun warung yang mungkin saja memerlukan pekerja tambahan. Pemandangan yang Arsen lihat sedari tadi ialah hamparan sawah yang membentang. Hingga setengah jam setelahnya, Arsen mulai melihat bangunan yang cukup banyak dan mengindikasikannya sebagai pasar. Arsen bahkan mulai merasa lapar karena tenaganya sudah ia pakai jalan terlalu lama. Entah akan seperti apa nanti apabila Arsen betulan bekerja sebagai kuli.

Setelah berjalan dengan kelegaan tergambar jelas di wajah Arsen. Bocah itu akhirnya sampai di tempat yang ia anggap sebagai pasar itu. Dan tebakan Arsen sedikit banyak meleset. Faktanya beberapa bangunan berjejer itu adalah tempat penggilingan padi yang nantinya akan menghasilkan beras. Dan kemungkinan pekerjaan yang akan Arsen peroleh adalah kuli angkat beras, yang demi apapun hanya Tuhan yang mampu membalas kerja keras mereka. Hal ini dalam artian gaji yang para kuli peroleh jauh kurang sesuai dengan kerja keras yang telah mereka lakukan.

"Huft syukurin aja deh, daripada jalan lagi." Arsen menggumam setelah menerawang nasib pekerjaan yang harus ia lakoni setelah ini.

"Permisi bang." Sapa Arsen sopan pada salah satu orang yang nampak mengawasi kegiatan angkut barang yang sedang terjadi. Arsen menduga bahwa orang ini adalah orang yang bertanggungjawab atas perekrutan kuli angkut.

"Eh iya ada apa dek?" Balas orang tersebut.

"Kalau boleh tau, apa saya bisa lamar kerja disini ya?" Arsen dengan sedikit keraguan memberanikan diri untuk bertanya hal ini.

"Oh adek ini sedang butuh kerja. Kenalin nama saya Agung, kamu panggil Mas Agung aja. Nama adek ini siapa ya?" Orang bernama Agung tersebut diluar ekspektasi Arsen ternyata adalah orang yang bisa dikatakan ramah.

"Nama saya Arsen, em jadi gimana Mas Agung apa saya bisa bekerja disini?" Arsen kembali mengulang pertanyaan yang ia lontarkan tadi.

"Oh bisa-bisa. Dek Arsen ini bisa langsung aja bantuin angkat-angkat beras sama mas-mas disana. Beras-beras itu semua harus udah masuk truk jam 1 nanti, mau diantar ke kota soalnya." Jelas Mas Agung yang cukup banyak membuat Arsen paham bahwa pekerjaan yang ia lakukan kali ini akan sedikit lebih berat daripada yang ia prediksi sebelumnya.

Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul 11 dan beras-beras yang harus dipindahkan ke dalam truk masih sangat banyak. Bahkan dari dua truk yang tersedia, truk pertama belum terisi penuh yang artinya Arsen harus benar-benar bekerja keras agar selesai tepat waktu.

"Permisi mas, saya pekerja baru. Tadi disuruh langsung bantuin aja kata Mas Agung." Arsen benar-benar akan mencatat hari ini sebagai hari dimana ia berhasil melampaui dirinya sendiri. Ia dengan membulatkan tekad akan mencari uang dengan pekerjaan kasar untuk dirinya sendiri.

"Oh ya sudah dek, bisa langsung ikut angkat beras aja." Jawab salah satu pekerja yang tidak terlalu fokus memperhatikan Arsen karena sedang mengangkat beras. Dengan perintah tersebut, Arsen langsung saja mulai ikut bergabung dengan pekerja lain mengangkat beras.

Gila

Tidak pernah Arsen bayangkan sebelumnya bahwa ia harus bekerja sedemikian keras untuk mendapatkan uang. Arsen merasa benar-benar kewalahan dengan pekerjaan barunya itu. Disaat para pekerja lain mengangkat dua karung beras sekaligus, Arsen hanya mampu membawa satu karung beras saja. Dan bahkan fakta tersebut tidak berpengaruh terhadap rasa letih luar biasa yang Arsen rasakan saat ini. Rasanya Arsen dipaksa berolahraga lima jam nonstop tanpa  beristirahat.

Sekarang adalah jam makan siang, dan beras yang tersisa bisa dikatakan sedikit. Yah walaupun kenyataannya masih ada sekitar dua puluh karung beras lagi. Arsen tidak menyangka bahwa pekerja akan mendapatkan makan siang gratis, Arsen sangat bersyukur tadi ketika Mas Agung menghampiri para pekerja dan mengajak mereka makan yang dikatakan pula bahwa makan siang ini memang jatah pekerja. Arsen bahkan sempat berpikir tadi bahwa ia akan menahan lapar dan meminta sedikit belas kasih untuk diberi air minum. Pasalnya Arsen tidak membawa uang sepeserpun, dan juga rasanya tidak mungkin kalau ia meminta gajinya terlebih dahulu untuk membeli makan siang. Syukurlah Arsen bisa menghemat gaji yang akan ia peroleh nanti.

Setelah makan siang selesai, Mas Agung pamit sebentar untuk pulang ke rumah dan meminta para pekerja untuk menyelesaikan beras yang tersisa saat ia kembali nanti. Semua mengiyakan.

Namun, ada yang janggal.

Setelah Mas Agung pergi, pekerja lain bukannya bangkit dan lanjut bekera. Mereka malah memantik korek api dan menyalakan rokok. Arsen yang takut kalau pekerjaan mereka tidak akan segera selesai pun mulai berpikir cara halus untuk menegur para kuli yang saat ini tengah asyik merokok.

"Heh dek, tadikan kerjamu paling sedikit. Kamu kan cuma angkat satu karung padahal yang lain dua karung. Sana kamu selesaiin sendiri, yang lain biar ngerokok dulu abis makan siang." Belum sempat Arsen memberi teguran, tanpa diduga kalimat tersebut keluar dari salah satu pekerja yang terlihat paling sangar.

Arsen yang mendengar kalimat tersebut sontak dibuat terkejut dan tidak berkutik. Lantaran pernyataan pekerja tadi ada benarnya dimana Arsen mengangkat karung beras lebih sedikit dibanding yang lain. Tapi tetap saja Arsen dibuat kecewa dan ingin marah.

'Ini nggak adik bangsat'

To be continued


Maaf sekali gaya tulisannya berubah.

See you next time

jateng , 15-11-2021

S h i t B l i n g ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang