Arsen berjalan menuju parkiran bersama ketiga kakaknya dengan tertegun. Arsen berpikir keras apa yang membuat ketiga kakaknya datang ke sekolah untuk menjemputnya, bahkan saat jam pelajaran masih berlangsung. Arsen hanya mampu terbengong sedari tadi dan terus berpikir keras hingga ia tak sadar kalau ia jalan terlalu lambat dan tertinggal oleh ketiga kakaknya.
"Arsen" Panggilan dari Danthe menyadarkan Arsen, lalu tiba-tiba saja Theo menghampirinya dan memegang pergelangan tangannya.
Arsen yang terkejut berusaha melepaskan pegangan Theo pada tangannya, namun hal ini malah ditanggapi Theo dengan mempererat cengkraman tangannya pada Arsen.
"Sstt" Saat Arsen hendak membuka suara, Askar sudah lebih dahulu mengkode Arsen agar tidak banyak bicara sambil tersenyum, yang menurut Arsen lebih seperti sebuah seringaian. Arsen yang tidak ingin mencari masalah akhirnya hanya diam sambil menurut. Angkasa bahkan ikut memberi peringatan pada Arsen bahwa akan ada sesuatu yang terjadi. Langit tampak benar-benar mendung saat Arsen keluar dari gedung sekolahnya menuju parkiran. Dan benar saja baru beberapa langkah menuju parkiran, gerimis turun dan Arsen yakin sebentar lagi hujan deras akan turun.
Saat tiba di parkiran ia bingung karena kakaknya menggunakan mobil secara terpisah. Yang mana setiap mobil mewah ketiga kakaknya hanya memuat dua penumpang saja. Arsen yang bingung akan ikut dengan siapa pun memutuskan untuk ikut dengan Theo saja yang sedari tadi masih menggenggam pergelangan tangannya.
Ceklek
Namun dugaan Arsen salah saat Askar membukakan pintu mobil Danthe di sisi penumpang. Selanjutnya Theo menarik tangan Arsen agar bergegas masuk mobil Danthe yang hanya dilakukan Arsen tanpa bantahan.
Danthe yang sudah masuk mobil sebelum Arsen hanya diam dan melajukan mobilnya begitu Arsen memasang seatbelt.
Arsen awalnya tidak terlalu peduli kemana ketiga kakaknya akan membawanya. Namun Arsen mulai penasaran tujuan ketiga kakaknya karena jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh.
'Kok jauh banget, jangan-jangan gue mau dibuang'
Arsen berpikir positif akan dibuang, karena menurutnya itu lebih menguntungkan daripada ia harus tinggal dengan ketiga kakaknya. Dengan begitu Arsen akan lebih mudah mencari alasan agar tidak tinggal lagi dengan ketiga kakaknya saat mengadu dengan ayah mereka nanti.
Drrtt
Imajinasi Arsen akan kebebasan atas ketiga abangnya buyar saat ponselnya berdering adanya panggilan. Namun Arsen mengernyitkan dahinya bingung. Nomor yang menghubunginya tidak tersimpan dalam kontak Arsen, meskipun bingung Arsen tetap menjawab panggilan itu karena bepikir mungkin saja ada hal penting yang akan disampaikan.
"Halo."
"Ini Askar. Gue mau lo turun di lampu merah depan dan beliin gue air mineral di minimarket deket lampu merah." Suara Askar yang menyapa pendengaran Arsen membuat Arsen cukup terkejut. Apalagi Askar yang to the point akan maksud dan tujuannya menghubungi Arsen yaitu memperbudak Arsen pikir Arsen.
Ingin sekali Arsen berkata pada Askar agar Askar membelinya sendiri tanpa harus memerintah Arsen. Namun Arsen yang tidak senekat itu untuk mencari ajalnya sendiri hanya berusaha mencari alasan.
"Tapi bang, ini kan hujan deres banget. Di mobil Bang Danthe pasti nggak ada payung bang, lagian Arsen tau kok minimarketnya nggak sedeket itu sama lampu merah. Nanti kalau Arsen basah dan Bang Danthe marah gimana ?" Arsen mengeluarkan alasannya yang sebenarnya terdengar masuk akal. Namun sepertinya Askar sudah benar-benar siap akan alasan yang dikeluarkan Arsen untuk menolak perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S h i t B l i n g !
Teen FictionArsen selalu merasa dirinya sebagai anak tunggal meskipun ia memiliki 3 orang kakak laki-laki. Ia yang selama ini menjadi anak manis dan penurut berubah drastis hingga menjadi berandalan semenjak satu tahun kepergian orang tuanya, mereka memutuskan...