Pada akhirnya Yuda mandi sendiri. Dia semakin suka menggoda Valeria. Melihat bagaimana manisnya Valeria saat menggigit bibir kemudian berpaling untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya. Senyum Yuda tidak pudar sejak tadi. Dia mengancingkan kemeja seraya keluar dari kamar mandi. Sudah beberapa menit lalu dia mendengar suara pintu terbuka, itu pasti Valeria.
"Sudah kembali? Apa tidak ramai?" tanya Yuda menunduk melangkah masih mengancingkan kancing bagian bawah. Saat tidak ada sautan, Yuda mengangkat wajah dan tertegun. "Kau?"
"Maaf Dokter..." Friska menunduk dalam. Dia menyembunyikan rona merah di pipinya. Bagaimana tidak merona, jika melihat Yuda keluar dari kamar mandi seraya mengancingkan kemeja dari atas sampai bawah! Friska membenci Yuda namun tidak bisa mengenyahkan pesona lelaki itu.
Yuda terdiam sejenak mengamati Friska lalu menghela napas, dia melangkah duduk di sofa. "Apa yang membawamu ke sini? Aku masih menata hati dan pikiranku, aku perlu dalam kondisi terbaik untuk mencari kebenaran yang kau bicarakan..."
Kali ini Friska mendongak. Kakinya mendekati meja, meletakkan surat-surat yang di berikan Fanya kemarin.
"Apa ini?" Mata Yuda melirik surat-surat itu kemudian menatap Friska. "Kau membawa sampah kesini?"
"Kemarin saya bertemu Bu Fanya. Dan surat-surat itu dari beliau..."
Yuda terkesiap. "Kau bertemu Mama ku?"
"Bu Fanya bertemu dengan saya dan menceritakan semuanya. Saya... Saya..."
Suara bergetar Friska membuat Yuda curiga. Apa yang sudah diceritakan Mamanya pada gadis ini? Friska kembali menunduk. Kedua bahunya naik turun.
"Mbak Astrid mengkhianati Dokter karena Dokter terlalu sibuk bekerja..."
Apa? Kali ini Yuda membelalak. Dia tidak tahu fakta itu.
"Mbak Astrid melakukan perjanjian dengan Bu Fanya soal saya. Membiayai semua kebutuhan saya sampai saya bisa menjadi dokter sekarang ini..."
"Berhenti!" Yuda beranjak mendekati Friska. "Apa isi surat itu?"
Friska mau tidak mau mendongak. Kedua matanya sudah membengkak. Yuda miris melihatnya. Hatinya terluka. Apa fakta kebenaran yang di ceritakan Mamanya begitu menyakiti gadis ini?
"Anda penyebab kematian Mbak Astrid!" Nada Friska mulai meninggi. "Anda bilang Anda mencintainya, tapi Anda tidak bisa mengerti perasaan Mbak Astrid! Dia tertekan dalam keluarga Anda dan harus mencari perlindungan dari orang lain! Ini semua salah Anda! Anda yang sudah membunuh Mbak Astrid! Anda pembunuh! Pembunuh kejam!" Friska berteriak menangis sambil memukul berkali-kali dada Yuda. "Anda pembunuh! Anda membunuh Mbak Astrid dan bayinya! Anda!"
***
"Mas? Aku mau bicara sesuatu..."
Yuda mengangkat kepala. Matanya tampak bersinar menyambut Astrid. Perempuan itu tampak semakin cantik di matanya. Semenjak Yuda memutuskan kembali ke keluarga Airlangga, Astrid begitu tampak elegan. Yah, bukan berarti Astrid tidak elegan selama ini, tapi perempuan itu tampak begitu semakin menarik di matanya.
"Bicara apa? Aku harus menyelesaikan ini, kita bicara di kamar nanti. Bagaimana?"
"Apa itu pekerjaan penting? Apa aku mengganggu?"
Nada sinis Astrid membuat Yuda tidak enak. Dia beranjak mendekati Astrid mencium puncak kepala perempuan itu dengan lembut. "Sebentar lagi. Tunggu aku di kamar..."
Kala itu Astrid tidak berpikir apapun. Dia tahu keputusannya untuk ikut Yuda kembali ke keluarga akan begini. Astrid berusaha keras menjadi istri yang pantas untuk Yuda. Di mata keluarga Yuda dan di mata kalangan atas. Namun itu hanya usaha belaka tanpa ada timbal balik apapun dari lelaki itu. Yuda terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Astrid menyadari itu, tapi bodohnya dia baru-baru ini dia menyadarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Business Marriage #3 [ TAMAT ]
RomanceKisah Yuda Airlangga, series ketiga dari "Boys Love" Dokter tampan spesialis bedah yang menjalani pernikahan bisnis demi kesejahteraan rumah sakit milik keluarganya. Yuda dijuluki DUREN, duda keren. Dia sudah menduda saat usianya 28 tahun. Pernikaha...