BM 19

10.5K 1K 113
                                    

Jayarana duduk termenung di meja makan. Dia melakukan itu sejak setengah jam lalu setelah selesai sarapan. Otaknya terus memikirkan solusi dari masalah ini. Jayarana pikir, setelah menikahkan cucu perempuan satu-satunya dengan lelaki bertanggungjawab seperti Yuda--lepas dari masa lalu lelaki itu, ternyata keputusan yang salah.

Dua hari lalu, cucunya muncul di depan pintu kediaman Widyadharma dalam kondisi basah kuyup. Jayarana jelas mengamuk. Kemarahannya tersulut saat itu juga namun Valeria mencegahnya. Jayarana tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Sebelum kedatangan Valeria malam itu. Yuda menemuinya...

***

Dengan posisi berlutut tiba-tiba, Jayarana terkejut. Namun masih tetap duduk di sofa. Pandangannya tajam, kewaspadaan meningkat menatap Yuda.

"Apa yang kau lakukan?"

"Saya minta maaf, Kek. Tidak. Saya minta maaf Pak Jayarana..." Yuda diam sejenak mengambil napas. "Saya sudah mengecewakan Anda..."

"Kau menyakiti cucuku?"

Jakun Yuda naik turun. Dia mendongak dan tenggelam dalam tatapan Jayarana lalu kembali menunduk. "Saya tidak bisa membahagiakan Valeria. Saya lelaki yang tidak pantas untuknya. Valeria pantas mendapatkan lelaki yang bisa mewujudkan impiannya memiliki keluarga penuh cinta dan anak-anak..."

"Kau mandul?"

Yuda tertegun sesaat kemudian menggeleng.

"Kau gay?"

Lagi-lagi Yuda menggeleng.

"Lalu dimana ketidakmampuan mu?"

"Saya menghukum diri saya sendiri atas kesalahan masa lalu saya..."

Reaksi Jayarana membuat Yuda terkesiap-- Tidak menyangka. Jayarana tertawa getir. "Semua orang memiliki masa lalu. Di masa depan akan berubah buruk atau baik tergantung si pemilik masa lalu..."

Jayarana kemudian berdiri. Saat itu, Jayarana sudah bisa menebak jalan pikiran cucu menantunya ini. "Baiklah. Apa yang kau inginkan dariku?"

"Saya akan bercerai dengan Valeria. Saya akan menanggung semua kerugian dari kerjasama ini. Saya pastikan Anda tidak akan rugi apapun..."

Permintaan Yuda membuat Jayarana mencedak. Pikiran anak muda zaman sekarang memang sangat sempit. Tidak mau berpikir untuk masa depan dan menuruti nafsu semata. "Baiklah. Aku setuju dengan permintaanmu." Jayarana melangkah melewati Yuda namun kembali berhenti dan berbalik. "Jangan pernah menyesal. Aku tahu, suatu saat nanti kau akan menyesal telah melepas permata yang berharga..."

***

Dua hari sudah berlalu sejak kejadian itu dan belum ada tanda-tanda apapun. Malahan, Valeria terlihat terpuruk. Tidak mau makan apapun selain biskuit dan teh herbal. Cucunya tidak sedang bahagia. Bahkan dikatakan begitu menderita. Jayarana bertekad. Dia akan menunggu sehari lagi karena perkiraan Jayarana tidak pernah meleset sedikitpun.

Seorang pelayan mendekatinya. "Ada apa?"

"Nona Vale masih tetap tidak mau makan nasi, Tuan..."

Jayarana beranjak meraih tongkat bantu jalan miliknya. Mulai melangkah menaiki tangga menuju kamar Valeria. Dia mengetuk pintu beberapa kali. "Vale... Ini kakek... Buka pintunya! Aku ingin bicara..."

Di dalam, Valeria duduk diatas tempat tidur memeluk dirinya sendiri sembari memandang pintu kemudian memandang piring biskuit yang sudah hampir habis. Valeria benar-benar tidak mau di ganggu. Dia berpikir untuk keluar dari kamar di saat yang tepat. Dimana dia harus mendatangi kantor pengadilan agama untuk proses perceraian. Kenapa? Karena Valeria tidak mau orang-orang tahu soal kehamilannya.

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang