BM 5

14.1K 1.2K 28
                                    

Saat membuka mata, Valeria pikir dia masih bermimpi. Wajah Yuda yang tenang menjadi pemandangan pertama saat dia membuka mata. Kilas semalam membuatnya menunduk malu—membenamkan diri pada selimut. Tidak dia sangka malam pertamanya akan secepat ini.

Valeria tidak percaya semalam dia menyerahkan miliknya yang berharga pada lelaki asing yang menjadi suaminya.

"Karena aku ingin membangun sebuah keluarga."

Membangun keluarga yang diinginkan Valeria adalah memiliki anak satu atau dua. Nyatanya, Yuda belum memikirkan sampai ke sana.

"Aku ingin lebih mengenal dirimu. Jadi—tidak perlu terburu-buru."

Karena pikirannya yang sedang gundah, Valeria bergerak gelisah melepaskan diri dari Yuda, mencengkeram erat selimut di dadanya. Tidak bisa di pungkiri, Valeria menoleh menatap wajah Yuda yang sedang tidur.

"Aku seorang duda."

"Aku yakin kau tidak akan membiarkan dirimu mengulang masa lalu, kan?"

Valeria menyadari perubahan ekspresi Yuda saat itu. Jadi—jelas ada sesuatu di masa lalu Yuda yang tidak ingin lelaki itu ingat. Valeria diam bukan berarti tidak memikirkan status Yuda yang seorang duda. Dia ingin tahu, sungguh, dia ingin tahu alasan kenapa lelaki itu menduda.

Valeria menghela napas berat, tubuhnya bergerak bangkit namun cengkeraman pada tangannya membuat gerakannya berhenti—ia menoleh. "Aku membangunkanmu? Maaf..." lirih Valeria kembali duduk, masih sambil mencengkeram selimut di dadanya. Pakaiannya berserakan di lantai kamar.

"Mau kemana? Kau bisa berjalan?"

Pertanyaan macam apa itu? "Aku harus membersihkan diri, menyiapkan sarapan dan membersihkan kekacauan ini..."

Senyum Yuda terbit, membuat Valeria berpaling, dia tidak ingin Yuda melihat rona merah pada pipinya. Semalam Valeria merasa sudah mengenal Yuda seutuhnya. Apa hanya perasaannya saja karena pertama kali merasakan sensasi ini?

"Mau ku bantu membersihkan diri?"

"Tidak." tegas Valeria. Dia melepaskan tangan Yuda dan beranjak menjauh, memunguti pakaiannya kemudian masuk kedalam kamar mandi tanpa menoleh. Jika dia terus-terusan di sana, mereka pasti akan berakhir pada kegiatan yang sama seperti semalam.

***

"Atur ulang jadwal operasinya sesuaikan dengan jam kosong dalam jadwalku di perusahaan. Aku percayakan padamu... Ya. Sampai bertemu..."

Yuda menghela napas berat menatap layar ponselnya kemaudian menatap kosong keluar kamar. Dia harus menyesuaikan semuanya. Akan ada waktu dimana dia mungkin—tidak akan pulang dan harus lembur.

"Aku sudah siapkan sarapan."

Valeria memberitahu sambil meletakkan tumisannya diatas meja makan saat dia melangkah mendekat. Senyumnya membuat Yuda ikut tersenyum, dia kemudian duduk menatap takjud semua makanan di hadapannya.

"Semalam aku bilang tidak sarapan."

"Semalam kau bilang 'Aku jarang sarapan karena tidak ada waktu untuk membuat sarapan' jadi, karena sekarang sudah ada yang membuatkan sarapan, kau harus sarapan..." Valeria ikut duduk di kursi setelah melepas celemeknya. "Sedikit karbohidrat, lebih banyak protein." gumam Valeria sambil mengisi piring Yuda penuh dengan makanan. "Nikmati makanan selagi hangat, aku ingat kau suka makanan hangat..."

Yuda tertegun dengan sikap Valeria kepadanya. Setelah semalam, mereka sepertinya benar-benar sudah akrab. Sudah tidak ada kecanggungan, Yuda seharusnya bersyukur, namun masih ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya. Apa itu?

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang