Epilog

26.1K 1.2K 93
                                    

Yang namanya masa lalu, ya masa lalu...
Tidak perlu di buang atau dilupakan...
Cukup tempatkan dia disebuah tempat kemudian timbun dengan banyak kebahagiaan.

Semua akan berjalan dengan baik disaat diri sendiri mau melakukan yang terbaik.

Kesempatan tidak akan ada saat kamu sendiri tidak menciptakan kesempatan itu.

Di saat kita mengetahui jati diri dan keinginan kita, hidup menjadi lebih berarti. Jalan masa depan yang terjal dan jauh, kini berubah. Asalkan kita mau mengubahnya...

Lima tahun lalu..., dia hidup dalam kesendirian. Menjatuhkan dirinya sendiri dalam lubang kegelapan. Mengikat hidupnya dengan tali kenangan.

Mata Yuda mengembara ke arah dapur. Mengikuti setiap gerak gerik perempuan yang sudah sembilan bulan ini bersamanya. Kehamilan Valeria yang sudah menginjak usia enam bulan membuat perutnya menyembul indah dibalik dress pink selutut motif bunga. Rambutnya di kuncir satu, membuat Yuda menelan ludah menahan hasrat menghujani leher jenjang Valeria dengan kecupannya.

Yuda mengenyahkan pikirannya, berdeham melangkah menuju dapur dan memeluk Valeria dari belakang. Gerakan tiba-tiba itu membuat Valeria terkejut, sontak menoleh.

"Mas sudah siap?"

"Sudah..." Jawabnya seraya menjauh sedikit untuk memberi ruang Valeria bergerak.

"Kita mampir supermarket sebentar, ya? Ada beberapa bahan yang perlu dibeli..."

Hanya mengangguk. Yuda mengamati Valeria dari tempatnya berdiri. Sedangkan istrinya sibuk mempersiapkan bahan masakan untuk dimasak di rumah keluarga Airlangga.

Ya.

Rutin setiap hari Sabtu, Yuda dan Valeria mengunjungi rumah keluarga Airlangga. Mereka akan menginap semalam, lalu hari minggu mereka akan pergi ke rumah Widyadharma, mengunjungi Kakek Valeria.

Rutinitas Yuda berubah drastis. Dia rasa, kini dia sudah mampu membagi waktu dalam pekerjaan dan keluarganya. Harinya menjadi tidak hampa seperti dulu.  Hidupnya penuh keceriaan, senyum Valeria, masakan istrinya, lalu aktivitas malam mereka yang menggebu-gebu.

Yah, Yuda tidak bisa memungkiri akan hal itu. Kenyataannya dia begitu puas. Oh, dan lagi..., Sejak usia kehamilan Valeria menginjak lima bulan, istrinya lebih manja. Lebih cantik, lebih berisi, lebih agresif dan yang terakhir membuat Yuda geleng-geleng adalah, Valeria benci melihat dirinya rapi dan wangi. Hem... Yuda ingat saat itu...

"Sayang! Sisirnya kamu taruh dimana?"

"Aku buang!"

Yuda langsung melongo. Dia mengerjap masih mencerna jawaban Valeria. "Dibuang? Kenapa?" Yuda bergerak mendekati Valeria yang sedang menata pakaian di lemari.

"Ya aku buang aja. Kamu enggak usah sisiran, Mas... Kamu udah ganteng, kok..."

Yuda terkikik. Valeria yang duduk di sisinya menoleh dengan kening berkerut dalam. "Mas kenapa? Ada yang lucu?"

"Enggak..." singkat. Yuda kembali memfokuskan diri pada jalanan yang sepi. Sabtu pagi masih lenggang. Berbeda dengan nanti malam.

Kembali Valeria sibuk mengingat barang apa saja yang kurang. Sedangkan Yuda lagi-lagi membayangkan saat dirinya harus ke kantor karena rapat dan tidak menemukan parfum kesukaannya.

"Sayang! Kamu tahu parfum ku? Kayaknya kemarin masih di meja, masak udah habis aja..."

Yuda menuruni tangga, dia diam mengamati sekitar. Tidak ada tanda-tanda Valeria. Jadi, Yuda melangkah menuju halaman belakang. Disana dia melihat taman di sisi kanan. Senyumnya mengembang saat dia mendekati Valeria, lalu sontak senyum itu menghilang saat melihat apa yang sedang istrinya lakukan.

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang