Yuda sontak tersenyum. Dia segera memeluk Valeria, memeluknya erat tanpa ingin melepas perempuan itu.
Terima kasih, Tuhan... Terima kasih sudah membuka hati Valeria untuknya.
Yuda merenggangkan pelukannya, "Kita pulang?"
"Tidak. Ini belum jam pulang..." Sontak Valeria melangkah melewati Yuda kembali ke ruang guru.
Tubuhnya berputar. Yuda menghela napas menatap kepergian Valeria. Dia berdeham kemudian mengikuti langkah Valeria masuk. Dia tersenyum lebar mendekati Kepala Sekolah.
"Maaf..." Yuda membuka suara seraya melirik Valeria yang berdiri tidak jauh dari kubikelnya dengan kepala tertunduk. "Saya akan memberikan pengumuman, bahwa Bu Valeria dan saya sudah menikah. Maaf, kami tidak melakukan perayaan besar-besaran dan hanya di hadari sanak keluarga saja..."
Semua orang kompak menatap Valeria. Sebagian guru memberenggut. Ada yang menelan ludah tidak percaya dan ada yang hanya diam menatap tajam Valeria.
"Kami..." Kepala sekolah ragu-ragu memandang Yuda dan Valeria bergantian lalu tersenyum kaku. "Astaga... Maafkan kami. Seharusnya kami mengucapkan selamat..." Pandangan Kepala Sekolah mengedar menatap satu persatu guru, "Benarkan?"
"Ya. Benar..."
"Ya. Selamat atas pernikahannya, pak Yuda..."
"Selamat bu Vale. Saya tidak menyangka Anda adalah istri Ketua Yayasan. Kami terkejut sungguh... Bagaimana mungkin? Haha..."
Diam dan menunduk adalah pilihan tepat bagi Valeria. Pernikahannya sedang diujung tanduk dan mereka berbondong-bondong menghujani selamat pada Yuda dan dirinya. Demi Tuhan! Valeria perlahan mengangkat wajah saat mendengar suara Yuda. Lelaki itu sumringah seperti tidak terjadi apapun.
Valeria memikirkan keputusannya memberikan kesempatan pada Yuda, benar atau salahkah ini? Jika pada akhirnya dia membuka hatinya kembali dia harus siap menerima apapun risikonya.
Hari itu, setelah basa basi pemberian ucapan selamat, mereka melakukan rapat bulanan. Selama rapat Valeria hanya diam saja dan menjawab jika di tanya. Beberapa kali Yuda melirik Valeria. Hatinya gundah diantara bahagia karena Valeria memberinya kesempatan atau merasa bersalah karena melihat Valeria hanya diam saja, tampak sedih.
"Vale..." Yuda menahan langkah Valeria yang hendak mengikuti guru-guru keluar dari ruang rapat. "Kamu marah?"
Valeria hanya menggeleng.
"Apa aku berbua--Aku..."
"Jangan pernah meminta maaf jika kamu tidak tahu apa salahmu."
Kalimat Valeria terngiang dalam benaknya, membuat Yuda terdiam sendiri. Keduanya sama sama diselimuti keheningan. Lama bahkan hampir selama tiga menit tidak ada yang saling berbicara.
"Aku akan menunggumu pulang..." Yuda berkata lembut, mendekat dan mendaratkan kecupan sayang dipuncak kepala Valeria kemudian melangkah pergi.
***
Yuda duduk dibalik kemudi masih terus memperhatikan ruang guru. Dari parkiran mobilnya diparkir, dia bisa melihat jelas pintu ruangan itu. Yuda cemas dengan kondisi mereka. Bukankah terlalu mudah Valeria memberinya kesempatan? Tapi, kalau dilihat dari sikap Valeria kepadanya, Yuda merasa perempuan itu menjaga jarak dengannya.
Akhirnya helaan keluar dari dirinya. Yuda rasa dia harus berjuang mendapatkan hati Valeria lagi. Perempuan itu memberinya kesempatan tapi belum sepenuhnya mempercayai dirinya. Jadi--Yuda harus berusaha lebih keras lagi dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Valeria.
Sisa waktu menunggu Valeria, Yuda menyusun strategi untuk mendapatkan hati Valeria. Waktu terus berjalan, dengan gelisah Yuda menoleh ke arah ruang guru. Beberapa guru sudah keluar dan berjalan menuju parkiran. Para siswa juga sudah keluar dan berbondong menuju parkiran. Jarum jam tangannya seraya bergerak lambat membuat Yuda sudah pada batasnya. Dia keluar dari mobil berjalan cepat mencari Valeria. Di ruang guru sudah sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Business Marriage #3 [ TAMAT ]
RomanceKisah Yuda Airlangga, series ketiga dari "Boys Love" Dokter tampan spesialis bedah yang menjalani pernikahan bisnis demi kesejahteraan rumah sakit milik keluarganya. Yuda dijuluki DUREN, duda keren. Dia sudah menduda saat usianya 28 tahun. Pernikaha...