BM 12

9.4K 971 30
                                        

Friska menyadari tatapan yang ditujukan Orion kepadanya tapi dia tetap berusaha tenang. Sedangkan Rara temannya sedang sibuk menyenggol tangannya dan berbisik, "Kayaknya kamu di taksir sama Dokter Orion. Yah, walau sudah menikah. Dokter Orion itu terkenal playboy..."

Dia terus saja menghiraukan bisikan Rara. Bukan tatapan menaksir. Friska merasa dia diawasi. Setiap gerak-geriknya tidak lepas dari tatapan Orion. Berkali-kali dia menghela napas. Bahkan sesekali dia harus bersembunyi di balik tubuh temannya. Tatapan Orion membuatnya tidak nyaman. Sebenarnya apa yang terjadi?

Suasana ruang konsultasi semakin mencekam dengan kehadiran Bara dan Sega. Friska mendengar empat orang dokter hebat di sini adalah mereka berempat. Walau masih muda, mereka benar-benar sudah berpengalaman. Matanya memicing curiga saat Bara mendekat dan berbisik sesuatu pada Orion. Lagi-lagi tatapan Orion tertuju padanya. Tubuh Friska lemas dan dingin bersamaan. Getaran-getaran terasa di seluruh tubuhnya. Dia harus menelan ludah untuk mengenyahkan hal itu tapi sia-sia.

"Untuk bimbingan Dokter Yuda pindah di deret bimbingan saya! Cepat! Saya tidak ada waktu banyak!"

Friska berserta temannya langsung bergegas. Duduk sesuai urutan. Karena dulu dia pindah bimbingan, di bimbingan Yuda, dia jadi urutan terakhir. Terus saja gelisah. Friska merasa dia harus kabur. Tapi tidak! Dia tidak bisa melakukan hal itu sekarang. Balas dendamnya lebih penting. Harusnya hari ini dia mendekati Yuda dan melancarkan rencananya tapi malah begini.

"Friska Putri Saraswati!" Orion memanggil.

Friska langsung maju. Memberi salam lalu mulai membuka laporannya.

"Bimbingan akan ku lakukan di ruangan ku! Ayo!" Orion berdiri cepat menimbulkan bising membuat Sega dan Bara mengangkat wajah. "Maaf... Lanjutkan saja! Ayo ikut aku!"

Mau tidak mau Friska mengikuti langkah Orion. Dia di bawa ke ruangan lelaki itu. "Masuklah!" Friska menelan ludah lalu masuk ke dalam ruangan Orion. Auranya cerah namun ada aura merinding yang menyelimuti ruangan ini juga sampai dia terjingkat mendekat pintu tertutup di balik punggungnya.

"Dokter mau apa?! Saya tahu Dokter mengawasi saja sejak tadi! Apa maksud Dokter! Jika seperti ini terus, saya akan laporkan pada dewan rumah sakit..."

"Kau mengancam? Lakukan saja..." Orion dengan santai duduk di sofa santai di ruangannya. Menatap Friska dengan sebelah alis terangkat. "Kau yang seharusnya aku laporkan pada dewan rumah sakit karena memalsukan identitas..."

Mata Friska membelalak. Seringai Orion membuat Friska bergidik. Ketakutan menjalar dari ubun-ubun sampai kakinya.

"Terkejut? Kau ketahuan langsung olehku! Hanya dalam hitungan hari. Kau bisa membohongi pihak HRD, sayang kau tidak bisa membohongiku!" tekan Orion. "Aku sudah mengatakannya pada Yuda. Siapa kau sebenarnya... Dan sepertinya setelah menikah hatinya melunak. Tapi jangan santai dulu ..."

Orion bangkit mendekati Friska yang terdiam di sana. Mencondongkan tubuh ke arah Friska. "Kau punya nyali juga ternyata. Keberuntungan menyertaimu." Menarik tubuhnya menjauh, Orion berjalan menuju mejanya, mengambil sesuatu di sana lalu melemparnya kearah Friska.

"Foto-foto lamamu dan Astrid sudah aku dapatkan! Lebih baik kau pergi dari sini! Urungkan niat jahat mu untuk menghancurkan Yuda! Kalau kau keluar baik-baik dari sini, aku akan merekomendasikan mu pada rumah sakit lain. Kalau tidak--"

Brak!

Orion serta Friska bersamaan menatap kearah pintu. Yuda muncul di sana dengan raut wajah garang. Orion mengumpat dalam hati.

"Pergi!" seru Yuda. Orion mendesis. Menatap Friska tajam sebelum dia menutup pintu dari luar.

Friska tambah ketakutan. Tatapan Yuda mengintimidasinya. Lelaki itu melangkah mendekati Friska, sedangkan gadis itu melangkah menjauh--menjaga jarak mereka.

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang