BM 6

12.8K 1.2K 24
                                        

Yuda terbangun dengan kepala pening. Tangannya bergerak memijit pangkal hidungnya yang terasa berdenyut-denyut tidak nyaman sambil bergerak duduk di atas tempat tidur dan menyadari dimana dia sekarang. Matanya melebar seketika.

Semalam setelah dari area pemakaman, Yuda mengemudi menuju salah satu kelab malam yang sering dia singgahi dengan Orion sebelum sahabatnya itu menikahi Olivia. Dia hanya minum dua kaleng bir.

Sekali lagi mata Yuda melebar, dia menatap ke arah pintu yang sedikit terbuka, buru-buru dia keluar dari kamar mendapati Valeria sibuk di dapur.

"Kamu sudah bangun?" Valeria bertanya sambil berbalik melangkah meletakkan mangkuk besar dengan asap yang masih mengepul diatas meja. "Aku buatkan sup daging sapi. Duduklah!"

Dada Yuda naik turun, matanya terus mengikuti gerakan Valeria. Mencoba mencari sesuatu. Sesuatu? Ya. Dan mata Yuda beralih pada wajah Valeria. Riasan natural membuat Valeria terlihat cantik. Di sana tidak ada tanda-tanda kemarahan sedikitpun. Padahal semalam dia...

"Aku—"

"Duduklah, kita sarapan terlebih dahulu. Aku harus berangkat lebih pagi karena harus mengisi bimbingan untuk anak kelas 3."

Nada bicara Valeria begitu tenang sampai membuat Yuda ketakutan. Takut? Apa yang membuatnya tiba-tiba merasakan hal itu? Hubungan mereka semalam sudah baik lalu Yuda mengacaukan semuanya dengan mabuk setelah meletakkan karangan bunga di makam Astrid dan berdoa. Sial!

Mata Valeria menatap mata Yuda langsung. "Ada apa? Ayo duduk..." ajak Valeria, dia mulai mengisi mangkuk Yuda, meletakkannya kembali bersamaan lelaki itu duduk di kursinya. Wajahnya tampak kebingungan.

Valeria tahu Yuda mungkin ingin menjelaskan perihal kepulangannya dalam keadaan mabuk. Namun Valeria rasanya belum siap menerima penjelasan itu. Apa karena mereka sudah melakukan malam pertama, Valeria jadi langsung jatuh hati pada sosok Yuda?

***

Yuda mencuri pandang beberapa kali ke arah Valeria. Perempuan itu diam saja setelah sarapan, bahkan saat Yuda memberanikan diri untuk mengantar Valeria, istrinya hanya menjawab singkat padat dan jelas.

"Aku akan menjemputmu nanti. Jam pelajaran selesai jam 4 sore, kan?"

"Aku ada bimbingan di akhir jam pelajaran."

"Selesai jam berapa?"

"Mungkin pukul 6 sore."

Yuda mengangguk mengerti. Dia mencengkeram kemudi kemudian melirik paper bag yang dibawa Valeria, sejak mereka berangkat, Yuda sudah penasaran dengan isi paper bag itu.

"Itu—"

"Berhenti di sini saja..."

"Eh..." Spontan Yuda menginjak rem. "Kenapa?"

Valeria sudah membuka pintu mobil bersiap keluar sambil menjawab pertanyaan Yuda. "Tidak enak dilihat pada guru di gerbang sekolah. Sampai bertemu nanti..."

"Vale—" panggilan Yuda lenyap seiring bunyi pintu tertutup.

Susah kalau perempuan hanya diam saja seperti ini.

Yuda masih di sana. Dia mengamati dari dalam mobil dan tiba-tiba ingin turun, mengantar Valeria sampai ke dalam gedung sekolah saat dilihatnya seorang lelaki menghampiri Valeria dengan wajah berbinar, yang lebih parah lagi--Valeria tersenyum menanggapi lelaki itu.

Yuda kesal dengan dirinya sendiri. "Sial!"

***

Orion sengaja datang lebih dulu dan menunggu Yuda di lorong menuju ruang dokter. Beberapa kali Orion tampak gelisah sambil melirik jam tangannya. Tidak biasanya Yuda berangkat siang. Biasanya lelaki itu pukul 7 sudah berada di ruangan, tapi kali ini berbeda. Apa sesuatu terjadi?

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang