BM 21

11.7K 1K 84
                                        

Friska terus berdiri di luar ruang rawat Yuda. Pintu yang terbuka membuatnya melihat interaksi Yuda dengan istrinya. Siapa? Friska berusaha mengingat nama istri dari Yuda. Tapi dia tidak mengingatnya. Buruk sekali.

Istri lelaki itu sangat berbeda dengan Astrid, kakaknya. Perempuan itu tampak natural. Rambutnya yang tergerai benar-benar cantik. Wajahnya begitu lembut, mencerminkan perempuan bermartabat tinggi.

Friska menunduk diam mengamati sepatunya sendiri. Kini lelaki itu tampak bahagia. Semua kesalahpahaman sudah sirna. Friska teringat kejadian minggu lalu. Dimana Yuda uring-uringan entah apa alasannya. Sampai lelaki itu mengalami kecelakaan.

"Apa yang kau lakukan di sini? Mau berulah lagi?" nada pedas dari Orion membuat Friska mendengus. Lelaki satu ini begitu membenci dirinya.

"Saya ingin berbicara dengan Dokter Yuda." Friska jelas menjawab dengan jujur, namun reaksi Orion mendengar jawabannya tidak bersahabat sama sekali. Lelaki itu malah mendekat. Menekan Friska pada dinding. Sorot mata tajam dan membuat bulu romanya merinding. "Apa yang Dokter inginkan?"

"Kau harus pergi dari kehidupan Yuda. Jangan menempel seperti benalu, memanfaatkan hubunganmu dengan Astrid. Semuanya sudah terungkap, kau juga harus menjalani kehidupanmu jauh lebih baik lagi..." Orion menekan setiap kata memastikan gadis di hadapannya ini mengerti dengan jelas maksudnya.

"Ini permintaan terakhir Saya. Saya akan pergi setelah berbicara dengan Dokter Yuda..."

Mata Orion masih sama. Dia terdiam berpikir lalu menjauhkan tubuhnya. "Baiklah. Aku akan membantumu. Aku akan pegang kata-katamu..."

Tanpa mengatakan apapun, Friska mengangguk. Orion melirik Friska sebelum lelaki itu mengetuk pintu mencuri  perhatian Yuda dan Valeria.

"Kita perlu bicara..." lirih Orion. Dia sengaja memasang wajah serius agar Yuda paham akan kondisi ini. Dan benar, Yuda maju selangkah kemudian menatap Valeria.

"Orion akan mengantarku pulang. Kau pulang lebih dulu dengan supir, ya?" Wajah Yuda melembut. "Tak apa, kan?"

"Ya..." Valeria tidak membantah apapun dan segera mengambil tasnya kemudian melangkah keluar.

Sejujurnya ini bagus untuk dirinya. Jika berada di dekat Yuda terus. Valeria tidak bisa berpikir jernih. Hubungan mereka seakan kembali seperti tidak terjadi apapun. Membuat Valeria yakin.

Kakinya berhenti melangkah seketika. Lorong sepi itu rasanya bergerak, membuat Valeria memerlukan pegangan. Dia menghampiri kursi tunggu susah payah dan duduk di sana. Menghela napas berkali-kali mengenyahkan denyut nyeri di kedua pelipisnya.

Saat kondisinya membaik. Valeria beranjak melangkah menuju parkiran. Langkahnya pelan mendekati mobil yang tidak jauh. Supir berlari kecil membukakan pintu untuknya namun sudut matanya menangkap siluit Yuda. Tiba-tiba pandangan Valeria terpusat. Dia jelas mengenali Yuda dan Orion. Kedua lelaki itu berjalanan bersisian menuju mobil. Lalu seorang gadis mengikuti mereka. Valeria mengenali gadis itu.

"Nyonya?"

Valeria tersadar, dia menelan ludah membasahi bibir kemudian duduk di dalam mobil. Perasaannya ragu. Saat supir mulai menyalakan mesin mobil. Valeria mengambil keputusan.

"Ikuti mobil itu, Pak!" tunjuk Valeria pada mobil di samping Orion berdiri. Lelaki itu tidak masuk ke dalam mobil. Hanya bersedekap memandang mobil itu melaju pelan keluar dari pelataran. "Pak! Cepat!"

"Baik, Nyonya..."

Kegundahan dan rasa cemas memenuhi diri Valeria. Dia meremas tangannya sambil terus mengamati mobil itu bergerak. Orion bilang mau bicara dengan Yuda. Tapi kenapa Yuda malah pergi dengan gadis itu?

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang