Mereka duduk di kursi kayu panjang. Yuda terlihat tidak nyaman. Valeria yakin itu. Karena sejak mereka duduk di sini, pandangan Yuda sibuk mengelilingi isi warung. Valeria menebak Yuda tidak pernah datang ke tempat seperti ini seumur hidupnya.
"Warungnya penuh sesak. Apa kau tidak merasa pengab?"
Valeria menahan senyum menyadari nada risih dari kalimat Yuda barusan. Dia mengalihkan perhatiannya dengan berdeham, sukses membuat Yuda menoleh kearahnya dengan kening berkerut.
"Kita bisa makan di tempat lain. Restoran saat pertama kali kita bertemu, mungkin?"
Ya. Pertanyaan Yuda membuat dirinya mengembara pada ingatan awal pertemuan mereka.
"Dua porsi mie goreng!" seorang remaja laki-laki berpakaian santai bercelemek merah tua meletakkan dua piring mie goreng di hadapan mereka. "Selamat menikmati..."
Senyum remaja itu menular pada Valeria. Dia mengangguk mengiyakan dan remaja itu melangkah pergi. "Jangan banyak bicara, cepat dimakan!"
Wajah Yuda berubah ngeri sepenuhnya melihat Valeria mulai menyantap mie goreng di piring. Kepulan asap mie goreng itu terlihat jelas. Dan Valeria tampak menikmatinya selagi panas. Yuda menelan ludah lalu mulai menyantap makanannya. Perlahan Yuda mengunyah, lama sampai rautnya berubah. Dia melirik pada Valeria yang sepertinya tidak menyadari perubahan ekspresinya lalu Yuda memfokuskan diri pada makanannya.
Sebenarnya Valeria menyadari, tapi dia tetap diam. Setelah cukup lama dia akhirnya menoleh. Tersenyum tipis dan singkat melihat bagaimana Yuda menyantap makanan dengan wajah berseri. Kehangatan menyelimutinya.
Seandainya hubungan mereka bisa seperti ini terus menerus. Seandainya saja kita menikah bukan karena perjodohan, Mas...
Mengingat itu, membuat air mata Valeria merebak. Dia mengerjap beberapa kali mengenyahkan air matanya.
Seandainya semua tidak diawali dengan sebuah ikatan bisnis. Seandainya saja...
Dada Valeria sesak. Dia berpaling dan segera menghapus air matanya. Tidak mau Yuda sampai melihatnya.
"Kenapa? Apa Mienya terlalu pedas?"
Valeria hanya mengerjap kemudian menoleh. "Tidak. Ini enak. Mas sudah selesai?"
"Ya." Yuda beranjak. "Kamu tunggu di mobil, ya?"
Sekali anggukan dari Valeria, Yuda meninggalkannya menuju meja kasir. Sedangkan Valeria berjalan keluar warung tenda. Mengamati ramainya jalanan menjelang malam. Anehnya suara bising kendaraan tidak mengusiknya. Valeria hanya merasa, lama dia tidak merasakan kebebasan seperti ini. Ia memeluk dirinya sendiri seraya memejamkan mata.
***
Yuda keluar dari tenda dan tertegun menatap Valeria yang memeluk dirinya sendiri sambil memejamkan mata. Dia melepas jasnya, melangkah mendekat dan menyampirkan jas itu pada bahu Valeria. Seketika Valeria membuka mata berbalik terkejut menatap jas Yuda.
"Kau terlihat diam saja membuatku bingung..." Yuda mulai berkata. "Kau bilang memberiku kesempatan, nyatanya sikap dan tubuhbu tidak melakukan hal itu..."
Yuda berpaling menatap hiruk pikuk jalanan. Lampu putih terlihat disepanjang Yuda memandang. "Aku tahu aku salah karena memilih merahasiakan hal itu darimu. Tapi..." Tubuh lelaki itu berbalik. Senyum lembut Yuda membuat Valeria tertegun. "Aku butuh waktu, Vale..."
Dengan susah payah Yuda menelan ludah. "Aku... Ingin kau mengatakan apa yang harus ku lakukan agar kau memberiku kesempatan..." Kedua kaki Yuda mendekat. Menutup jarak mereka. "Beri kesempatan padaku, Vale. Kesempatan yang sesungguhnya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Business Marriage #3 [ TAMAT ]
Любовные романыKisah Yuda Airlangga, series ketiga dari "Boys Love" Dokter tampan spesialis bedah yang menjalani pernikahan bisnis demi kesejahteraan rumah sakit milik keluarganya. Yuda dijuluki DUREN, duda keren. Dia sudah menduda saat usianya 28 tahun. Pernikaha...