BM 7

12.6K 1.1K 39
                                    

Valeria sengaja menunggu di tepi lapangan basket setelah jam bimbingannya selesai lebih awal, karena semua siswa kelas 3 SMA Sukma Airlangga terbilang cerdas, jadi sangat mudah menjelaskan kepada mereka. Valeria bersyukur dia bisa mendapatkan pekerjaan tetap di SMA ini.

Pandangan Valeria fokus pada permainan Ravi dan timnya, di sana ada Pak Raka yang berteriak memberikan arahan untuk memperbaiki strategi tim basket.

"Bu Vale!"

Raka berteriak menghampiri dengan wajah cengengesannya. "Pak Raka..."

"Bu Vale sedang apa di sini? Saya perhatikan dari tempat duduk di sana, Bu Vale sepertinya menunggu seseorang."

"Saya menunggu Ravi."

Kerutan terlihat di kening Raka. "Eh—Ravi? Kenapa?"

Valeria tersenyum tipis. "Ada sesuatu hal yang harus saya sampaikan." ucapnya sembari mencengkeram tali paper bag. "Apa latihannya masih lama?"

"Em—" Raka terlihat ragu melihat sekilas pada lapangan basket. "Karena kemarin tidak latihan, kami harus lebih giat latihan hari ini."

"Begitu, ya? Baiklah. Besok saja saya akan bertemu Ravi. Permisi Pak Raka..." Valeria sudah berbalik dan hendak melangkah namun Raka menghalangi jalannya. "Kenapa?"

"Apa Ravi menyebabkan masalah lagi?"

Valeria menggeleng. "Dia anak baik. Saya permisi..."

Sekali lagi Valeria melangkah, dia tidak bisa menitipkannya pada Raka, jika sampai dia melakukannya, akan banyak spekulasi yang tidak benar.

Valeria melirik jam tangannya beberapa kali. Jam masih belum menunjukkan pukul enam sore. Apa dia harus menghubungi Yuda, mengatakan bahwa jam bimbingannya selesai lebih awal?

Ada semacam keraguan dalam hati Valeria. Dia pikir mereka sudah sepakat memulai, tapi sepertinya ada banyak hal yang tidak dia ketahui tentang sosok Yuda.

Kegundahan hatinya membuatnya menghela napas berkali-kali. Kepalanya mendongak menatap langit sore. Rasa tidak percaya diri membumbung dalam dirinya. Apa pantas dia menjadi seorang istri lelaki seperti Yuda?

"Saya dengar Bu Vale mencari saya?"

Valeria sontak menoleh—terkejut mendapati Ravi duduk di sisinya. "Kamu sudah selesai latihan?"

"Hem..." Ravi tampak tidak mau berpaling menatap dirinya, Valeria hanya tersenyum tipis kemudian menyerahkan paper bag.

"Terima kasih untuk jaketnya."

"Oh." Ravi dengan cepat mengambil paper bag itu. Bukannya pergi, sepertinya Ravi akan tetap duduk di sana. "Bu Vale menunggu seseorang?"

"Ya."

"Pacar Bu Vale?"

"Eh—" Valeria terdiam terkejut. Dia harus menjawab apa?

"Apa kemarin juga?"

Mata Valeria membulat, terkejut bukan karena pertanyaan Ravi padanya melainkan nada bicara muridnya yang terdengar dingin disertai tatapan datar mengarah kepadanya.

"Itu—" Valeria belum sempat menjawab, Ravi sudah beranjak berdiri di hadapannya dengan kedua tangan di jejalkan di saku celana. Wajahnya berubah dingin dengan kepala sedikit mendongak.

"Saya akan antar Bu Vale. Ibu tunggu di sini."

"Eh—" buru-buru Valeria bergerak menghentikan Ravi bersamaan dengan itu, Valeria menyadari mobil Yuda mendekati mereka.

"Apa aku membuatmu menunggu?" Yuda mendekat, matanya menatap tajam pada tangan Valeria yang mencengkeram tangan Ravi, seketika dia melepaskan tangannya.

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang