BM 10

11K 1K 62
                                    

Titik titik keringat terlihat jelas di dahinya. Kerutan di dahi itu semakin dalam sejalan dengan konsentrasinya yang semakin tajam. Kedua tangannya dengan lincah mencari sumber perdarahan dari pasien yang sedang di tanganinya. Yuda tidak pernah mengandalkan keberuntungan, dia berpegang teguh dengan keyakinan dan kemampuannya dalam dunia kedokteran.

"Klem kedua sisi! Ikat!" perintahnya. Asistennya langsung bergerak. Yuda mengamati, dia masih harus berkonsentrasi. Jika ada masalah dia yang akan bertindak.

"Sudah dokter!"

"Bagus. Selesaikan sisanya..." Yuda mengangguk keluar dari ruang operasi.

Yuda melepas atribut operasinya lalu mencuci tangan sambil terus menghela napas. Berkali-kali dia memikirkan kejadian siang tadi, saat sekretarisnya memberitahu akan ada satu guru senior yang pensiun di yayasan SMA miliknya. Yuda pikir ini kesempatannya bisa mengetahui bagaimana Valeria di sekolah namun dia mendapatkan hal sebaliknya.

Guru Olahraga bernama Raka malah mendekati Valeria. Mereka berbincang serius dan jelas, Valeria menjaga jarak dengannya. Tepat saat dia ingin mendekati perempuan itu. Fatah--sekretarisnya mendekat memberitahu bahwa ada pasien  dalam kondisi gawat yang perlu dia tangani.

"Kau bisa menghabiskan persediaan air rumah sakit, Yud!"

Yuda sontak menoleh. Sega muncul di sampingnya dalam kondisi lesu. Dengan sikunya, Yuda mematikan kran air. Dia bersedekap memandang Sega. "Perlu bicara?"

"Ya. Kita ke ruang istirahat..." Sega menjawab sambil melenggang keluar. Yuda mengekor.

Selama mereka bersahabat. Yuda baru kali ini melihat Sega lesu. Dari mereka berempat, Segalah yang paling sabar. Paling tekun dan murah senyum. Jika sekarang Sega tampak lesu, Yuda patut curiga.

"So? Apa yang ingin kau bicarakan?" Yuda membuka pembicaraan sambil duduk bersandar, dia merasa pembicaraan kali ini akan membutuhkan waktu lama. Jadi--dia harus menempatkan diri senyaman mungkin.

Wajah Sega menunduk menatap kedua tangannya yang terjalin. Yuda mengamati. Sega tampak kacau balau.

"Aku melakukan kesalahan..." alis Yuda langsung mengernyit. "Seharusnya aku hanya menemuinya untuk memutuskan hubungan kami, tapi semua--"

"Tunggu!" Yuda menginterupsi. Dia bergerak menegakkan tubuhnya, Sega mengangkat wajah. "Hubungan kami? Kami tidak tahu kau menjalin suatu hubungan?"

Sega menghela napas. "Aku sudah menikah, Yud..."

Jantung Yuda seakan terhenti seketika. Dia mengambil napas panjang langsung mengisi paru-parunya dan menyuruh jantungnya berdetak kembali. "Seriously?"

Tampak jengkel dengan pertanyaan Yuda, Sega memutar bola mata. "Apa kau tidak membaca daftar riwayat hidupku?"

"Kita berteman, Seg. Aku tidak perlu membaca daftar riwayat hidupmu."

"Karena itulah kau tidak tahu kalau aku sudah menikah..."

Yuda menekuk wajahnya sebal. Dia benar-benar tidak tahu bahwa Sega sudah menikah.

"Kami berpisah selama 4 tahun. Dan aku ingin mengakhiri pernikahan kami."

"Why? Istrimu berselingkuh?"

Sega menggeleng lemah. "Dia perempuan baik-baik. Aku yang bermasalah disini..."

Kedua bahu Yuda lunglai seketika. Dia kembali bersandar dan mendesah keras. "Kau menyembunyikannya selama ini..."

"Aku tidak bermaksud menyembunyikan hal ini. Tapi--kau tahu sendiri bagaimana Orion, kan?"

"Oh, ya..." Yuda ingat. Orion paling menyebalkan diantara mereka berempat. "Jadi, kau melakukan kesalahan apa?"

Business Marriage #3 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang