Chapter 4.3

32 2 0
                                    

Mereka tak mendengar maupun melihatnya saat dia mendekat, demikian larutnya dalam percakapan, duduk melingkari api unggun yang mana dengan cahaya kekuningannya, menerangi kanvas kereta yang disusun melingkar. Geralt dengan perlahan menuntun kuda betinanya dan memaksanya meringkik keras. Dia hendak memperingatkan karavan itu yang bersiap menghabiskan malam di sana, dia ingin menghindari reaksi yang canggung dan mempersiapkan mereka menyambut tamu. Dia belajar dari pengalaman bahwa mekanisme penembakan busur panah tak menyukai gerakan canggung.

Orang-orang yang berkemah di sana terperanjat dan, terlepas dari peringatannya, menunjukkan gerakan yang gusar. Kebanyakan di antara mereka – dengan segera dilihatnya – adalah dwarf. Entah kenapa ini menenangkannya – dwarf, walaupun gampang berang, biasanya bertanya terlebih dahulu dalam situasi seperti ini dan lalu setelahnya membidikkan busur panah mereka.

'Siapa itu?' bentak salah satu dwarf dengan serak dan dengan gerakan cepat yang enerjik, menarik kapak dari bongkahan kayu di api unggun. 'Siapa di sana?'

'Seorang teman.' Sang witcher turun dari kuda.

'Entah teman siapa,' raung si dwarf. 'Mendekatlah. Angkat tanganmu agar kami dapat melihatnya.'

Geralt mendekat, mengangkat tangannya agar dapat terlihat bahkan oleh orang yang bermata rabun atau dibutakan gelapnya malam.

'Lebih dekat lagi.'

Geralt menurut. Dwarf itu menurunkan kapaknya dan sedikit memiringkan kepalanya.

'Entah mataku menipuku,' ujarnya, 'atau ini adalah sang witcher Geralt dari Rivia. Atau seseorang yang sangat mirip dengannya.'

Api unggun tiba-tiba kian berkobar, menyeruak menjadi kilau keemasan yang menyingkap wajah dan sosok tubuh dalam kegelapan.

'Yarpen Zigrin,' ujar Geralt terkagum-kagum. 'Tak lain dan tak bukan melainkan Yarpen Zigrin itu sendiri, lengkap dengan janggutnya!'

'Ha!' si dwarf mengayunkan kapaknya seolah itu adalah anyaman ranting. Bilah kapak itu bernyanyi di udara dan menancap di bongkahan sisa pohon dengan dentuman tumpul. 'Jangan panik! Dia memang seorang kawan!'

Sisa kerumunan itu nampak rileks dan Geralt mengira bahwa dia mendengar desah nafas lega. Si dwarf berjalan mendekatinya, menjulurkan tangannya. Genggaman tangannya sebanding dengan sepasang capit besi.

'Selamat datang, ahli sihir,' sapanya. 'Darimanapun kau datang dan kemanapun kau pergi, selamat datang. Anak-anak! Kemari! Kau ingat kawan-kawanku, witcher? Ini adalah Yannick Brass, yang ini Xavier Moran dan yang ini adalah Paulie Dahlberg dan adiknya Regan.'

Geralt tak mengingat satu pun dari mereka, dan lagipula, mereka semua terlihat sama, berjanggut, gempal, hampir berbentuk kotak dengan jerkin tebal mereka.

'Dulu kalian berenam,' satu-persatu dijabatnya tangan yang terulur padanya, 'jika aku tak salah ingat.'

'Ingatanmu bagus,' Yarpen Zigrin tertawa. 'Dulu kami berenam, memang begitu. Tapi Lucas Corto menikah, dan menetap di Mahakam dan keluar dari perusahaan kami, si lembu dungu itu. Entah kenapa kami belum menemukan penggantinya yang sepadan. Sayang sekali, enam orang sudah cukup, tak terlalu banyak, tak terlalu sedikit. Untuk memakan anak sapi, menghabiskan gentong minuman, tak ada yang sebanding dengan enam –'

'Sepenglihatanku,' Geralt menoleh ke arah sisa kerumunan itu, yang berdiri di dekat rombongan gerobak, 'jumlah kalian lebih dari cukup untuk menghabiskan tiga anak sapi dan sejumlah unggas. Kelompok apa yang kau pimpin ini, Yarpen?'

'Bukan diriku yang memimpin. Izinkan aku mengenalkanmu. Maafkan aku, Wenck, karena tak segera melakukannya tapi aku dan kawan-kawanku telah mengenal Geralt dari Rivia sejak lama – ada banyak kenangan yang kami lalui. Geralt, dia adalah Komisaris Vilfrid Wenck, yang melayani Raja Henselt dari Ard Carraigh, penguasa Kaedwen yang pengampun.'

Vilfrid Wenck bertubuh tinggi. Lebih tinggi dari Geralt dan dua kali lebih tinggi dari para dwarf. Dia mengenakan pakaian sederhana yang dikenakan juru sita, kepala pelayan, atau kurir berkuda, tapi ada ketegasan dalam gerak-geriknya, tajam dan yakin, yang begitu dikenali sang witcher tanpa keraguan, bahkan di malam hari, bahkan walau diterangi oleh cahaya temaram api unggun. Gerakannya adalah gerakan pria yang mengenakan chainmail dan ikat pinggangnya digantungi senjata. Wenck adalah seorang prajurit terlatih. Geralt berani bertaruh akan hal itu. Dijabatnya tangan yang terulur dan sedikit membungkuk.

'Duduklah.' Yarpen menunjuk bongkahan pohon dimana kapak agungnya masih menancap. 'Ceritakan pada kami sedang apa kau di lingkungan ini, Geralt.'

'Mencari bantuan. Aku dalam perjalanan bertiga bersama seorang wanita dan anak-anak. Wanita itu sakit. Sakit parah. Aku menyusul kalian untuk meminta bantuan.'

'Keparat. Tak ada ahli medis di rombongan ini.' si dwarf meludahi batang kayu yang membara. 'Dimana kau tinggalkan mereka?'

'Sekitar seratus meter dari sini, di pinggir jalan.'

'Tunjukkan jalannya. Hei, kalian yang di sana! Tiga orang naik kuda dan pasangi sadel di kuda lainnya! Geralt, akankah wanitamu yang sakit itu bertahan di atas pelana?'

'Tidak. Karena itulah aku meninggalkannya di sana.'

'Bawa kulit domba, kain kanvas dan dua tiang kayu dari gerobak! Cepat!'

Vilfrid Wenck, bersedekap, berkata lantang.

'Kita berada di jalanan,' ujar Yarpen Zigrin tajam, tanpa memandangnya. 'Kau tak boleh menolak bantuan di Jalanan.'

The Witcher Book 3 - Blood of ElvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang