Chapter 4.8

39 2 0
                                    


Triss tak lagi demam tinggi namun dirinya sangatlah lemah. Geralt dan Ciri, sekarang, menjadi tangkas dalam melepas pakaiannya dan memandikannya. Mereka juga belajar untuk menahan percobaannya yang ambisius tapi tak realistis untuk melakukan semuanya sendirian. Mereka mengatasinya dengan baik, Geralt menopang sang pemikat dengan tangannya, Ciri memandikan dan menghandukinya. Hanya satu hal yang mulai mengejutkan dan membuat Ciri jengkel – Triss, menurutnya, merangkul Geralt terlalu erat. Kali ini, Triss bahkan mencoba mencium Geralt.

Geralt menunjuk tas sadel sang penyihir dengan kepalanya. Ciri dengan segera mengerti karena ini juga adalah bagian ritual – Triss selalu menuntut agar rambutnya disisir. Ciri menemukan sisir itu dan berlutut di sebelahnya. Triss menundukkan kepalanya menghadap Ciri, namun tangannya memeluk sang witcher. Menurut pendapat Ciri, jelas sedikit terlalu kencang.

'Oh, Geralt,' isaknya. 'Aku sungguh menyesali.... aku sangat menyesali apa yang terjadi di antara kita –'

'Triss, tolonglah.'

'.... seharusnya terjadi... sekarang. Ketika aku sudah baikan... akan berbeda... aku bisa... aku pasti bisa –'

'Triss.'

'Aku iri pada Yennefer... aku iri padanya karena memilikimu –'

'Ciri, keluarlah.'

'Tapi –'

'Pergilah. Kumohon.'

Ciri melompat turun dari kereta dan menghampiri Yarpen yang menunggu, berandar pada roda dan dengan serius mengunyah sejuntai rumput. Si dwarf merangkul Ciri. Dia tak perlu mencondongkan badan untuk melakukannya, seperti yang dilakukan Geralt. Yarpen tak lebih tinggi dari Ciri.

'Jangan pernah membuat kesalahan yang sama, gadis witcher kecil,' gumamnya, menunjuk kereta itu dengan matanya. 'Jika seseorang menunjukkanmu kasih sayang, simpati dan dedikasi, jika mereka mengejutkanmu dengan integritas karakter, hargailah itu namun jangan salah menganggapnya sebagai... sesuatu yang lain.'

'Menguping itu tak sopan.'

'Aku tahu. Dan itu berbahaya. Aku baru saja melompat ke samping ketika kau melempar air bekas itu dari ember. Kemarilah, mari pergi dan lihat berapa banyak ikan salmon yang melompat ke dalam celana Regan.'

'Yarpen?'

'Hah?'

'Aku menyukaimu.'

'Dan aku menyukaimu, nak.'

'Tapi kau dwarf. Dan aku bukan.'

'Dan apa beda – ah, Scoia'tael. Kau memikirkan Tupai-tupai itu, bukan? Itu meresahkanmu, benar?'

Ciri melepaskan dirinya dari tangan berat Yarpen.

'Begitupun kau. ' ujarnya. 'Dan yang lainnya juga. Aku melihatnya dengan jelas.'

Dwarf itu tak mengatakan apapun.

'Yarpen?'

'Ya?'

'Siapa yang benar? Para Tupai itu atau kalian? Geralt ingin... bersikap netral. Kau melayani Raja Henselt walaupun kau seorang dwarf. Dan kesatria di benteng itu berteriak bahwa semua orang adalah musuh kami dan semua orang harus... semua orang. Bahkan anak-anak. Kenapa, Yarpen? Siapa yang benar?'

'Aku tak tahu,' ujar dwarf itu dengan susah payah. 'Aku bukan sosok yang mahatahu. Aku melakukan apa yang kukira benar. Para Tupai mengangkat senjata dan pergi ke dalam hutan. "Manusia ke lautan," jerit mereka, tak menyadari bahwa slogan menarik mereka itu dicekoki oleh utusan Niflgaard. Tak memahami bahwa slogan itu bukan ditujukan pada mereka tapi jelas pada manusia, bahwa itu dimaksudkan untuk membakar api kebencian manusia, bukan untuk memanasi elf muda ke medan perang. Aku mengerti – karena itulah aku menganggap tindakan Scoia'tael itu benar-benar tolol. Apa yang harus dilakukan? Mungkin dalam beberapa tahun aku akan disebut sebagai seorang penghianat yang dibeli dan mereka akan menjadi pahlawan... sejarah kita, sejarah dunia kita, telah melihat peristwa-peristiwa yang berakhir demikian.'

Dia terdiam, mengelus janggutnya. Ciri turut berdiam diri.

'Elirena...' gumamnya tiba-tiba.

'Jika dulu Elirena adalah seorang pahlawan, jika apa yang telah dilakukannya adalah tindakan heroik, maka sangat disayangkan. Biar saja mereka memanggilku penghianat dan pengecut. Karena aku, Yarpen Zigrin, pengecut, penghianat, dan pemberontak, menyatakan bahwa kita tak boleh saling membunuh. Aku menyatakan bahwa kita harus hidup. Hidup dengan suatu cara sehingga nanti kita tak perlu meminta maaf pada siapapun. Elirena yang heroik... dia harus memohon. Maafkan aku, dia mengemis, maafkan aku. Persetan dengan itu! lebih baik mati daripada hidup dengan mengetahui kau melakukan sesuatu yang harus dimaafkan.'

Kembali dia terdiam. Ciri tak menanyakan pertanyaan yang menekan bibirnya. Instingnya mengatakan dia tak perlu menanyakannya.

'Kita harus hidup berdampingan,' lanjut Yarpen. 'Kami dan kalian, manusia. Karena kami tak punya pilihan lain. Kami telah mengetahui ini selama dua ratus tahun dan kami telah mengupayakannya selama lebih dari seratus tahun. Kau ingin tahu mengapa aku melayani Raja Henselt, kenapa aku membuat keputusan seperti itu? Aku tak bisa membiarkan semua usaha itu sia-sia. Selama lebih dari seratus tahun kami telah mencoba berdamai dengan manusia. Para halfling, gnome, kami, bahkan para elf – aku tak membicarakan tentang rusalka, nymph dan sylph. Mereka sedari dulu adalah makhluk tak beradab, bahkan ketika kalian tak di sini. Sialan, perlu seratus tahun, tapi, entah bagaimana, kami bisa hidup seperti biasanya, berdampingan satu sama lain, bersama-sama. Kami berhasil sedikit meyakinkan manusia bahwa kita tak begitu berbeda –'

'Kita tak benar-benar berbeda, Yarpen.'

Dwarf itu tiba-tiba menoleh.

'Kita samasekali tak berbeda,' ulang Ciri. 'Lagipula, kau berpikir dan merasakan seperti Geralt. Dan sepertiku. Kita memakan hal yang sama, dari mangkuk yang sama. Kau menolong Triss dan begitu juga aku. Kau punya nenek dan aku punya nenek... nenekku dibunuh bangsa Niflgaard. Di Cintra.'

'Dan nenekku dibunuh manusia,' dwarf itu susah payah berkata, 'Di Brugge. Di masa pembantaian etnis.'

'Penunggang kuda!' jerit salah satu pengawal Wenck. 'Penunggang kuda di depan!'

The Witcher Book 3 - Blood of ElvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang