Tak lama setelah Midinvaerne, salju tak lagi turun. Datanglah kebekuan.
Triss terus bersama Ciri siang dan malam. Dia mengawasinya. Dia membanjirinya dengan kasih sayang, nampak dan tak nampak.
Anak itu terbangun dan menjerit nyaris setiap malam. Dia mengigau, memegangi pipinya dan menangis kesakitan. Sang penyihir menenangkannya dengan mantra dan elixir, menidurkannya, memeluk dan mengayun-ayunkannya dengan tangannya. Lalu Triss sendiri tak dapat tidur untuk waktu yang lama, memikirkan apa yang diucapkan Ciri dalam tidurnya dan apa yang dikatakannya setelah dia tersadar. Dan dirasakannya takut yang menggunung. Va'esse deireadh aep eigean.... ada yang akan berakhir...
Begitulah kejadiannya selama sepuluh hari dan sepuluh malam. Dan akhirnya semua itu berlalu. Berakhir, menghilang tanpa jejak. Ciri kini tenang, dia tertidur nyenyak tanpa mimpi buruk, dan tanpa bermimpi sama-sekali.
Namun Triss tetap terus mengawasinya. Tak ditinggalkannya anak perempuan itu walau hanya sesaat. Dihujaninya anak itu dengan kasih sayang. Nampak dan tak nampak.
'Lebih cepat, Ciri! Lompat ke depan, serang, dan menghindar! Putaran setengah, tusuk, hindari! Jaga keseimbanganmu! Seimbangkan tubuhmu dengan tangan kirimu atau kau akan jatuh dari sisir! Dan kau akan melukai.... kewanitaanmu!'
'Apa?'
'Bukan apa-apa. Apa kau lelah? Mari beristirahat, jika kau mau.'
'Tidak, Lambert! Aku bisa melanjutkan latihan. Aku tak selemah itu, tahu. Haruskah kucoba melompati semua tiang?'
'Jangan berani-berani! Kau mungkin akan jatuh dan Merigold akan memotong kepalaku!'
'Aku takkan jatuh!'
'Sudah kukatakan padamu sekali dan takkan kuulangi. Jangan pamer! Perkuat kuda-kudamu! Dan atur nafasmu, Ciri! Pernafasan! Kau terengah-engah seperti mammoth yang mau mati!'
'Itu tak benar!'
'Jangan merengek. Berlatih! Serang, mengelak! Tangkis! Putaran setengah! Tangkis! Putaran penuh! Perhatikan kuda-kudamu, sialan! Jangan bergoyang! Lompat ke depan, tusuk! Lebih cepat! Putaran setengah! Loncat dan tebas! Sudah selesai! Bagus sekali!'
'Sungguh? Apa tadi itu memang sangat bagus, Lambert?'
'Kata siapa?'
'Kau yang mengatakannya! Baru saja!'
'Lidahku terpeleset. Serang! Putaran setengah! Mengelak! Lagi! Ciri, mana tangkisannya? Harus berapa kali kubilang padamu? Setelah mengelak, kau harus menangkis, berikan serangan dengan pedang untuk melindungi kepala dan bahumu! Selalu!'
'Walaupun aku hanya melawan satu orang musuh?'
'Kau tak pernah tahu apa yang kau lawan. Kau tak pernah tahu apa yang sedang terjadi di belakangmu. Kau harus selalu melindungi diri. Gerakan kaki dan pedang! Ini harus menjadi refleks. Refleks, kau paham? Kau tak boleh melupakannya. Jika kau lupa dalam pertarungan yang sebenarnya, maka habislah kau. Lagi! Akhirnya! Begitu! Lihat bagaimana hasil tangkisan yang bagus? Kau bisa menahan serangan apapun dengannya. Kau bisa menebas ke belakang dengannya, jika diharuskan. Baiklah, tunjukkan putaran pirouette padaku lalu tusuk ke belakang.'
'Haaa!'
'Bagus. Kau mengerti tujuannya sekarang? Kau paham?'
'Aku tak bodoh!'
'Kau anak perempuan. Anak perempuan tak punya otak.'
'Lambert! Kalau Triss mendengarnya!'
'Jika 'kalau' dan 'apabila' adalah teko dan panci. Baiklah, sudah cukup. Turunlah. Kita istirahat.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Witcher Book 3 - Blood of Elves
Fantasía"Perhatikan tanda-tandanya! Pertanda-pertanda apa ini jadinya, kukabarkan padamu: pertama-tama bumi akan dibanjiri darah Aen Seidhe, Darah para Elf..." Selama lebih dari satu abad, manusia, dwarf, gnome, dan elf telah hidup bersama dalam relatif dam...