Chapter 3.1

51 1 0
                                    

'Rasa takutmu tak beralasan dan tak berdasar.' Triss meringis, meletakkan sikunya di atas meja. 'Masa dimana para penyihir dulu memburu para Biang dan anak-anak yang berbakat sihir, mengambil paksa mereka dari orangtua atau wali mereka, telah lama berlalu. Apa kau benar-benar mengira aku akan mengambil Ciri darimu?'

Lambert mendengus dan membuang muka. Eskel dan Vesemir memandangi Geralt, dan Geralt tak mengatakan apapun. Dia terus menoleh ke samping, dan memainkan medali perak witchernya yang berbentuk kepala serigala yang menggertak. Triss tahu bahwa medali itu bereaksi pada sihir. Pada malam seperti Midinvaerne, dimana udara dipenuhi sihir, medali para witcher seolah berdengung. Pastilah merepotkan dan meresahkan.

'Bukan, nak,' akhirnya Vesemir berkata. 'Kami tahu bahwa kau takkan melakukan hal seperti itu. Tapi kami juga tahu bahwa pada akhirnya kau harus memberi tahu Persatuanmu tentangnya. Kami tahu sejak lama bahwa semua penyihir, pria atau wanita, dibebani dengan tugas ini. Kalian tak lagi mengambil paksa anak-anak berbakat dari orangtua maupun awali mereka. Kalian mengawasi anak itu agar nanti – pada saat yang tepat – kalian dapat membuat mereka kagum akan sihir, mempengaruhi mereka –'

'Tak usah takut,' tukasnya dingin. 'Aku takkan menceritakan tentang Ciri pada siapapun. Bahkan tidak pada Persatuan. Kenapa kalian memandangiku seperti itu?'

'Kami kagum betapa mudahnya kau bersumpah untuk menjaga rahasia ini,' ujar Eskel kalem. 'Maafkan aku, Triss, aku tak bermaksud menyinggungmu, tapi apa yang terjadi dengan loyalitasmu yang melegenda kepada Dewan dan Persatuan?'

'Banyak yang telah terjadi. Perang mengubah banyak hal, dan perang Bukit Sodden mengubah lebih banyak lagi. Aku takkan membuat kalian bosan dengan politik, apalagi dengan berapa hal yang terikat rahasia yang mana aku tak boleh ikut campur. Tapi tentang kesetiaanku... aku setia. Dan percayalah, dalam hal ini aku dapat loyal pada kalian dan Persatuan.'

'Loyalitas ganda seperti itu' – Geralt menujukan pandangannya pada Triss untuk pertama kalinya malam itu – 'luar biasa sulit untuk dipertahankan. Jarang sekali hal itu berhasil, Triss.'

Sang pemikat mengalihkan pandangannya pada Ciri. Anak itu duduk di atas kulit beruang bersama Coen, jauh di sudut aula, dan mereka berdua sibuk bermain tepukan tangan. Permainan itu semakin monoton karena mereka berdua sangat cepat – tak satupun dari mereka berhasil menepuk tangan lawannya dengan cara apapun. Walau demikian, hal itu tak penting bagi mereka dan samasekali tak merusak permainan mereka.

'Geralt,' ujarnya, 'ketika kau menemukan Ciri di Yaruga, kau membawanya bersamamu. Kau membawanya menuju Kaer Morhen, menyembunyikannya dari dunia dan bahkan tak membiarkan orang-orang terdekat anak itu tahu bahwa dia masih hidup. Kau melakukan ini karena sesuatu – yang mana aku tak tahu apapun – meyakinkanmu bahwa takdir sungguh ada, mengayunkan kita, dan membimbing kita dalam apapun yang kita lakukan. Aku memikirkan hal yang sama, dan selalu melakukan dengan cara yang sama. Jika takdir menginginkan Ciri untuk menjadi seorang ahli sihir, dia akan menjadi penyihir. Dewan dan Persatuan tak perlu tahu tentang dirinya, mereka tak perlu mengawasi dan membujuknya. Maka, dalam menjaga rahasiamu, aku takkan mengkhianati Persatuan dalam cara apapun. Tapi seperti yang kau tahu, ada sedikit halangan.'

'Seandainya hanya satu,' keluh Vesemir. 'Teruskanlah, nak.'

'Anak perempuan ini memiliki kemampuan sihir, dan itu tak dapat diabaikan. Terlalu berbahaya.'

'Dengan cara apa?'

'Kekuatan yang tak terkendali adalah hal yang jahat. Untuk Biang itu sendiri dan yang berada di sekitarnya. Si Biang akan mengancam orang-orang di sekelilingnya dengan banyak cara. Tapi mereka mengancam dirinya sendiri dengan satu cara. Penyakit kejiwaan. Biasanya katatonia.'

The Witcher Book 3 - Blood of ElvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang