Chapter 2.4

46 2 1
                                    

'Tenanglah, Merigold,' tegur Lambert. 'Tak sehat jika kau marah-marah tanpa alasan.'

'Jangan menceramahiku! Dan berhentilah memanggilku "Merigold"! Sebaiknya diamlah dan jangan bicara samasekali. Aku bukan bicara padamu. Vesemir, Geralt, pernahkah kalian memperhatikan betapa anak ini babak belur? Tak ada satupun titik yang sehat pada tubuhnya!'

'Anakku,' ujar Vesemir kepayahan, 'jangan terbawa emosi. Kau dibesarkan dengan cara berbeda, kau pernah melihat anak-anak dibesarkan dengan cara lain. Ciri datang dari selatan dimana anak perempuan dan anak laki-laki dibesarkan dengan cara yang sama, seperti para elf. Dia menunggang kuda poni saat berusia lima tahun dan setelah berusia delapan tahun dia sudah berburu. Dia diajarkan cara memakai busur panah, lembing dan pedang. Memar bukanlah hal yang baru bagi Ciri –'

'Jangan beri aku omong kosong itu,' Triss meradang. 'Jangan pura-pura tolol. Ini bukanlah kuda poni atau keledai. Ini adalah Kaer Morhen! Di atas penggiling dan pendulum kalian, di atas jalan Pembunuh kalian, lusinan anak lelaki mematahkan tulang dan memelintir leher mereka, anak lelaki yang tadinya adalah gelandangan yang tangguh seperti kalian, ditemukan di jalanan dan ditarik dari selokan. Perampok kumal dan orang tak berguna, cukup berpengalaman walaupun umur mereka pendek. Kesempatan apa yang dimiliki Ciri? Walaupun dia dibesarkan di selatan dengan cara para elf, walaupun tumbuh besar di bawah kapak seperti Sang Singa Betina Calanthe, anak kecil itu tetaplah seorang tuan puteri. Kulit lembut, tulang ringan.. dia anak perempuan! Mau kalian jadikan apa dia? Seorang witcher?'

'Anak itu,' ujar Geralt perlahan dan tenang, 'tuan putri yang kecil mungil itu bertahan hidup dari Pembantaian Cintra, dia menyelinap di antara rombongan Niflgaard yang merampok, mencuri, dan membunuhi semua yang masih hidup. Dia bertahan sendirian di dalam hutan rimba Transriver, sebatang kara. Dihabiskannya sebulan penuh mengembara bersama para pencari suaka, bekerja keras dan kelaparan bersama mereka. Lalu dia diasuh oleh sebuah keluarga yang baik hati, bekerja di ladang dan mengurus ternak. Percayalah, Triss, kehidupan telah menguji dan menempa anak perempuan ini lebih daripada kami, anak haram yang tak diinginkan, yang dipungut dari jalan raya, dan dibawa menuju Kaer Morhen. Ciri tak lebih lemah daripada kami, yang ditinggalkan bersama para witcher di kedai-kedai seperti anak kucing di dalam keranjang. Dan jenis kelaminnya? Apa bedanya?'

'Kau masih bertanya? Kau berani menanyakan itu?' bentak sang penyihir. 'Apa bedanya? Anak itu tak seperti kalian, dia memiliki hari-harinya sendiri! Dan dia mengalaminya dengan menyakitkan! Dan kalian menginginkannya merobek paru-paru di jalur Pembunuh dan kincir angin sialan!'

Terlepas dari amukannya, Triss merasakan kepuasan tersendiri atas pemandangan raut wajah para witcher muda yang merasa malu, dan rahang Vesemir yang menganga lebar.

'Kalian bahkan tak tahu,' angguknya, dalam pendekatan yang lebih lembut dan kalem. 'Kalian pengasuh yang menyedihkan. Dia malu memberitahu kalian karena dia diajarkan untuk tak mengeluhkan hal seperti itu pada pria. Dan dia malu akan kelemahan itu, rasa sakit dan kenyataan bahwa dia tak bugar. Pernahkah kalian memikirkannya? Adakah rasa ingin tahu? Atau mengira ada apa dengannya? Mungkin pendarahan pertamanya terjadi di sini, di Kaer Morhen? Dan dia menangis di malam hari, tak dapat menemukan simpati, penenangan atau bahkan pengertian dari siapapun? Adakah di antara kalian yang memikirkannya?'

'Hentikan, Triss,' erang Geralt perlahan. 'Sudah cukup. Kau telah mencapai apa yang kau inginkan. Dan mungkin lebih dari itu.'

'Semoga sang iblis mengambilnya,' rutuk Coen. 'Ternyata kita ini benar-benar tolol, tak salah lagi, eh, Vesemir, dan kau –'

'Diam,' raung sang witcher tua. 'Jangan berkata apa-apa.'

Perilaku Eskel di luar kebiasaannya; dia bangkit, mendekati sang pemikat, membungkuk rendah, menggamit tangannnya dan mencium tangannya dengan hormat. Dengan cepat Triss menarik tangannya. Bukan untuk menunjukan amarah dan kekesalannya namun untuk memutus getaran menusuk yang menyenangkan yang dipicu oleh sentuhan sang witcher. Eskel memancarkannya dengan kuat. Lebih kuat daripada Geralt.

'Triss,' ujarnya, malu-malu menggosok bekas luka mengerikan di pipinya, 'bantu kami. Kami mohon padamu. Bantu kami, Triss.'

Sang pemikat memandang matanya dan melipat bibirnya.

'Apa yang harus kubantu, Eskel?'

Sekali lagi, Eskel menggaruk pipinya, dan memandangi Geralt. Sang witcher berambut putih menundukkan kepalanya, menyembunyikan matanya di balik tangannya. Vesemir berdehem keras.

Pada saat itu, pintu berderik terbuka dan Ciri memasuki aula. Vesemir tersedak, tarikan nafasnya terdengar keras. Mulut Lambert menganga. Triss menahan tawanya.

Ciri, rambutnya digunting dan ditata, berjalan mendekati mereka dengan langkah kecil, berhati-hati memegangi gaun biru gelap – dipendekkan dan disesuaikan, dan masih menunjukkan tanda-tanda pernah dibawa di dalam tas sadel. Salah satu hadiah dari sang pemikat berkilauan di lehernya – ular beludak hitam kecil yang terbuat dari kulit yang dipernis dengan mata dari batu mirah dan gesper emas.

Ciri berhenti di hadapan Vesemir. Tak begitu yakin harus berbuat apa dengan tangannya, dia membenamkan jempolnya di balik ikat pinggangnya.

'Aku tak bisa berlatih hari ini,' ujarnya dalam keheningan pekat, perlahan dan berempati, 'karena aku... aku....'

Dia memandangi sang pemikat. Triss mengedipkan matanya padanya, menyeringai seperti berandalan yang senang akan kenakalannya, dan menggerakkan bibirnya untuk membisikkan kalimat yang telah diajarkan.

'Berhalangan!' tukas Ciri nyaring, dan bangga, didongakkannya hidungnya menghadap loteng.

Sekali lagi Vesemir terkesiap. Tapi Eskel, Eskel yang tersayang, tetap menundukkan kepalanya dan sekali lagi menyesuaikan dirinya dengan situasi.

'Tentu saja,' ujarnya, tersenyum simpul. 'Kami mengerti dan jelas kami akan menunda latihanmu hingga halanganmu berlalu. Kami juga akan memendekkan pelajaran teorinya dan, jika kau merasa tak enak badan, kami akan menundanya pula. Jika kau membutuhkan pengobatan atau –'

'Akan kuurus itu,' Triss memotong dengan entengnya.

'Aha..' kini Ciri sedikit tersipu – dipandanginya sang witcher tua. 'Paman Vesemir, aku meminta Triss... Nona Merigold, agar... agar dia tetap di sini bersama kita. Lebih lama. Untuk waktu yang panjang. Tapi Triss berkata bahwa kau harus menyetujuinya. Paman Vesemir! Katakan iya!'

'Aku setuju...' Vesemir tersedak. 'Tentu saja, aku setuju..'

'Kami sangat senang.' Sekarang Geralt melepaskan tangannya dari keningnya. 'Kami sangat menyukainya, Triss.'

Sang pemikat mengangguk pelan dan dengan polosnya mengayunkan bulu matanya, mengelus juntaian rambut coklat muda di jarinya. Wajah Geralt nampak terukir dari batu.

'Kau bersikap sopan dan sangat santun, Ciri,' ujarnya, 'menawari Nona Merigold perpanjangan ramah tamah kita di Kaer Morhen. Aku bangga padamu.'

Wajah Ciri memerah dan senyumnya lebar. Sang pemikat memberinya pertanda berikut yang telah disusun.

'Dan kini,' ujar si anak perempuan, kian mendongakkan hidungnya ke atas, 'akan kutinggalkan kalian sendirian karena kalian pasti ingin membicarakan banyak hal penting bersama Triss. Nona Merigold. Paman Vesemir, tuan-tuan... selamat tinggal. Untuk sementara.'

Dia membungkuk hormat dengan anggun lalu meninggalkan aula, berjalan menuju tangga, perlahan dan dengan harga diri.

'Sialan.' Lambert memecah keheningan. 'Tadinya aku tak percaya bahwa dia benar-benar seorang putri.'

'Kalian paham, orang-orang bebal?' Vesemir mengedarkan pandangannya. 'Jika dia mengenakan gaun di pagi hari maka aku tak ingin melihat ada latihan... mengerti?'

Eskel dan Coen memperlihatkan pandangan yang tak berisi rasa hormat pada si pria tua. Lambert mendengus keras. Geralt memandangi sang pemikat dan sang pemikat tersenyum balik.

'Terima kasih,' ujarnya. 'Terima kasih, Triss.'

The Witcher Book 3 - Blood of ElvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang