"Pertemuannya hanya singkat, tapi selalu saja bisa membuatnya teringat."
***
Di hari minggu, Raya ingin sekali membeli buku ke toko buku kesayangannya yang letaknya cukup jauh dari jarak rumahnya. Ia pergi seorang diri, padahal ibunya tadi menawarkan diri untuk mengantarnya. Namun cepat-cepat Raya tolak, ia tidak mau menyusahkan orang lain.
Sebelum pergi terlebih dahulu ia bersalaman dengan ibunya agar selamat seperti kebanyakan anak-anak lain, lalu ia menunggu angkot di depan gangannya.
Sesudah dapat ia langsung menaikinya, Raya sengaja mencari angkot yang lebih ramai perempuan daripada laki-laki. Ketika sampai jembatan penyeberangan, buru-buru ia turun kemudian melanjutkan menaiki jembatan penyeberangan itu untuk naik kendaraan selanjutnya.
Rasanya kaku ketika menaiki satu persatu anak tangga jembatan itu, ia jadi mengingat kejadian malam itu. Ya, jembatan ini yang kemarin dirinya bertemu dengan preman-preman sialan itu. Tiba-tiba tubuhnya gemetar, memori itu terus terulang di kepalanya. Mendadak kepalanya pusing dan ia merasa preman-preman itu berada tepat di depannya. Rasa mual mulai menyeruak perutnya.
"JANGAN!!! JANGAN SENTUH GUE!!!" teraik Raya seperti orang tidak waras, semua orang yang berada di jembatan itu kini menatapnya. Mereka pasti berpikir perempuan yang berteriak itu adalah orang gila yang nyasar. Dari Ibu-Ibu, Anak-Anak, Remaja, Bapak-Bapak, hingga Lansia memperhatikannya.
Raya terus berteriak, ia memejamkan matanya, ia tidak berani membukanya dan tiba-tiba ia merasa tubuhnya ditarik oleh seseorang membuat dirinya semakin menegang.
Ia meronta-ronta meminta dilepaskan namun sepertinya seseorang itu tidak mau melepasnya. Seseorang itu terus menarik Raya menjauh dari jembatan itu, Raya masih belum berani membukanya sampai tiba-tiba ia merasakan sebuah tangan hangat menyentuh pipinya.
"Buka mata lo," pinta orang itu, dengan perlahan Raya membuka matanya dengan sangat ketakutan. Ia takut kalau orang itu, orang jahat yang bersekongkol dengan preman-preman kemarin.
"Lo?" tanya Raya terkejut, ya. Dia laki-laki yang menolong dirinya pada saat itu ingin dilecehkan. Tapi kenapa laki-laki itu ada di jembatan penyeberangan?
"Iya gue," jawab laki-laki itu dengan santai, "Kita belum sempat kenalan kan, nah sekarang kenalin nama gue Edgar Aldeton Kusumo. Lo boleh panggil gue Edgar dan nama lo siapa?" tanya Edgar mengulurkan tangannya, namun ulurannya tidak dibalas oleh Raya. Ia sediki takut, padahal sudah jelas tadi Edgar yang menolongnya.
"Gue Raya Verissa, panggil aja Raya," ucap Raya yang masih belum membalas uluran tangannya, itu membuat Edgar menjadi tengsin. Lalu ia kembalikan tangannya yang terulur itu.
Hening, seusai sesi perkenalan mereka semua terdiam. Jujur, Edgar merasa menjadi canggung dengan Raya. Edgar bukan type pendiam atau laki-laki yang jaim. Ia tidak suka berbasa basi, ia lebih suka seseorang yang cerewet, seperti kata pepatah. 'Tidak bertanya sesat di jalan.' nah mulai detik ini Edgar tidak suka dengan seseorang yang menjaga imagenya agar dikagumi oleh semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Teen Fiction[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...