"Kenyataan ini terlalu menyakitkan untuk diterima, semoga Tuhan mau berbaik hati mengubah kenyataan itu menjadi mimpi buruk semata."
***
Deringan ringtone khas ponsel berlogo apel terdengar nyaring, memecahkan keheningan di ruangan bernuansa serba putih itu. Sang pemiliknya menatap nama yang tertera di ponsel, ia sedikit tersentak melihatnya. Lalu beranjak dari duduknya.
"Edgar, Ibu terima telpon dulu, ya?" pamit Utami, kemudian keluar meninggalkan Edgar dengan tergesa-gesa.
Edgar mengangguk tak minat, ia menghela napasnya. Hatinya masih merasa bersalah dengan Raya, ia laki-laki pengecut. Menjaga Raya saja tidak bisa, apalagi untuk memilikinya.
Saat ia merenung, tiba-tiba perutnya sakit. Itu panggilan alam. Ia segera beranjak dari sana dengan langkah tertatih-tatih menahan nyeri di sekitar lukanya menuju toilet.
***
Langkah kakinya terus berjalan, membelah kerumunan orang-orang yang sedang berlalu lalang di sana. Mencari tempat yang sunyi untuk menerima panggilan masuk yang masih terus berdering itu. Ia terus berjalan, sampai langkahnya berhenti di sudut toilet perempuan yang sedang kosong saat ini.
Ia menekan tombol berwarna hijau, lalu mendekatkan ponselnya di telinga. Sudah terhubung dengan orang di seberang.
"Bos, saya mau minta uang tambahan lagi bisa? Anak saya sedang sakit dan katanya mau dioperasi, biayanya sangat mahal saya butuh uang lagi. Uang kemarin kurang."
Tangannya mengepal kesal. Kerja saja tidak becus, dan orang itu mau minta uang lagi?
"Minta uang lagi? Saya gak salah dengar? Kerjaan kamu aja gak becus!"
"Gak becus gimana bos? Bukannya saya sudah melenyapkan gadis itu?"
"Kemarin saya bilang hanya gadis itu saja yang dilenyapkan, jangan juga anak saya!"
"Anak?"
"Beritanya sudah tersebar dimana-mana, kamu bisa lihat dan di sana ada dua orang korban. Yang laki-laki itu anak saya."
Sementara orang diseberang sana mulai menonton berita yang diminta bosnya itu, dan benar saja. Ternyata korbannya bukan hanya perempuan, tetapi laki-laki juga. Yang lebih membagongkanya adalah laki-laki itu ternyata anak dari bosnya. Bisa mampus dirinya kalau sudah begini.
"Ampun bos, saya gak tau kalau yang laki-laki itu anak bos. Bos kan bilangnya cuma sabotase kendaraan yang dipakai gadis itu."
Sepertinya orang diseberang sana tidak mau disalahkan.
Wanita itu memutar bola matanya malas dan berdecak. "Beritanya udah tersebar sampai kemana-mana, saya tidak mau kalau nama saya ikut andil di dalamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Teen Fiction[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...