"Semoga perjanjian tadi, tidak berakhir saling mengingkari."
***
Edgar menghampiri Raya yang duduk bersimpuh dengan menunduk dan terus menangis, saat ia mengikuti posisi Raya. Alangkah terkejutnya menyadari bahwa Raya telah berbuat di luar akal sehatnya.
Edgar segera mengambil benda keramat itu dari genggaman Raya, melemparnya jauh dari lokasi Raya berada hingga menimbulkan bunyi nyaring akibat benturan dengan lantai rumah sakit.
"Maksud lo apa?!" bentak Edgar emosi. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Raya, gadis itu nyaris berbuat hal negatif yang tidak pernah terpikirkan oleh Edgar.
"Bukan urusan lo!" teriak Raya seperti orang tidak waras.
Edgar langsung menuntun Raya menuju ranjang, membiarkan dirinya duduk di sana. Sementara Edgar di sampingnya, ia melihat pergelangan tangan Raya. Ada goresan di sana, ia yakin itu pasti sengaja yang Raya goreskan menggunakan serpihan kaca.
Edgar dengan sigap keluar dari ruangan itu untuk meminta kotak P3K kepada suster di luar. Saat keluar, ia tidak melihat Tyas di kursi tunggu. Ah, mungkin Tyas sedang ke toilet.
Tidak butuh waktu lama, ia kembali lagi dengan menenteng kotak P3K. Ia membuka tutup obat merah dan menuangkan di atas kapas.
"Aw..., pelan-pelan," peringat Raya kesakitan.
Edgar masih diam, tak menjawab ucapan Raya. Ia masih kesal setengah mati atas apa yang Raya lakukan, yang Raya lakukan adalah kesalahan besar itu dapat membuat nyawanya melayang seketika. Untungnya laki-laki itu masih sempat mencegahnya, jika tidak? Bisa ia pastikan Raya terbujur lemah dengan lengan tergores kaca. Bunuh diri.
Edgar memakaikan hansaplast di lengan Raya yang tergores.
"Kenapa?" tanya Edgar dingin. Sepertinya saat ini Edgar harus tegas menghadapi Raya agar gadis itu tidak melakukan hal-hal gila lainnya lagi.
"Kenapa?" Alis Raya mengernyit bingung.
Edgar menghela napas sabar. "Kenapa lo lakuin itu?"
Hening.
Raya tidak bisa menjawab, pertanyaan itu seolah pertanyaan teka teki paling sulit untuk dijawab.
"Jawab," desaknya.
"G-gue gak kuat." Tiga kalimat mewakili perasaan Raya.
"Liat gue!" perintah Edgar.
"Kan gue gak bisa liat!"
Sial. Benar juga.
Edgar berdecak. "Buka hati lo, lo pasti bisa lihat di sekeliling lo dengan mata hati lo,"
Raya hanya diam, tak bergeming sama sekali.
"Meski mata lo sekarang gak bisa lihat apa-apa. Bukan berarti semua keadaan gak bisa lo rasakan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Fiksi Remaja[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...